O4 : Center of Attention Today

3.2K 464 43
                                    

Sosok tinggi Chanyeol baru terlihat di kantin saat waktu istirahat hanya tersisa sekitar tujuh menit. Bersama dengan beberapa pemuda lainnya, ia mengambil tempat duduk sisa yang berada tepat di tengah.

"Duduk sini aja, biar bisa tepe-tepe ke junior," ujar salah satu pemuda yang terlihat lebih rendah daripada Chanyeol.

"Baek, mau satu meja sama mereka?" Teman lainnya memastikan, membuat Chanyeol hanya bisa merespon dengan alis terangkat sebelah. Sementara pemuda yang lebih dulu mengusul tempat duduk, Baekhyun menoleh dengan ekspresi wajah yang cerah.

"Widih, ide lu bagus juga, Item!"

"Gue nggak item, anjir!" sanggah pemuda yang tadi memastikan.

"Iye, gak item. Cuman gosong aja," sahut Chanyeol, berusaha berbaur karena sedaritadi yang bisa ia lakukan hanya merespon 'hah?', 'siapa, tuh?', dan beberapa ekspresi bingung lainnya.

"Yeu, akhirnya keluar juga suara lo," sindir Baekhyun sambil mengambil duduk di tempat yang pemuda satunya rekomendasikan. "Wih, enak juga di sini, Jong."

"Manggil nama gue jangan depannya doang, dong. Gue berasa najis yang patut dihindari," balas pemuda berkulit gelap yang cukup eksotis dengan ekspresi merengut khas anak kecil yang sedang merengek untuk dibelikan mainan.

"Beneran najong gue lihat wajah lu." Chanyeol menggeplak kening Jongin—atau Kai, biar lebih terdengar keren katanya. "Dah mau masuk nih, nggak ada yang mau inisiatif mesen?"

"Gak."

"Lu aja."

Chanyeol mengumpat, kedua teman barunya ini memang patut diacungi jempol dalam hal menguji kesabaran seorang Chanyeol Harrison. Enggan membuat perang dimulai, pemuda itu lebih memilih beranjak dari bangku panjang tersebut dan mulai melangkah menghampiri beberapa kios.

"Bu, saya mau pes–aduh," ucapan Chanyeol terpotong kala seseorang tanpa sengaja menabraknya dan membuat semangkuk mie rebus berkuah panas terhempas ke seragam barunya.

Seorang gadis, yang di tangannya masih memegang nampan itu pun terkejut saat kecerobohannya menghasilkan sesuatu yang benar-benar mencelakai orang dan juga memperburuk harinya. Ia masih sempat terdiam, sampai akhirnya ringisan Chanyeol begitu merasakan kuah panas itu mengenai kulitnya membuatnya tersedot kembali ke kesadarannya.

Ia tersentak, kemudian dengan langkah lebar menghampiri pemuda itu. "Aduh, kamu gak apa-apa? Mau aku antar ke ruang kesehatan aja? Ih, itu melepuh! Sini-sini, aku antarin aja kamu." Gadis itu dengan cepat menyambar pergelangan tangan kiri Chanyeol, menuntunnya menjauhi area kantin.

Tanpa keduanya sadari sudah menjadi pusat perhatian sejak tadi.

🍑

Berbeda dengan ketiga Kakaknya yang pasti sekarang tengah menghabiskan waktu istirahat dengan melahap berbagai macam menu yang tersedia di kantin, Felix terpaksa harus mengantar setumpuk buku catatan milik murid kelasnya ke ruang wali kelasnya.

Dan sialnya lagi, ruang wali kelasnya berada di lantai dua yang mengharuskan ia menaiki beberapa anak tangga curam dengan beban berada di kedua tangannya. Hm, biar ia jelaskan sedikit tentang sistem sekolah di sini. Ia baru mengetahuinya dari salah satu teman barunya sekaligus teman sebangkunya, Chenle Wijayakusuma seorang anak dari pengusaha batu bara yang terkenal di negara ini.

Kata Chenle, setiap wali kelas memiliki ruangan khusus tersendiri di lantai dua. Dan juga para wali kelas difasilitasi transportasi serta sebuah asrama agar mereka tidak telat datang. Lalu Felix baru mengetahui kalau gedung anak kelas sepuluh itu terpisah dari gedung para anak kelas sebelas dan duabelas.

Iya, tadi pagi ia dan Rosé ternyata harus rela terpisah di koridor penghubung antara gedung para senior dan junior. Tentunya setelah mendatangi ruang kepala sekolah, sesuai perkataan Yoona tadi pagi.

Entahlah, mungkin ini hanya perasaannya saja atau bagaimana. Tapi senioritas di sini sepertinya masih berlaku. Buktinya saat tadi ia baru saja keluar kelas dan tanpa sengaja seseorang menyenggol bahunya, tanpa merasa bersalah orang itu malah yang memarahinya. Mengatakan bahwa para anak kelas sepuluh tahun ini tidak sopan.

Huh, jika ini bukan di wilayah sekolah, mungkin saja senior itu sudah Felix biarkan merasakan akibat macam-macam dengan anak dari Siwon Harrison.

Mengingat kejadian tadi, diam-dian membuat pemuda itu berdecak tanpa sadar. Apalagi ditambah melihat betapa cukup curamnya anak tangga yang sudah menunggu di hadapannya.

"Sial, sial, sial," desisnya tak suka, sementara kakinya dengan perlahan mulai menapaki anak tangga tersebut secara hati-hati.

Tapi baru menaiki sekitar sepuluh anak tangga, seorang siswi dari arah yang berlawanan datang bersama dengan setumpuk buku cetak sedikit menutupi pandangannya. Tanpa bisa keduanya hindari, tabrakan pun terjadi. Buku-buku tersebut berhamburan, bersamaan dengan kedua remaja itu yang juga ikut terpleset dan meluncur menuruni tangga.

Felix meringis pelan saat bokongnya menghantam lantai yang masih terasa dingin meski pagi sudah berganti siang. Sementara gadis yang tadi sempat membuatnya seperti ini juga sama-sama meringis karena dagunya yang terlebih dahulu menghantam lantai.

Menyadari kondisi siswi itu yang lebih parah, Felix segera bangkit dan menghampirinya. "Lo gak apa? Eh—lo mimisan, ke ruang kesehatan aja!" Dengan segera, ia memunggungi gadis itu dan berjongkok. "Sini, naik. Gue yakin kaki lo tadi sempat kekilir," lanjutnya sambil menarik lembut jemari sang gadis.

Masih tidak ada respon, membuat Felix dengan tidak sabarannya membalik tubuhnya dan mengangkat tubuh kecil di hadapannya dengan bridal style. "Sorry, gue kesannya lancang. Habisnya lo punya mulut, tapi gue berasa lagi ngomong sama candi."

Lagi, tidak ada respon berarti selain tatapan kosong gadis itu yang terus memperhatikan wajah Felix. Membuat diam-diam pemuda itu sempat ingin meninggalkan saja orang asing itu di sini, tapi karena Felix masih memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi berakhirlah kini keduanya sukses menjadi pusat perhatian baik teman seangkatan maupun para senior.






April 18, 2O2O

akhirnya niat terkumpul juga hehe

The Harrison FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang