Chaewon masih nggak habis fikir, dia kira anak baru yang sempat ia tabrak tadi di tangga itu termasuk jajaran anak orang kaya sok berkuasa seperti teman sekelasnya yang lain. Tapi nyatanya ia salah.
Anak baru itu, Felix, jauh banget darikata sombong atau apapun yang selama ini Chaewon ucapkan untuk para anak dari Tuan Takur. Felix berbeda, Chaewon yakin banget dari apa yang baru aja pemuda manis itu ucapkan di ruang kesehatan.
Sumpah ya, ini pertama kalinya gadis itu mikirin pemuda asing sampai segininya. Padahal biasanya juga tahu nama, beberapa menit langsung lupa lagi. Tapi Felix nggak, bahkan sampai malamnya Chaewon masih ingat wajah dan suaranya.
Felix itu unik bagi gadis itu, wajahnya manis banget ngalahin dia yang notabenenya seorang perempuan. Tapi pas dengar suaranya ngomong, Chaewon sempat terkejut hingga tanpa sadar melamun. Apalagi mengingat Felix yang dengan tiba-tiba ngangkat tubuh dia untuk dibawa ke ruang kesehatan.
Chaewon masih terus mikirin tentang Felix, Felix, dan Felix waktu seseorang dengan bar-barnya dobrak pintu kamarnya yang sudah sedikit reyot. Dia terlonjak, bahkan tugas yang daritadi dia kerjain berakhir kecoret gara-gara orang itu.
"Chaewon Barnett!"
"Paan sih?!" sentak Chaewon, membalik badan dan menemukan sosok June sudah berdiri di belakang kursinya.
"Lo habis kenapa dan ngapain tadi?! Kok gue dapet kabar dari Eunwoo lo masuk ruang kesehatan?"
Chaewon sempat terdiam, sebelum akhirnya mendecak pelan. "Yaelah, cuman mimisan. Tadi gak sengaja nabrak orang terus jatuh barengan deh di tangga."
"CUMAN LO BILANG?! HEH, CUMI-CUMI, LO GAK TAU SEBERAPA PANIKNYA GUE DI KELAS YA!!"
Gadis itu menciut, June kalau marah emang seseram itu. Padahal biasanya, kerjaan pemuda itu nggak jauh-jauh dari lawakan kuno yang lebih sering para orang tua jadikan lelucon.
"Ya 'kan, gue di ruang kesehatan. Mana tahu elo panik, Net," balas Chaewon.
"Net?! Maksud lo apaan?!"
Junet. "Barnett, bodoh. Gak usah marah-marah terus, dong." Untung aja Chaewon langsung nahan omongannya, kalau enggak bisa-bisa kakaknya ini ngamuk sampai tetangga sebelah keganggu.
"Dih, gak usah pake bodohnya." June mengerutkan keningnya, ekspresi kesal masih terus melekat pada wajahnya. "Yaudah, kalau tugas lo udah selesai, tidur. Besok gue gak mau sampai lo dibangunin Bunda lagi!"
Ah.. Bunda. Chaewon baru ingat selepas pulang sekolah tadi dia belum mengunjungi kamar beliau, karena sibuk memikirkan oknum bernama Felix. Jika mengingat betapa bodohnya Chaewon sampai melupakan kebiasaannya setiap pulang sekolah hanya karena seonggok manusia dengan suara bass-nya yang mirip om-om.
Gadis itu hanya mengangguk, kemudian mendorong June keluar dengan cara menendang bokong pemuda itu. Disusul dengan teriakan nyaring June setelah Chaewon berhasil menutup pintu reyot kamarnya itu.
"CHAEWON AKHLAKLESS BARNETT!"
🍑
Chris buka pintu kamarnya waktu jarum pendek menunjuk diangka tujuh malam, disusul Rosé dan Felix yang kamarnya berada di seberang kamarnya. Sempat saling pandang-pandangan sebelum dengan ekspresi jijik Rosé mengambil langkah terlebih dahulu ke lantai satu.
Di ruang tamu, Chanyeol dan Siwon sudah duduk dengan pakaian hangat melekat di tubuh mereka masing-masing. Kelimanya berencana makan malam di luar, atas usul dari Felix yang mengatakan masakan Rosé dan Chanyeol sudah terlalu bosan hinggap di indera perasanya. Sementara Chris setuju-setuju saja, takut kembarannya itu mencakarnya jika ia membela Felix.
"Dad, mau makan dimana?" tanya Rosé, berjalan mendekati Siwon yang tengah menyesap kopinya.
"Kalian mau kemana?"
"Amuz?" Chris mengusul, dengan sebelah alis terangkat.
Siwon mengangguk singkat. "Oke. Call, kita ke Amuz Gourmet." Kemudian ia melirik para AP anak-anaknya yang baru saja tiba setelah ia bertepuk tangan sebanyak tiga kali. "Siapin mobil, tanya sama mereka mau makai yang mana."
Keempat asisten pribadi itu membungkuk patuh, sebelum menghampiri para keturunan Harrison itu. "Mari, ke garasi, Tuan dan Nona Muda."
🍑
Sesuai apa yang Siwon katakan tadi, masing-masing dari mereka akhirnya memilih untuk menaiki mobil pilihan sendiri. Jadi, waktu di jalan raya berasa kayak ada konvoi mobil mewah dan membuat beberapa pengendara bermotor menepi karena dikira barisan mobil mewah tersebut merupakan tamu negara.
Chanyeol yang duduk di kursi pengemudi—dia yang memaksa sebelumnya— hanya tersenyum lebar melihat bagaimana beberapa kendaraan menyingkir demi memberi ruang bagi mobilnya dan saudarnya melintas.
Sementara Rosé yang cemberut karena tidak berhasil membujuk Yoona agar membiarkannya menyetir sekali-kali, membuka kaca mobil dan berteriak memanggil seseorang yang familiar. "Haloo, Kak Wendy!"
Gadis yang dipanggil Rosé, Wendy terlonjak saat ia tengah menyusuri trotoar dengan berjalan kaki seorang diri mendapati seseorang yang baru saja ia kenal tadi siang memanggilnya. Wendy menoleh, sempat terpana pada Rosé yang duduk manis dengan senyum lebar di dalam mobil ber-merk Lamborghini Gallardo itu.
"Um... hai? Mau kemana?"
"Dinner, kak. Kak Wen darimana mau kemana?"
"Dari café, mau pulang." Wendy mengusap tengkuknya, begitu sebuah mobil mewah ber-merk Range Rover menepi mendekati trotoar.
Pintu kaca mobil bernuansa hitam itu terbuka, menampilkan wajah tampan milik Chanyeol. "Hai, Wen. Mau bareng? Ini udah malam, gak baik anak gadis jalan sendiri." Setelah mengatakan itu, Chanyeol tersenyum lebar menampilkan lubang pada pipinya.
Sementara Rosé yang tadinya menyuruh Yoona untuk menurunkan kecepatan laju mobil agar bisa berbicara dengan Wendy, langsung menutup kaca dan menyuruh wanita yang duduk di kursi pengemudi itu menyusul mobil milik Siwon, Chris, serta Felix.
Meninggalkan Chanyeol dengan senyum lebarnya, bersama Wendy yang merasa canggung tiba-tiba.
—
April 26, 2O2O
KAMU SEDANG MEMBACA
The Harrison Family
FanfictionKisah bagaimana cara keluarga Harrison menikmati hidup dengan kekayaan yang tidak pernah mengering. amazing cover by queen @saionaren ! warn : harsh words, crackships, random ©sky-crush, 2O2O