19 - KEJUTAN

11K 890 21
                                        

19 – KEJUTAN

“GUE YANG capek dari tadi lihat bibir lo nyungging mulu.” Davina menatap Levi sambil geleng-geleng kepala. Melinda yang berada di sampingnya juga ikut menatap Levi dengan sama.

Malam ini Levi menginap di rumah Davina. Setiap akhir pekan tiga gadis cantik itu selalu menghabiskan waktu bersama dengan menginap. Setiap pekan mereka bertiga akan menginap secara bergantian di rumah masing-masing, dan malam ini giliran rumah Davina. Gerald tadi memaksa agar Levi pulang bersamanya, tapi Davina bersikukuh dan tidak mau kalah. Levi harus pulang bersama mereka. Dengan sedikit bujukan dan rayuan Levi akhirnya Gerald mau mengalah. 

Ada rasa bahagia dan aneh melihat tingkah Gerald hari ini. Cowok itu jadi lebih manis dibandingkan dengan sikap Gerald sebelumnya. Entah apa yang merasuki Gerald. Namun apa pun itu, yang jelas Levi bahagia.

“Menurut lo sendiri, kalau lihat orang yang lagi senyum itu tandanya apa?” timpal Levi, memutar bola mata malas. Ia merasa sedikit culas dengan pertanyaan sepupunya ini.

“Bahagialah,” jawab Davina.

“Nah! Itu lo tahu. Gue ini lagi bahagia. Makanya dari tadi bibir gue senyum terus,” balas Levi, kembali tersenyum lebar.

“Tapi kalau nggak berhenti senyum itu namanya aneh! Lo tahu, nggak? Kenapa orang gila terus-terusan mesem?” tanya Davina. Muka Levi kelihatan bingung. “Itu karena mereka kebanyakan halu, kebanyakan ngayal! Dan lo pasti lagi halu, kan? Tahu gue.” Davina berkata sambil menunjuk wajah Levi.

Levi membonggol kepala Davina. Membuat Davina mengaduh sakit sambil mengusap kepalanya yang terasa berdenyut akibat toyoran Levi. “Enak aja samaain gue dengan orang gila! Gue nggak lagi halu ataupun ngayal, ya!” balas Levi, menolak perkataan Davina.

Melinda yang melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala sambil sesekali menghela napas panjang. Merasa jengah dengan sikap kedua orang ini yang terkadang suka absurd. “Biar gue tebak—pasti ada sangkut pautnya dengan Gerald, kan? Apalagi yang bisa bikin lo aneh kayak gini kalau bukan cowok itu?” tanya Melinda setelah sekian lama hanya diam.

Levi yang ditanyai Melinda semakin mengulum senyum bahagianya. Ia kemudian mengangguk sambil tersenyum sipu-sipu. “Nanti gue cerita lebih detailnya, deh. Dan gue yakin banget, kalian berdua pasti nggak bakalan percaya dengan apa yang dilakukan Gerald tadi ke gue.”

“Ceritanya nanti aja. Mending sekarang kita masuk dulu, gerah gue mau mandi!” keluh Davina. Karena mereka bertiga masih berada di halaman rumah Davina.

Mereka bertiga masuk dan langsung menuju kamar Davina yang bernuansa serba pink. Davina memang sangat menyukai warna-warna girly. Seperi kepribadiannya yang feminim. Hampir semua barang-barang Davina berwarna merah muda.

Davina langsung menuju toilet di dalam kamarnya untuk mandi. Sementara Melinda duduk di atas kasur sambil membaca majalah fashion. Kamar Davina terbilang luas. Ada kamar ganti tersediri di dalamnya. Selain itu tepat di samping pintu kamar ganti terdapat ruangan lain. Ruangan yang menyimpan berbagai macam lukisan yang dibuat Davina. Jika sedang senggang, Davina biasa melukis di tempat itu. Menghabiskan waktu dengan kanvas putih dan berbagai macam cat warna.

Levi memilih masuk ke ruang lukis Davina. Pada saat membuka pintu, lampu yang menerangi tempat itu otomatis menyala dengan sendirinya. Hampir semua ruangan di rumah Davina lampunya otomatis menyala jika ada orang. Terdapat berbagai macam lukisan yang Davina buat di ruangan ini. Berjejer rapi di setiap sudut ruangan. Terdapat rak-rak khusus untuk meletakkan berbagai macam cat warna dan kuas dengan berbagai macam ukuran.

D E T A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang