0

11K 429 31
                                    

Keramaian dimana-mana, seluruh persosok desa maupun kota mendadak ramai tanpa kecuali. Banyak prajurit istanah yang berjaga dan menyeleksi seluruh gadis yang genap berusia delapan belas tahun di lingkungan kerajaan.

Jung Hoseok ketua kepala prajurit memantau satu persatu gadis untuk diseleksi. Kali ini mereka mendatangi rumah bangsawan tuan Jeon, dengar-dengar beliau memiliki anak perempuan yang berparas sangat cantik. Biarpun hanya bangsawan kekayaan tuan Jeon juga belimpah karna rempah-rempah yang dijualnya, wajar jika beliau disegani oleh banyak orang.

Lagipula tidak sembarangan gadis bisa dipilihkan menjadi selir oleh Yang Mulia. Darah bangsawan harus mengalir di darahnya jika tidak, biarpun secantik apapun wanita itu dia tidak akan pernah pantas menjadi selir. Latar belakang keluarga sangat menunjang, bagaimanapun karna para bangsawan tidak akan pernah terima jika kandidat permaisuri yang dipilih adalah dari kalangan rakyat jelata.

Dan jika itu terjadi para bangsawan akan membuat sekutu untuk menyerang istanah.

"Lea kau jangan keluar, " perintah tuan Jeon membuat gadis itu mengangguk. Entahlah rasa khawatir bersemayam dibenak tuan Jeon walaupun putrinya memang masih belum genap berusia delapan belas tahun.

"Appa tapi kenapa? " Lea menggigit bibir bawahnya bingung entahlah mendadak seluruh penjuru kerajaan heboh karna suatu hal yang tidak dia ketahui. Namun dari kemarin Lea selalu dilarang untuk keluar.

"Lakukan saja perintah Appa, jangan keluar jika appa tidak menyuruh, " unjarnya sebelum keluar meninggalkan Lea untuk menemui para prajurit yang sudah menunggunya didepan rumah.

Saat pintu gerbang dibuka sudah ada sekelompok prajurit yang menunggu didepan, termasuk ketua kepala Jung Hoseok.

"aku tau kau pasti sudah mendengar maksud kedatangan kami disini, " ucap Hoseok langsung pada akar tujuannya datang kesini, "bisakah kami bertemu dengan putrimu? "

Tuan Jeon menghembuskan nafas kuat, berusaha memutar otak kuat. Bagaimanapun dia tidak mau menyerahkan putrinya ke istanah. Lea bukan gadis sembarangan yang dengan begitu saja di per-istri, terutama darah biru yang mengalir pada darah Lea.

Tidak hanya nyawanya yang akan terancam, tapi bisa saja keamanan kerajaan akan menjadi taruhannya.

"bagaimana jika aku tidak bisa menyerahkan putriku? " katanya berani menantang.

"kau tau Tuan itu sama saja dengan menentang kerajaan, sesuai perintah Raja siapa saja yang berani menentang raja maka dia harus di hajar habis-habisan, " kata Hoseok mengedikkan bahu, padahal dia sedang malas sekali melihat kekerasan.

"kalau begitu lakukanlah, aku akan melakukan apapun demi melindungi putriku, " Hoseok tersenyum kecut, sangat gegabah sekali Tuan Jeon ini. Sekalipun Tuan Jeon memiliki banyak penjaga di rumahnya itu tidak akan seberapa melawan prajurit istanah yang telatih.

"Hajar dia, " suruh Hoseok pada para prajurit.

Pertarungan sengit terjadi antara para prajurit dan penjaga di kediaman bangsawan Jeon. Biarpun penjaga di rumah Tuan Jeon banyak sekitaran dua puluh orang tapi itu sama sekali tidak sebanding dengan prajurit telatih istanah. Bahkan sampai Tuan Jeon harus ikut turun tangan untuk membantu para penjaganya.

Para penjaga dirumah Tuan Jeon sudah banyak berjatuhan, membuat tenaga mereka tidak seimbang. Sampai-sampai Tuan Jeon kewalahan menghadapi mereka, hingga membuat dirinya harus beberapa mendapati pukulan dikepala bagian belakangnya, perut, serta punggungnya yang membuat Tuan Jeon tersungkur ke tanah.

"Appa! " teriak Lea yang keluar dari dalam rumah sambil menangis langsung memeluk Appanya.

"Lea kenapa kau keluar! "

𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐄𝐯𝐢𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang