Selamat membaca ❤️❤️❤️
Sorry klo masih banyak typo..Bosan.
Itulah yang dirasakan main rapper Blackpink saat ini. Sejak dua jam yang lalu yang dilakukannya hanya duduk serta menggonta-ganti saluran televisi, membolak-balikan majalah dan memainkan ponselnya. Sedangkan pria yang duduk disampingnya, sibuk dengan mainan yang digemarinya akhir-akhir ini, lego.
Melipat kedua tangan diatas dadanya dan mencebikkan bibirnya. Jennie melirik kekasihnya yang tidak peka itu kemudian mendengus kesal.
Sungguh, tadi ia merasa begitu bahagia ketika tahu jika Jongin menjemputnya di gedung YG setelah selesai rekaman untuk comebacknya bersama Blackpink, namun kenyataannya tak sesuai dengan harapan.
Gadis bermata kucing itu mengira akan menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya, melihat mereka jarang memiliki waktu kosong berdua.
Seperti, ia akan memasak dan kekasihnya yang akan dengan senang hati menghabiskan semua masakannya. Setidaknya membuat main dancer EXO sedikit berisi itu lebih baik dari pada menemani pria itu bermain lego.Tidak. Jennie tidak menenamani pria itu, melainkan diabaikan. Tolong ingat baik-baik.
Di-a-bai-kan.
Ia lantas memasukkan beberapa barangnya kedalam tas dan kemudian berdiri.
"Mau kemana?"
Lihat. Bahkan Jongin bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari lego-lego di depannya.
"Pulang." Jawab Jennie singkat. Setidaknya jika dirinya pulang ia bisa tidur atau bermain-main dengan kedua anjingnya.
Ia putar tumitnya, namun saat akan melangkahkan kakinya, tangannya ditahan oleh Jongin. Jennie akhirnya menoleh pada kekasihnya itu, menatapnya dengan datar. Bibirnya juga masih cemberut. Memperlihatkan perasaan kesalnya pada pria itu dengan jelas.
"Tapi kau sudah berjanji menemaniku hari ini."
Ya, itu benar.
Jennie memang sudah mengatakan akan menemani kekasihnya itu setelah menyelesaikan proses terakhir untuk rekamannya. Ia juga tidak keberatan jika harus menemani Jongin bermain lego tetapi tidak dengan diabaikan. Karena ia sangat tidak suka jika diabaikan terlebih oleh pria itu.
Dan seharusnya Jongin tahu akan itu."Lapar." Kata Jongin dengan mimik wajah yang sekiranya mampu membuat Jennie luluh.
Dengan cepat Jennie pun mengalihkan pandangannya, tak lagi menatap pada kekasihnya. Ia akui, dirinya memang akan cepat luluh jika Jongin sudah memberikan wajah seperti itu.
Bukan wajah yang penuh aegyo, tetapi wajah yang..
Entahlah Jennie sendiri sulit untuk mendeskripsikannya."Aku sangat lapar." Kata Jongin seraya menggoyangkan tangannya yang masih dalam genggaman pria itu.
Fix.
Hilang sudah Kai yang penuh pesona serta kharisma. Tidak ada lagi pria yang membuat para wanita menjerit-jerit histeris saat menari di atas panggung.Gadis bermata kucing itu menghela nafasnya panjang, menahan rasa kesal yang bercokol didadanya. "Kupikir dengan bermain lego, oppa sudah kenyang."
Sebenarnya, Jennie pun tahu jika Jongin memang kelaparan bukan sekedar alasan saja, karena pria itu sudah mengeluhkannya sejak menjemputnya di gedung YG. Namun, saat Jennie mengatakan untuk berhenti di restoran pria itu menolak dengan alasan ingin makan masakannya. Dan begitu sampai diapartemen, pria itu justru kembali sibuk dengan lego-legonya serta mengabaikannya.
Jennie tidak siap ketika Jongin menarik tangannya dengan lembut, sehingga ia terjatuh diatas pangkuan serta duduk membelakanginya. Saat Jennie akan bangkit berdiri, Jongin menahannya dengan melingkarkan kedua tangan dipinggang rampingnya.
"Marah?" Jongin bertanya sembari meletakkan dagunya di bahu kiri Jennie.
"Untuk apa aku marah."
"Aku sudah berjanji pada penggemar untuk cepat menyelesaikan lego ini dan melakukan live."
"Hmmm."
Dengan ekor matanya, Jennie melihat jika pria itu tersenyum menggodanya dan kemudian memberikan gigitan kecil pada bahunya yang terbuka, karena ia mengenakan pakaian yang memperlihatkan kedua bahunya. Ia lantas mengernyit kecil ketika Jongin mengecupi bekas gigitannya.
"Aku sangat lapar, sayang."
Kini, bukan lagi bahunya yang menjadi sasaran pria itu melainkan pipi mandunya. Beberapa kali Jongin mengecup pipinya serta memberinya gigitan kecil. Sedangkan Jennie masih saja diam, tidak bergeming.
"Maaf sudah mengabaikanmu."
Jika sudah seperti ini, Jennie tak lagi mampu menahannya dan pada akhirnya ia pun luluh.
Ya, semudah itu.
Apalagi jika Jongin sudah meraih wajahnya dan kemudian menatapnya dengan lembut. Jennie seolah tersesat dengan sepasang bola mata milik Jongin.
Menahan nafas, saat Jongin semakin mendekatkan wajahnya dan kemudian melumat bibirnya. Perlahan dan lembut.
Jennie tidak bisa untuk tidak mengerang ketika Jongin menggigit bibir bawahnya. Melingkarkan kedua lengannya dileher Jongin dan meremas rambut belakang pria itu.
Ciuman itu baru benar-benar berhenti saat mereka kehabisan nafas.
"Mau makan apa?" Tanya Jennie dengan nafas yang masih tersengal. Dan ia tak bisa menahan senyumannya ketika Jongin kembali memberi kecupan-kecupan kecil dibibirnya.
"Sudah tidak marah?"
"Aku tidak marah, hanya sedikit kesal." Jawab Jennie dengan kembali mencebikkan bibirnya yang sedikit membengkak. Menangkup kedua pipi Jongin yang kini terlihat lebih berisi. "Menyebalkan."
"Baiklah aku tidak akan menyentuh semua lego-legoku jika bersamamu. Aku milikmu seutuhnya."
Jennie tersenyum puas tetapi kemudian menggelengkan kepalanya. "Oppa tetap bisa bermain lego kapan pun bahkan saat bersamaku, tetapi dengan satu syarat." Ia mengacungkan jari telunjuknya yang kemudian digigit oleh Jongin, dan tentu saja membuatnya memekik.
"Apa syaratnya?"
"Tidak boleh mengabaikanku."
Kekasihnya itu tersenyum serta menganggukan kepalanya. "Tentu saja."
Mungkin ini oneshoot terpendek yang aku buat. Tapi ga papa, ini untuk latihan aja atau numbuhin semangat /mood nulis aku yang akhir -akhir ini hilang.
See u di cerita lainnya..
tetap jaga kesehatan ya teman-teman..Jangan lupa tetap tinggalin vote dan spam komen yang banyak.
Jujur yaa Vote dan komen kalian itu bisa jadi penyemangat aku looo.... ❤️❤️❤️❤️