Chapter 8 : Meet

50 3 0
                                    

Happy Reading❤

Budayakan vote sebelum membaca
_________________________

Fara duduk termenung dilantai kamarnya saat ini pikirannya tidak karuan tatapan mata nya yang kosong sudah cukup menggambarkan bagaimana isi hati nya. Tidak ada Fara yang ceria tidak ada Fara yang selalu menampilkan senyum manisnya yang ada hanya Fara dengan raut wajah penuh kesedihan.

Rasanya sangat sakit menahan rindu yang teramat dalam untuk sebuah penantian yang pada akhirnya menyakitkan. Bayangkan harus menahan rasa rindu selama dua tahun tidak semua orang bisa melakukan tapi Fara bisa melewatinya karena ia yakin semua nya tidak akan sia-sia.

Tetapi sekarang hanya lah sebuah hayalan nyatanya semua tidak sesuai dengan apa yang Fara harapkan. Bagaimana bisa Gevan yang selama ini mencintainya menjaga nya kembali sebagai orang asing yang tidak mengenalnya. Bahkan mengingatnya pun Fara tidak sanggup. Jika Fara dapat memutar waktu ia tidak akan pernah mengijinkan Gevan pergi. Tidak akan !

"Kenapa semua terjadi sama gue" Fara menangis airmata nya tidak bisa berhenti untuk jatuh. Tangisan yang begitu pilu mungkin jika ada yang mendengar pasti akan ikut merasakan kehancuran didalam hati nya.

Sudah seharian Fara menangis bahkan sampai hari sudah malam begini ia enggan beranjak dari duduknya.

"Fara udah malem tidur sayang" ucap Arita dari balik pintu.

Fara saat ini hanya ingin menangis ia tidak bisa melakukan apapun perlahan Fara merebahkan tubuhnya di lantai tempat ia duduk dan mata nya terpejam Fara tertidur dengan sisa airmata yang masih ada di pipinya.

Fara melangkah ke kamar mandi ia sadar bahwa ia semalam tertidur di lantai alhasil badannya pegal-pegal dan mata nya sembab. Setelah selesai mandi Fara bergegas memakai seragam sekolah nya dan seperti biasa make up tipis dan liptin rambut yang ia biarkan tergerai.

Skip

Fara sudah berada di kelasnya bersama Nella dan Sasha. Seperti dugaannya ia harus menceritakan kejadian kemarin pada kedua sahabatnya.

Sementara seseorang baru saja keluar dari mobil jazz putih nya. Cowok tinggi putih rahang tegas bibirnya yang berwarna pink natural sempurna. Tatapannya tajam seperti elang dan tanpa ekspresi membuat sepanjang jalan dan koridor banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan memuja. Dia Geovandra Alfred Luiz.

"Wey van ternyata lo pindah kesini" tanya Rian menepuk bahu cowok bernama Gevan itu.

"Ruang kepsek dimana" tanya Gevan yang risih dengan tatapan di sekelilingnya.

'Dasar cewek indonesia' batin Gevan.

"Yok ikut gue" ujar Rian nyelonong dan diikuti Gevan.

Bel masuk berbunyi dan semua murid memasuki kelas dan Gevan menghela nafas lega karena tidak ada yang menatapnya lagi. Setelah melewati beberapa koridor akhirnya sampai juga di depan ruangan kepsek.

"Gue ke kelas dulu ye nih pelajaran guru killer nih ntar gue kena semprot lagi" ujar Rian mendengus kesal.

"Sono lu belajar yang bener" ujar Gevan datar dan Rian hanya mengacungkan jari tengahnya. Gevan emang gak tau terima kasih.

Gevan memutar knop pintu itu dan langsung masuk ke dalam terlihat lelaki paruh baya dengan kacamata yang bertengger di bawah mata nya.

"Ohh...kamu anak baru ya silahkan duduk" ujar kepala sekolah itu ramah. Tak lama beliau memencet angka pada telepon yang ada di meja nya dan mulai menelpon seseorang.

Sementara Fara sedang mengerjakn soal yang diberikan oleh Bu Nia guru bahasa Indonesia nya.

"Fara" Bu Nia memanggil Fara.

OLVIDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang