Behind the Massacre

84 10 2
                                    


Istana Arthdal

Kegelapan masih mewarnai langit, ketika Tagon membuka matanya. Taealha yang berbaring di sisinya masih terlelap, dengan rok yang tersingkap, memperlihatkan pahanya yang mulus. Perlahan Tagon menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya, kemudian ia bangkit berjalan menuju jendela, menatap rembulan bundar yang tergantung di langit, bersama bintang-bintang yang bertaburan di sekelilingnya.

Beberapa menit kemudian, sepasang lengan memeluknya dari belakang. Punggungnya terasa berat, karena ada kepala yang bersandar di sana.

“Mengapa kau tidak tidur, Sayang?” tanya Tagon.

“Harusnya aku yang bertanya.”

“Aku terbangun. Mimpi.”

“Mimpi apa? Ceritakan padaku. Aku iri, aku tidak pernah bermimpi.”

“Mimpi yang sama. Kau sudah tahu.”

Taealha mengetatkan pelukannya, “Maafkan aku… gara-gara aku…”

Tagon membalikkan badan dan memeluk Taealha, “tidak, bukan salahmu, sayang.”

“Apa kau menyesal?”

“Tidak sama sekali. Aku bisa menikahimu, dan menyelamatkan Jungwon kita. Apa yang perlu disesali?”

“Tetapi mereka adalah kaummu. Dan salah satu di antara mereka adalah ibu kandungmu.”

“Seharusnya aku menyesal. Seharusnya aku merasa bersalah. Tetapi… mengapa aku tidak merasakan apapun? Aku mengerikan, bukan?”

“Tetapi, kau masih memimpikannya. Bukankah itu salah satu bentuk rasa bersalah?”

“Entahlah…”

☆☆☆

20 tahun yang lalu..

“Mubaek, lihatlah, burung ini sangat menarik. Dia terbang ke gunung saat matahari terbit, lalu pulang saat matahari tenggelam,” kata Tagon kepada Mubaek yang baru kembali dari mengawal Sanung untuk bernegosiasi dengan pemimpin Neanthal, Rankeureupeu.

“Negosiasinya gagal, Pangeran.”

Tagon menyeringai, “itu artinya, perang akan dimulai.”

Tagon menoleh cepat ke arah pepohonan tak jauh dari tempatnya duduk. Ia merasa, sejak tadi ia diawasi oleh seseorang.

“Ada apa, Pangeran?”

Tagon tersenyum tipis, “tidak, hanya seekor hewan yang sedang mencari anaknya.”

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Kembali ke istana, Hae Tuak berlari-lari menghampiri Tagon.

“Pangeran, Nona… Nona Taealha…” Hae Tuak terengah-engah.

[Idn] Noonbyeol : The Vengeance (AC FF) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang