You're late... too late

71 9 3
                                    

Terkesiap, Mugwang tersadar dari pingsannya. Ia sudah berada di markas Daekan. Ia melompat dari ranjang dan keluar dari kamarnya.

“Hei, sudah sadar kau rupanya,” sapa Barkyangpoong usai meneguk sebotol minuman keras.

“Mana Putri Danya dan Noonbyeol?” tanya Mugwang.

“Kami tidak tahu. Waktu kami menemukanmu pingsan, mereka telah menghilang,” kata Gitoha.

Beberapa kalimat umpatan keluar dari mulut Mugwang. Ketika ia hendak keluar dari markas, Haetuak berlari ke arahnya.

“Mugwang, Tagon Niruha…”

“Ada apa dengan Tagon Niruha?”

“Beliau pingsan. Cepat panggilkan Tabib Harim!”

~~~

Suara isak tangis yang memilukan terdengar sejak sore di sebuah goa kecil dekat perbatasan Atturad. Air mata Danya tak henti mengalir, membasahi bahu Noonbyeol yang memeluk sambil mengusap punggungnya.

“Ayah… Ayah…”

Selama delapan belas tahun Danya menanti ungkapan kasih sayang dari sang ayah, yang kini tak akan pernah bisa ia dapatkan lagi selamanya. Namun seharusnya ia tak perlu menunggu, seharusnya ia yang lebih dulu menyatakan rasa sayangnya kepada sang ayah. Danya tidak pernah berkata, “aku menyayangimu, Ayah,” karena takut akan penolakan dari ayahnya. Dan kini ia menyesal. Ia sudah terlambat.

“Bagaimana nasibku sekarang, Byeol? Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Orang tua dan seluruh keluargaku telah mati. Satu-satu keluarga yang kumiliki hanya keluarga Tagon, dan mereka ingin membunuhku.”

“Kau masih punya aku, Putri Danya. Aku akan melindungimu.”

“Terima kasih, Byeol.”

~~~

Kening Harim berkerut saat merasakan denyut nadi Tagon. Bukan penyebab pingsannya Tagon yang membuatnya terkejut, melainkan aliran darah yang mengalir di bawah kulit pria itu.

Selama tiga puluh tahun menjadi tabib dan ilmuwan, ia telah merasakan begitu banyak denyut nadi yang berdetak di jemarinya. Selain jenis penyakit dan kondisi tubuh, ia juga bisa menebak dari suku mana pasiennya itu berasal, hanya dari aliran darah mereka.

Dan ia sama sekali tidak menyangka, raja baru yang memimpin negeri ini merupakan bagian dari suku yang dianggap menjijikkan oleh rakyat negeri ini. Dan yang lebih mengerikan lagi, pria ini bahkan membantai kaumnya delapan belas tahun yang lalu.

“Bagaimana, Harim?” tanya Taealha yang sedari tadi mengamati perubahan raut wajah Harim.

“Ehmmm… Niruha mengalami infeksi. Aku akan meracikkan obat untuknya. Beliau akan pulih sebentar lagi,” jawab Harim seraya pergi dari kamar itu.

Usai memberikan obat untuk Tagon, Harim berpamitan pulang. Mugwang yang akan mengantarnya, dipanggil oleh Taealha.

“Setelah kau mengantarnya, jangan kembali dulu ke istana. Selidiki dia. Jika tidak ada hal yang mencurigakan, kau boleh kembali. Tetapi jika ada…”

Taealha menarik napas sejenak, “bunuh dia, dan seluruh keluarganya.”

Mugwang terbelalak kaget setelah mendengar perintah itu. Namun ia mengangguk patuh, menerima perintah itu tanpa bertanya apapun seperti biasanya, meskipun banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya.

~~~

Baik Harim maupun Mugwang sibuk dengan pikiran masing-masing dalam perjalanan pulang. Harim merasa cemas dan takut setelah mengetahui fakta tentang Tagon. Ia berpikir keras, apa yang harus ia lakukan? Pangeran Danbyeok yang melindungi dan menjamin keluarganya telah tewas. Ia tak punya kekuatan untuk tempatnya bersandar.

[Idn] Noonbyeol : The Vengeance (AC FF) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang