Keajaiban di Yeonsei

226 36 19
                                    

"Hari ini aku akan ke Yeonsei," ucap Seungyoun diawal pagi Hangyul yang cerah ceria.

"Lalu?"

"Sepertinya menteri Seungwoo akan datang. Kau tidak ingin bertemu?"

Hangyul melongokkan kepalanya. "Seungwoo alumni Yeonsei?"

Wah hebat juga, batin Hangyul.

"Bukan. Dia sempat jadi dosen disana."

Wah lebih gila.

"Woah!"

Hanya itu yang bisa Hangyul ucapkan. Masa depan Seungwoo benar-benar secerah itu. Pantas dulu dia tergila-gila.

"Ikut atau tidak?"

"Ikut!"

Dan disusul suara Hangyul yang berlari ke kamar mandi. Ia harus berpenampilan seapik mungkin. Siapa tau kan Seungwoo berbelok arah...

Astaga kau ini apa-apaan Gyul.




















Hangyul mengenakan sweater babyblue yang dibelikan Seungyoun minggu lalu. Sudah lima belas menit ia mematut diri di depan cermin dan merasa masih belum sempurna saja.

"Kau ini sudah siap atau belum?"

Seungyoun bertanya setengah membentak membuat Hangyul tersadar dari dunianya.

"Sebentar..." balasnya.

Seungyoun akan langsung pergi ke Yeonsei. Ia sengaja tidak membawa manager karena acara kampus biasanya akan lebih santai.

Setelah memastikan dirinya nampak "baik" Hangyul keluar dari kamarnya.

"Bagaimana?"

"Apanya?"

Hangyul berdecih malas, "Aku, bagaimana?"

"Seperti biasa."

Jawaban Seungyoun membuat Hangyul ingin menjitak kepala solois itu.

"Tidak bersama manager hyungnim?"

"Tidak."

"Yohan ikut tidak ya.."

"Tidak tahu."

"Kau akan tampil lama?"

"Iya."

"Sedang sebal ya?"

"Iya."

"Aku manis?"

"Iy.. Apa maksudmu?"

Hangyul hanya nyengir menunjukkan deretan gigi rapinya. Kemudian menunjukkan dua jarinya membuat tanda peace.

"Nanti jangan membuatku malu."

"Kapan sih aku membuatmu malu?"

Oh Hangyul kadang tidak sadar diri.
















Kini keduanya telah sampai di Yeonsei. Salah satu kampus paling diminati di Korea Selatan.

Seungyoun langsung ke belakang panggung dan Hangyul ia biarkan berkeliling. Lagipun Hangyul akan menyusahkannya di belakang panggung.

"Cinta pertamaku menjadi professor lulusan Harvard bahkan saat belum genap tigapuluh tahun, menjadi dosen di universitas sebesar ini dan menjadi menteri. Hidupnya benar-benar timpang denganku," renung Hangyul di salah satu bangku taman universitas Yeonsei.

Matanya tak sengaja menangkap dua orang yang amat sangat ia kenali. Han Seungwoo dan Kim Yohan, atau bisa ia bilang sekarang Han Yohan. Dengan Yohan yang berjalan dibelakang Seungwoo.

Mereka nampak serasi.

"Kau cukup diam dan tersenyum. Itu tugasmu sebagai pasangan seorang menteri sepertiku," tegas pria yang lebih tinggi.

Mereka berdua melewati Hangyul seperti tak terjadi apa-apa.

"Bukannya aku selalu seperti itu Woo selama menikah dengamu," ucap Yohan lirih.

Lirih sekali tapi Hangyul masih bisa mendengar dengan jelas.

Kemudian ia bertanya-tanya, kenapa Yohan harus berkata seperti itu? Bukankah menikah dengan cinta pertama itu pasti bahagia?

Masa sih Yohan tidak bahagia?















Karena penasaran Hangyul memutuskan untuk membuntuti pasangan tersebut. Hangyul memilih untuk duduk tak jauh dari mereka.

Terlihat jelas Seungwoo menggenggam erat tangan Yohan sampai pria itu nampak kesakitan.

"Seungwoo yang cemburu itu mengerikan ya?"

Hangyul bergidik ngeri.

"Astaga. kenapa harus kebelet sekarang sih?"

Hangyul bimbang. Tetap mengawasi Yohan dan Seungwoo atau pergi mencari kamar mandi dan menuntaskan kebutuhannya.

Akhirnya setelah berdebat dengan diri sendiri ia pergi mencari toilet terdekat.

Tentunya dengan bertanya sana sini.

"Astaga leganya," ucapnya saat selesai menuntaskan hasratnya.

Saat hendak mencuci tangan netranya bertemu dengan netra Yohan yang baru saja memasuki toilet.

"Han," sapanya.

Tapi ajaib. Lagi-lagi Yohan melewatinya seperti tak ada apa-apa.

Hangyul maklum ketika tadi Yohan melewatinya, mungkin tengah terburu-buru. Tapi ini?

"Astaga kenapa aku seperti ini?" tanya Yohan pada kaca dihadapannya.

"Sadar diri Yohan kau bukan dia. Mana mungkin Seungwoo mencintai pria yang berpendirian lemah sepertimu."

Apa tadi?

"Yohan bodoh! Yohan bodoh termakan cinta."

Hangyul diam. Ia ingin memeluk Yohan tapi sepertinya Yohan tak bisa melihatnya. Jadilah ia diam saja ditempatnya tadi. Mematung.

"Kalau saja dia tidak menolak ajakan Seungwoo untuk menikah pasti aku masih jadi atlet dan tidak tersiksa dengan pernikahan menyedihkan ini."

Hangyul kelabakan. Yohan mulai menangis dan ia tidak bisa membantu apa-apa.

"Dari dulu aku selalu nampak menang dan punya segala apa yang aku mau. Sesungguhnya aku lebih menyedihkan."

Lama-lama Hangyul penasaran siapakah dia yang sejak tadi Yohan maksud.

Orang yang dicintai Seungwoo

Dan orang yang sama yang menolak Seungwoo

Apakah Choi Byungchan?

Otak Hangyul memikirkan berbagai kemungkinan yang ada.

"Ah, seharusnya aku ikuti kata Byungchan saja waktu itu."

Bukan Byungchan.

Lalu siapa?

Batin Hangyul menjerit tersiksa karena keingintahuannya semakin membuncah.













Tbc

Padahal kau tau keadaannya
Kau bukan untukku~

Ada Kita [Seungyul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang