"Dokter, bagaimana keadaan putra saya?" Sehun menghampiri dokter yang baru saja keluar dari UGD.
"Putramu... dia..." Dokter menjawab pertanyaan Sehun dengan ragu.
Sehun hampir terjatuh, lututnya terasa lemas namun Jongin dengan sigap menahannya. Dokter mengatakan bahwa kaki kanan Sejun patah dan harus segera di operasi, jika tidak maka Sejun akan kesulitan berjalan atau bahkan lumpuh.
"Bagaimana ini? Aku tidak punya uang sebanyak itu untuk operasi Sejun." Sehun menangis, Jongin mengusap lengan Sehun. Kepala Sehun terkulai dan bersandar di pundak Jongin, pria itu mengusap punggung rapuh Sehun yang bergetar karena tangisannya. Sena masih berada digendongannya dan ikut menangis melihat ibunya menangis.
"Kau jangan khawatir, Sehun. Sejun pasti sembuh dan kembali seperti sedia kala, kau jangan pikirkan masalah biaya operasinya. Itu tanggung jawabku sebagai pamannya..."
"Bagaimana keadaan cucuku?" Nyonya Kim datang dan menyela, rupanya orang tua Jongin datang bersama Irene. Sehun terperanjat dan menjaga jarak dari Jongin.
"Sejun harus di operasi, Ibu. Kakinya patah." Jongin menjelaskan dengan singkat, orang tua Jongin terkejut.
"Semua ini gara-gara kau! Cucuku kecelakaan karena kau tak becus menjaganya." Nyonya Kim menampar pipi Sehun, Sena kembali menangis melihat Ibunya di tampar dan memeluk kaki Sehun dengan ketakutan. Gadis sempat turun dari gendongan Sehun saat melihat neneknya datang dengan raut wajah khawatir sekaligus marah.
"Ibu! Apa yang Ibu lakukan?!" Jongin terkejut melihat Sehun menerima tamparan keras dari Ibunya.
"Itu pantas untuknya, Jongin. Andai saja wanita ini menyerahkan cucu-cucuku, maka kejadian ini tak akan pernah terjadi." Tuan Kim mendukung tindakan Nyonya Kim, Irene hanya tersenyum mengejek kearah Sehun yang tertunduk.
"Ini sama sekali tidak adil untuk Sehun. Selama ini Sehun susah payah merawat dan menjaga anak-anaknya dengan baik dan hari ini adalah musibah, siapa saja bisa terkena musibah seperti ini. Tolong kalian jangan memanfaatkan keadaan ini untuk semakin menekan Sehun. Karena dialah yang paling menderita saat ini." Jongin membela Sehun, ia tak bisa melihat ketidak adilan yang di alami oleh Sehun.
Kemarin Jongin telah melakukan kesalahan terhadap Sehun karena bersedia menuruti ucapan Ibunya untuk membujuk Sehun agar menyerahkan anak-anaknya, Jongin akui bahwa ia telah keliru. Tidak seharusnya Jongin mendukung Ibunya yang ingin memisahkan anak-anak itu dari Ibu kandungnya sendiri.
Dan sekarang Jongin ingin menebus kesalahannya, ia ingin mengakhiri permasalahan ini agar Sehun dan anak-anaknya bisa hidup dengan tenang.
"Kenapa kau selalu membela Sehun, sayang? Semua ini demi kebaikan keponakan kita. Sehun itu sangat egois, dia tidak mau anak-anaknya bahagia hidup mewah dan bahagia bersama keluarga kita. Sehun ingin anak-anaknya menderita seumur hidup mereka dalam kemiskinan tanpa memiliki masa depan yang jelas." Ucap Irene sambil menatap Sehun dengan sinis. Sehun terdiam.
"Sudah hentikan! Ini bukan saatnya kita berdebat masalah hak asuh anak. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mengambil tindakan untuk operasi kakinya Sejun." Jongin melerai. Ia mulai muak dengan tingkah keluarganya yang egois.
"Maaf.. Siapa yang akan menjadi wali untuk tanda tangan persetujuan operasi Sejun?" Seorang suster menghampiri.
Sehun terdiam. Seharusnya yang tanda tangan adalah ayah Sejun, namun sekarang ayah Sejun sudah meninggal. Kenyataan itu membuatnya ingin menangis.
"Aku yang akan menjadi walinya." Jongin menjawab suster. Sehun tertegun, ia menatap Jongin yang sedang menandatangi surat persetujuan operasi Sejun. Mereka saling bertatapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME TO HAPPINESS | KAIHUN (END)
RomanceJongin yang menemukan kebahagiaannya bersama Sehun, istri dari mendiang adiknya. Genderswitch for uke!