3

1.2K 120 7
                                    

"Apa ini tidak terlalu berlebihan, Tuan? Sebenarnya aku bisa tidur bersama anak-anak." Sehun berucap lembut. Jongin tersenyum kecil dan menyentuh pundak Sehun.

"Ini kamar adikku dan itu berarti kamarmu juga. Jadi tidurlah disini, lagipula kamar anak-anak ada di depan kamarmu jadi kau tak perlu terlalu khawatir." Jongin mengusap lengan Sehun. "Dan bisakah kau berhenti memanggilku 'Tuan'? Aku adalah kakak iparmu 'kan? Panggil aku sesuka hatimu asalkan jangan 'Tuan'."

"Tapi, Tuan..."

"Aku mohon, Sehun." Tatap Jongin penuh harap.

"Baiklah.. Kakak ipar? Kak Jongin?" Sehun terkekeh. Entah kenapa rasanya ia ingin tertawa, canggung sekali. Jongin pun ikut tertawa.

"Kau canggung sekali. Ya, aku memang lebih tua darimu tapi mungkin lebih baik jika kau memanggil namaku saja. Akan terasa lebih akrab." Mereka saling bertatapan mata untuk beberapa saat.

"Baiklah... Jongin." Ucap Sehun pelan seperti bisikan dan mereka masih saling bertatapan mata.

"Itu lebih baik." Ucap Jongin rendah. Mereka saling melempar senyuman.

Jongin dan Sehun mengobrol untuk beberapa saat, mereka terlihat sangat akrab dan tak canggung lagi untuk saling melontarkan candaan. Sehun beberapa kali di buat tertawa oleh Jongin dan Jongin sangat menyukai tawa riang Sehun.

Sehun seperti tak memiliki beban hidup yang berat saat bersama Jongin dan mampu tertawa lepas. Entah kapan terakhir kali Sehun tertawa, ia sudah lupa.

Semenjak suaminya meninggal, hidup Sehun hanya di rundung kesedihan. Hanya karena anak-anak semangat hidup Sehun masih ada, jika tidak ada anak-anak maka entah apa yang terjadi. Mungkin Sehun akan pergi menyusul suaminya.

Malam harinya Jongin tak bisa tidur, entah kenapa di pikirannya hanya ada Sehun. Ia terus memikirkan Sehun dan tak bisa ia hapuskan bayang-bayang wajah Sehun dibenaknya, Irene sudah tertidur pulas di sampingnya.

"Ada apa denganku?" Jongin berbisik lalu mengusap wajah tampannya dan menghembuskan nafasnya.

Keesokan harinya Jongin bangun di pagi hari, seperti biasanya, ia harus pergi bekerja. Walau hanya tidur beberapa jam.

Setelah bersiap Jongin keluar dari kamarnya dan melangkahkan kaki panjangnya menuju ruang makan, ia melihat Sehun di dapur, membantu bibi Jung memasak sarapan. Jongin kurang tidur dan merasa tubuhnya lemas, namun setelah melihat Sehun entah kenapa kantuknya seketika hilang. Seolah dengan melihat Sehun saja mampu membuat seluruh energi positif masuk ke tubuhnya.

"Kau sudah disini rupanya. Sebentar lagi sarapannya siap, tunggu sebentar." Ucap Sehun pada Jongin lalu tersenyum, Jongin menatap Sehun dengan lekat yang sedang sibuk memindahkan semua makanan yang telah matang ke piring.

Jongin berpikir Sehun terlihat seperti seorang istri baginya, selama ini Jongin tak pernah mencicipi makanan yang dibuat oleh istrinya sendiri. Ia tak pernah melihat Irene memasak di dapur dan seumur hidupnya ia hanya merasakan masakan bibi Jung atau sesekali masakan Ibunya.

Jongin sangat mendambakan sosok istri seperti Sehun.

"Sehun, kenapa kau harus repot-repot memasak?" Jongin menatap Sehun yang sedang menghidangkan makanan di hadapannya.

"Tidak repot sama sekali. Aku hanya membantu bibi Jung." Jawab Sehun dengan lembut. Pagi Jongin benar-benar indah hari ini.

Mereka mengobrol sejenak sambil Jongin memakan sarapannya dan meminum kopi yang di buatkan oleh Sehun, orang tua Jongin dan Irene masuk ke ruang makan. Irene menatap Sehun tak suka karena mengobrol dengan suaminya.

TIME TO HAPPINESS | KAIHUN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang