BAB 1

17.8K 2.2K 341
                                    

World Health Organization New Headquarter, Seoul

Diumur tiga puluh tiga tahun Arya Agnibrata memiliki dua gelar doktor dalam bidang mikrobiologi dan patologi, kemampuan tujuh bahasa termasuk Latin dan hanya satu kekurangan pria itu—kesombongannya sendiri. Jack Kim menatap atasannya yang menyebalkan itu dengan tatapan tidak percaya. Apa pria itu baru saja mengatakan kepada tiga presiden negara adidaya mereka bodoh?

Jack tidak berani mengeluarkan sedikitpun suara ataupun bergerak dari kursinya yang berada di ujung ruangan konferensi. Pagi ini Arya Agnibrata membawakan rapat penting mengenai perkembangan vaksin Covid-19 yang belum juga ditemukan. Presiden Jennifer House dari America Serikat memaksa perkembangan vaksin dipercepat dan dengan santai Direktur Jenderal WHO yang baru menjawab, "Daripada Anda memaksa jawaban dari saya—dimana saya sudah menjelaskan semua upaya telah dilakukan untuk memproduksi vaksin yang tepat untuk pandemi ini, sebaiknya Anda mengatur warga Anda untuk mengikuti peraturan lockdown Presiden House."

Jennifer House yang baru saja menduduki kursi kepresidenan tercengang mendengar Arya Agnibrata mengatakan kata-kata tersebut. "Agnibrata," Jennifer menyebut nama pria itu.

"Sebenarnya, Profesor Agnibrata," kata Arya membenarkan Jennifer. "Saya memanggil Anda dengan nama Presiden House, Anda seharusnya memanggil saya dengan gelar yang sesuai, bukan? Daritadi Anda, Presiden Maric, dan Perdana Menteri Callum terus memanggil saya dengan nama belakang saya saja. Apa menurut kalian saya adalah teman kalian? Saudara kalian? Tentu saja bukan. Saya akan memberitahu kalian update besok pagi. Terimakasih banyak."

Dengan cepat Jack berdiri dan mematikan hubungan video-call conference yang dilakukan Arya bersama dengan tiga presiden negara adidaya dan mengikuti Arya Agnibrata keluar ruangan. "Profesor, apa Anda ingin makan siang?"

"Saya tidak memperkerjakan Anda Jack untuk bertanya kepada saya apa saya ingin makan siang. Saya ingin meeting note siang ini untuk Anda rangkum sebelum jam tiga. Dokter Elis Elijah dari divisi finance untuk bertemu dengan saya untuk mendiskusikan budgeting tahunan."

"Baik Profesor," Jack berkata. Pria menyebalkan!

Jack Kim membuka pintu kerja Arya dan membiarkan sang profesor masuk. Jack tidak melakukan tugasnya seperti yang diperintahkan karena ia harus memberitahu temannya Kalea di departemen sanitation global development apa yang baru saja terjadi.

Kalea yang menikmati kantor barunya di tengah kota Seoul mendapatkan telepon dari Jack dan ia mengangkatnya, "Bagaimana Profesor Kaku kita semua hari ini Jack?"

"Mempermalukan tiga presiden hari ini."

"Spill the tea sister!"

"Makan siang?"

"Ya, lobi utama lima belas menit?"

Lalu Jack melihat jam tangannya, "Maaf, tidak bisa. Profesor Kaku menyuruhku membuat meeting note dan memanggil.... Aku lupa. Sudah aku akan meneleponmu lagi nanti."

"Baiklah. Jangan sampai kamu dibunuh Profesor Kaku, Jack. Kamu adalah mata-mata satu kantor ini," kata Kalea.

Jack mematikan teleponnya dan kembali bekerja. Dirinya menangis di dalam hati. Kenapa ia harus menjadi asisten pribadi Arya Agnibrata?

"Eyang," suara cerita Riley terdengar. Thackeray Agnibrata tersenyum mendengar suara cucu tertuanya dan ia mendengarkan apa yang harus gadis muda itu katakan kepadanya, "Eyang hari ini sudah nonton Bang Bang Con belum?"

"Sudah dong, hari ini Eyang nonton dari awal sampai akhir untuk kamu Riley."

"Eyang, mereka semua akan menikah denganku suatu hari nanti."

Thackeray Agnibrata menaikkan sebelah alisnya, "Semuanya?"

"Tentu saja Eyang. Kenapa memilih satu kalau bisa mendapatkan tujuh bidadari yang turun dari surga," kata Riley kepada kakeknya.

"Apa Papa kamu masih marah kepadamu Riley?" tanya Thackeray mengganti topik pembicaraan. Riley yang tadinya ceria terlihat lesu dan kesal, "Papa menyita handphone dan laptop-ku lebih dari tiga minggu Eyang."

"Oh, poor child."

"Eyang bisa memarahi Papa, tidak?" tanya Riley kepada kakeknya.

"Eyang tidak berani memarahi Papa kamu, Riley. Terakhir kali Eyang mencobanya Papa kamu menceramahi Eyang kalau rumus fisika untuk gravitasi tidak sama dengan menemukan jodoh di dunia ini. Empat jam Eyang harus mendengarkan rumus fisika yang tidak masuk akal."

"Yes, that sounded like Papa," Riley mendesah. "Eyang, aku sudah mengumpulkan uangku untuk pergi ke konser BTS, tapi Papa tidak mengizinkanku."

Thackeray membalas, "Apa Papa kamu memberikan alasan kenapa kamu tidak boleh pergi ke konser BTS?"

"Aku juga tidak tahu padahal kedua kakak Na-young akan menemani kita semua karena kita dibawah lima belas tahun. Mereka akan menjagaku, Eyang. Tapi Papa tetap tidak mengizinkan."

"Oh begitu."

"Eyang, kenapa aku diberikan Papa yang begitu kejam di dunia ini sih?" tanya Riley kepada kakeknya. "Apa Papa tidak menyayangiku?"

"Papa kamu sangat menyayangi kamu Riley. Hanya saja Papa kamu tidak bisa mengekspresikannya. Sekarang sudah jam lima waktu Seoul bukan begitu Riley? Apa kamu sudah mengerjakan tugasmu dan mengirimkannya kepada Papa kamu?"

Riley terkejut melihat jam di meja belajarnya, "Eyang aku belum mengerjakannya! Baiklah Eyang, aku akan berbicara denganmu lagi besok. Riley sayang Eyang."

"Eyang juga sayang Riley. Sangat." 

I've Told Every Little Star | Kanaka No. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang