BAB 17

8.5K 1.5K 131
                                    

"Papa," kata Riley memanggil ayahnya yang baru saja pulang dari kantor. Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan Riley membukakan pintu depan rumah untuk Arya. "Papa sudah makan?" tanya Riley kepada ayahnya.

Arya melihat jam tangannya, "Bukannya seharusnya kamu tidur?"

"Aku dan Eyang Putri baru saja selesai menonton ulang semua video BTS, Pa."

"Kamu harus tidur Riley. Besok kamu sekolah," kata Arya. Ia berjalan melewati Riley dan anaknya mengikuti, "Aku bisa memasakkan ayah bokkeum-bap."

"Tidurlah Riley," kata Arya kepada Riley.

"Tapi pasti Papa lapar," Riley tersenyum dengan ceria dan mendorong tubuh ayahnya yang jauh lebih besar daripadanya ke arah dapur. "Aku tidak mau wanita yang mencoba mengambil Kim Tae-hyung dariku mengatakan kalau papaku kurus. Enak saja ia menjelek-jelekanmu Papa. Wanita itu tidak mengenal Papa."

Arya mau tidak mau duduk di kursi meja makan sementara Riley mulai memanaskan kompor listrik. Lalu anaknya mulai memasak dan Arya berkata kepada Riley, "You don't have to do that you know."

"Apa?" tanya Riley yang selalu ceria.

"Care."

"Ada tiga hal di dunia ini yang aku sayang—Papa, Papa, dan Papa. Kim Tae-hyung keempat," kata Riley yang tersenyum kepada ayahnya.

"Kenapa?"

"Karena Papa tidak pernah meninggalkanku."

Lima belas tahun yang lalu....

"Kamu salah," kata Ki-Na kepada Arya.

Arya tengah menaruh palet virus ke dalam mikroskop untuk mempelajari manipulasi level PGE(2) dalam berbagai tiroid cytokines yang diasosiasikan dengan ophthalmopathy. Sebelumnya ia mengatakan kepada Ki-Na kalau tidak mungkin dan hampir mustahil untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan pembekakan dalam sel tisu. "Protasglandin E(2) dalam sel pasien TAO, Arya. Anak kecil saja tahu."

"Apa yang membuatku lebih pintar darimu adalah aku tidak pernah salah, Ki-Na," kata Arya. Ki-Na menyadari setelah dua minggu ia bertemu dengan Arya terus menerus, selama masa itu Arya telah berhasil tidak tergagap ketika berbicara dengannya.

"Kamu sudah merasa dekat denganku ya?" kata Ki-Na tersenyum.

"..."

"..."

"Kamu tidak tergagap lagi."

"Ap-Apa kamu tidak akan melakukan apapun dan hanya berbicara terus menerus?" kata Arya yang meminta Ki-Na untuk bekerja bersamanya menyelesaikan eksperimen mereka untuk Profesor Garret.

"And he's back," kata Ki-Na. "Cupu."

Dua jam kemudian Arya sudah siap untuk meninggalkan Ki-Na yang masih harus merapihkan buku-bukunya tapi wanita itu sekali lagi memanggil namanya, entah sudah berapa kali wanita itu memanggil namanya. "Arya ini.... Arya itu.... Arya kamu salah...."

"Apa?" tanya Arya ketika ia mendengar namanya.

"Tunggu."

"Aku bukan pacar kamu," kata Arya kepada Ki-Na.

"Oh memangnya hanya pacar aku saja yang boleh menungguku? Arya Agnibrata tidak bisa menunggu partner labnya?" tanya Ki-Na.

"Tidak bisa."

Ki-Na tersenyum, "Kamu terdengar seperti pria yang cemburu karena aku telah memiliki Damien."

Arya membalas, "Jangan bermimpi Ki-Na, aku tidak akan pernah menginginkan kamu. Karena aku tidak akan pernah mengambil apa yang menjadi milik orang."

"Aw, malaikat sekali," kata Ki-Na yang telah mamasukkan semua bukunya ke dalam tas. Tapi ketika ia berdiri, seisi tasnya terjatuh dan mengeluarkan semua buku-buku, kertas-kertas, berserta alat tulisnya ke lantai. Arya Agnibrata menatapnya dengan kasihan. "Yauda deh, kalau kamu mau pergi tinggalkan aku saja. Dasar Cupu Jahat!"

Arya tidak meninggalkannya.

Pria itu menaruh kembali tas pria itu dan berjongkok untuk membantu Ki-Na, "Dasar bodoh," kata Arya kepada Ki-Na. Ia mengambil semua pena Ki-Na yang berwarna pink dan berkata, "Mengapa kamu mempunyai banyak sekali pena dengan warna yang sama?"

"Untuk menulis?" tanya Ki-Na dengan sarkastik.

"Tapi semuanya sama."

"Kamu sangat menyebalkan Cupu."

"Dan kamu sangat merepotkan," Arya mengambil pena terakhir tapi tangan Ki-Na sudah mengambilnya terlebih dahulu. Mau tidak mau tangan mereka bertemu dan Arya dengan cepat menjauhkan tangannya, membuatnya terjatuh kebelakang. Bokongnya jatuh ke lantai dan ia meringis kesakitan dari posisinya yang berjongkok, "Agh!"

Ki-Na tertawa, "Apa kamu baik-baik saja?"

"Apa kamu serius menanyakan itu? Tentu saja aku tidak baik-baik saja."

Ki-Na memberikan tangannya kepada Arya, "Ayolah, pegang tanganku."

"Tidak mau."

"Cupu dan lemah. Kamu."

"Menyebalkan dan menyebalkan. Kamu."

"You don't have to do that you know," kata Arya kepada Ki-Na.

"Apa?"

"Berusaha peduli kepadaku."

"Kenapa?"

"Karena...."

"Apa?"

"Sudahlah," dan Arya berusaha untuk berdiri sendiri walaupun bokongnya kesakitan.


Nasi goreng di dalam Bahasa Korea.

I've Told Every Little Star | Kanaka No. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang