Chapter 3

300 69 46
                                    

(。;_;。)

Sore ini hujan turun dengan derasnya.Suara kilat disertai gemuruh membuat suasana serasa lebih mencekam ditambah lagi listrik padam yang membuat cahaya kilatan petir terlihat lebih jelas.

Hal itu membuat siswa yang ingin pulang ke rumah menjadi tertunda. Walaupun ada beberapa siswa yang nekat menerobos hujan. Tania, Gamma, serta beberapa murid lainnya masih setia duduk di dalam kelas. Tania membaca novel yang baru ia pinjam dari perpustakaan tadi siang. Sedangkan Gamma memejamkan matanya sambil mendengarkan musik menggunakan earphonenya.

Sudah lebih dari setengah jam mereka menunggu namun tidak ada tanda-tanda hujan akan reda.

"Tan, lo nanti pulang bareng gue aja. Daripada lo jalan kaki," tawar Gamma pada Tania yang sudah mengakhiri kegiatan membacanya.

"Enggak usah aja, aku bisa jalan kaki kok, bentar lagi juga paling hujannya berhenti."

Gamma menunjuk langit yang kelihatan masih gelap. "Lo lihat enggak sih langit aja masih gelap banget gitu."

Tania melihat arah yang ditunjuk Gamma. Dan benar saja langit masih gelap dan angin semakin kencang. Tania diam memikirkan tawaran Gamma.

"Enggak usah banyak mikir, iyain aja tawaran gue!"

"Yaudah. Maaf ya aku ngerepotin kamu terus."

"Hobi banget sih lo minta maaf, lebaran masih lama juga."

(。;_;。)

Saat ini Gamma dan Tania sedang berada di dalam mobil. Mereka nekat menerobos hujan dari kelas hingga sampai ke parkiran sekolah. Hal itu membuat baju keduanya sedikit basah.

Tania berulang kali menggosokkan kedua telapak tangannya. Hal tersebut tidak lepas dari pandangan Gamma.

"Lo kedinginan ya?" tanya Gamma yang daritadi memperhatikan aksi Tania tersebut.

Tania menggelengkan kepalanya. Sesaat setelah itu sebuah jaket hitam bertengger manis di bahunya.

Tania menengok ke arah Gamma.

"Udah lo pakai aja jaket gue," ujar Gamma sebelum Tania bertanya kepadanya. Kemudian ia fokus menyetir mobil lagi.

Suasana di dalam mobil cukup hening. Tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Tania sepanjang jalan hanya melihat ke arah jendela, sedangkan Gamma fokus mengendarai mobil.

"Stop Gam," ujar Tania spontan saat mereka baru akan memasuki komplek rumah Tania.

Gamma dengan cekatan mengerem mobilnya, sehingga menyebabkan badan keduanya sedikit terpental ke depan.

"Gila lo, mau ngajak mati?" ucap Gamma sedikit syok.

"Aku turun di sini aja."

"Enggak! Gue anter lo sampai depan rumah."

"Enggak usah!"

"Lo takut dimarahin karena pulang telat? Udah tenang aja nanti gue bilangin ke orangtua lo."

"Bukan gitu maksudnya..."

"Udah ah, pokoknya gue bakal anterin lo sampai depan pintu rumah lo. Gue enggak menerima penolakan."

Tania hanya pasrah, ia tidak bisa melawan Gamma yang keras kepala. Kemudian Gamma kembali melajukan mobilnya ke arah rumah Tania.

(。;_;。)

Sesampainya di rumah Tania, Gamma turun dari mobil dan mengitari bagian depan mobil guna membukakan pintu untuk Tania. Hal ini belum pernah ia lakukan sebelumnya, Tania adalah orang pertama yang ia perlakukan seperti layaknya ia memperlakukan bundanya.

Gamma mengetuk pintu rumah Tania, kemudian tidak lama setelah itu muncul seorang wanita dengan penampilan yang cukup mewah membukakan pintu tersebut.

Plak

Tamparan keras mengenai pipi kiri Tania. Tamparan itu membuat pipi tania merah dan ujung bibir Tania sedikit sobek. Gamma melihat hal tersebut langsung syok dan tanpa banyak bicara ia kemudian memeluk Tania.

"Gam, lepasin! Aku enggak kenapa-kenapa kok," ucap Tania kemudian Gamma melepaskan pelukannya.

"MAU JADI PELACUR KAMU JAM SEGINI BARU PULANG!! DASAR ENGGAK TAU DIRI!!"

"Ma, maafin Tania. Tadi hujan deras makannya Tania pulang telat."

"ENGGAK USAH BANYAK ALASAN KAMU! KECIL-KECIL UDAH PANDAI JUAL DIRI!!"

"MA, STOP!! TANIA ENGGAK JUAL DIRI!! TANIA ENGGAK PERNAH NGELAKUIN HAL KAYAK GITU!!"

Plak

Tamparan yang lebih keras kembali mengenai Tania, kali ini pipi kanannya yang menjadi sasaran mamanya.

"UDAH BERANI NGELAWAN SAYA KAMU?"

Kali ini Gamma tidak tinggal diam, ia akan melindungi Tania dari wanita yang berpelakuan sangat kasar di depannya ini.

"Tante, yang dibilang anak tante benar kok, Tania pulang telat karena hujan deras," Gamma menjelaskan kepada mama Tania.

"Dia bukan anak saya, saya tidak pernah punya anak seperti dia! Dan siapa kamu, enggak usah ikut campur urusan saya dengan dia!" maki mama Tania pada Gamma.

"Saya teman sekolahnya Tania. Tolong tante jangan memperlakukan Tania seperti tadi, saya mohon."

Untuk pertama kalinya seorang Gamma memohon kepada seseorang demi seorang cewek yang baru ia kenal beberapa minggu lalu.

"Saya tidak peduli, sekarang kamu pulang dan jangan dekat-dekat dengan dia!!" ucap mama Tania lalu menyeret Tania masuk ke dalam rumah.

Gamma masih berdiri di depan pintu rumah Tania yang sudah tertutup. Dia mendengarkan semua cacian yang dikeluarkan oleh wanita yang Tania sebut dengan Mama.

Namun,sepanjang wanita itu mencaci Tania, Gamma sama sekali tidak mendengar satu katapun keluar dari mulut Tania. Yang ia dengar hanyalah isak tangis Tania.

Gamma yang melihat dan mendegar hal tersebut merasa iba. Hatinya kembali tersentil untuk membantu Tania terbebas dari wanita tadi. Gamma yakin kalau diamnya Tania selama ini adalah karena masalah yang ada di keluarganya.

(。;_;。)

Setelah Tania dicaci dan dimaki mamanya dengan kalimat yang sangat tidak pantas diucapkan seorang ibu kepada anaknya, Tania kemudian di kunci di dalam kamar oleh mamanya.

Bu Mina yang melihat hal tersebut hanya pasrah, dia diamcam oleh nyonya nya untuk tidak membantu Tania. Jika ia nekat untuk membantu Tania, maka tak segan nyonya nya akan melakukan perbuatan yang lebih kejam lagi kepada Tania.

"Neng, maafin Ibu enggak bisa bantuin Neng. Ibu diancam sama mamanya Neng Tania," ucap Bu Mina di luar kamar Tania.

"Tania enggak kenapa-kenapa kok Bu. Bu Mina enggak usah minta maaf sama Tania," jawab Tania dengan suara serak akibat menangis.

"Tuhan, tolong bantu Tania untuk membuka hatinya Mama," ucap Tania  sebelum kegelapan menyelimutinya. Tania pingsan di dalam kamar yang terkunci.

(。;_;。)

Terimakasih sudah membaca cerita inj. Semoga kalian suka.

Lv u

True Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang