Chapter 8

193 52 12
                                    

(。;_;。)

"Tan, gue mau ngomong serius sama lo,"ucap Gamma mengubah ekspresi yang semula jail berubah menjadi lebih serius.

Tania yang semula menatap ke depan, kini ia menolehkan kepalanya menghadap Gamma.

"Yaudah ngomong aja."

Gamma menarik nafas panjang, kemudian ia menggenggam kedua telapak tangan gadis di depannya. Tania sedikit terkejut dengan perlakuan Gamma.

"Jujur, pertama kali gue ketemu lo gue merasa lo beda dari cewek kebanyakan. Lo sederhana, lo cuek, dan lo pemberani. Sejak gue duduk satu meja sama lo, gue pengen tahu semua tentang hidup lo. Entah karena apa gue pengen selalu ada di samping lo, hati gue seakan menuntun gue untuk selalu menjaga lo. Pernah sesekali otak gue menolak untuk mencampuri kehidupan lo, tapi apa daya dorongan dalam diri seakan maksa gue untuk melakukan itu, gue enggak bisa nolak. Gue bingung sama perasaan gue sekarang..."

"Intinya aja langsung, Gam," ucap Tania menjeda ucapan Gamma.

Gamma mendesah frustasi, "Argh enggak asik lo! Gue udah nyusun kata-kata yang paling sempurna malah lo jeda, kan gue jadi lupaaaaa!!!"

Tania tersenyum polos. "Ya sorry, habisnya kamu bertele-tele ngomongnya."

Gamma membuang nafas kasar. "Oke, intinya gue mau nembak lo. Gue pengen lo jadi pacar gue, jadi calon masa depan gue lebih tepatnya. Tapi, gue enggak nerima penolakan," ucap Gamma dengan tempo bicara yang lebih dipercepat.

"Hah?pacar?"

Gamma mengangguk penuh harap. "Mau kan?"

Tania hanya diam, tak ada satu kata yang keluar dari mulut gadis itu.

"Tan, jawab dong!" ucap Gamma sambil meniup muka Tania.

"Oke," jawab Tania singkat dan membuat Gamma kaget.

"Maksudnya?!" tanya Gamma yang tidak paham dengan jawaban Tania.

"Iya oke, katanya kamu enggak nerima penolakan," jawab Tania polos tanpa rasa bersalah.

"Tannnn, gue serius. Plis lo jawab sesuai hati nurani lo!" Gamma menggeram frustasi.

"Iya, aku mau."

Secara spontan Gamma berdiri dan berteriak "YES!"

Tania tersenyum melihat kelakuan cowok yang baru saja menyatakan cinta padanya. Gamma mendekat ke arahnya lalu membisikkan sesuatu padanya.

"Hari tanggal 02- 02- 2020. Pukul 10.20 WIB kita resmi jadian."

Pipi Tania bersemu merah dan membuat Gamma gemas. Tania menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya. Gamma yang tak tahan melihat hal itu, kemudian mengangkat tubuh Tania dan memutarkan tubuh Tania di udara seolah Tania adalah anak kecil.

Kedua remaja yang baru saja jadian tersenyum bahagia bersama seakan keduanya lupa dengan masalah yang sedang menimpanya.

Tania memukul-mukul bahu Gamma minta untuk diturunkan karena ia merasa kepalanya sedikit pusing. Gamma menghentikan aksinya kemudian nenurunkan gadis yang saat ini sudah resmi menjadi pacarnya.

"Gam, kamu ingat enggak?"tanya Tania ambigu saat mereka sudah kembali duduk di sofa yang semula mereka duduki.

Gamma mencoba mengingat sesuatu, kemudian ia menggeleng.

"Kita ngelewatin satu jam pelajaran, padahal hari ini kelas kita ada ulangan Matematika, Bu Diah lagi gurunya," ucap Tania sedikit khawatir.

"Yaudah biarin, kan bisa ulangan susulan," jawab Gamma terkesan acuh.

"Kalau dihukum gimana? Apalagi kamu juga tadi pas pelarannya sebelumnya juga enggak masuk," tanya Tania polos.

Gamma mengacak rambut gadis di sebelahnya, "Kalau dihukum yaudah dijalanin, lagian enggak mungkin juga kalau Bu Diah bakal ngasih hukuman yang ekstrim. Semua guru disini sudah pada tahu kalau aku cucu dari pemilik sekolah."

Ucapan Gamma barusan membuat Tania terkejut. Jadi selama ini dirinya dekat dengan cucu pemilik sekolah dan sekarang ia menyandang sebagai pacar dari cucu pemilik sekolah. Sungguh bodoh karena Tania tidak mengetahui hal itu.

"Berarti kamu cucunya Pak Ramzi?"tanya Tania dan diangguki oleh Gamma.

"Kamu kenal sama kakekku?"

Tania mengangguk. "Beliau pernah ngasih aku hadiah HP saat aku menang lomba akhir semester kemarin."

"Jadi lo adalah cewek yang sering kakek ceritain saat sedang kumpul keluarga dong?"Gamma menatap tak percaya pada Tania, pasalnya ia sedikit terkejut mengetahui kalau pacarnya ini adalah orang yang sering dibangga-banggakan kakeknya saat sedang kumpul keluarga.

"Kakek nyeritain aku?"

"Iya, beliau sering nyeritain prestasi lo."

Tania tersenyum bangga, ternyata masih ada orang yang merasa bangga dengan prestasinya. Ia tak hanya fokus untuk mencari perhatian mamanya hingga ia tidak menyadari bahwa masih ada orang yang bangga dengan dirinya.

"Oh iya, mana HP lo?" tanya Gamma yang baru menyadari selama ini ia tidak pernah melihat Tania menggunakan HP.

"Di rumah, aku enggak pernah pakai kalau enggak perlu banget," jawab Tania dan membuat Gamma tepuk jidat.

"Besok dibawa, gue mau pinjem."

"Kenapa? Kan kamu udah ada HP," tanya Tania polos.

"Sekarang kita udah pacaran, dalam sebuah ikatan itu harus ada komunikasi. Masa kita komunikasi cuma di sekolah, enggak asik dong. Besok pokoknya lo harus bawa," jelas Gamma gadis polos yang beberapa hari ini selalu menghantui pikirannya.

"Oke, kalau aku enggak lupa ya."

(。;_;。)

Hingga bel pulang sekolah, Gamma dan Tania tidak kembali ke kelas. Tania sebenarnya sudah membujuk Gamma untuk kembali ke kelas, namun Gamma adalah Gamma, lelaki bossy yang susah diajak negosisasi.

Setelah mereka turun dari rooftoop, mereka kemudian mengambil tas di kelas. Gamma berencana akan mengajak Tania ke sebuah kedai kopi yang akhir-akhir ini menjadi langganannya.

"Tan, ikut gue bentar yuk," ajak Gamma saat mereka sampai di parkiran sekolah.

"Lain waktu aja ya," tolak Tania halus.

"Kenapa? Lo takut dimarahin mama lo?" tanya Gamma dan diangguki Tania.

"Tenang aja, cuma sebentar kok. Nanti gue bantu ngomong sama mama lo."

Setelah menimbang keputusan, Tania akhirnya menerima ajakan Gamma.

(。;_;。)

Gamma menghentikan mobilnya di depan sebuah kedai kopi. Tania terkejut mengetahui tempat tujuan yang Gamma maksud, kedai kopi langganannya.

"Ini tempatnya?" tanya Tania saat mereka sudah keluar dari mobil.

"Iya, lo enggak suka ya?" tanya Gamma sedikit khawatir, pasalnya ini pertama kali mereka keluar bersama dengan status pacaran.

Tania menggeleng. "Aku suka, tapi aku enggak nyangka aja kamu ajak aku kesini. Ini kedai kopi langganan aku setiap pulang sekolah, namun beberapa hari ini aku enggak kesini."

"Selera kita berarti sama. Yok masuk!" ajak Gamma lalu menggandeng tangan Tania.

Saat mereka memasuki kedai kopi, ada sepasang mata yang menatap mereka dengan raut muka penuh kebencian.

"Nikmati kebahagian kalian sekarang, karena tidak lama lagi aku akan membuat hubungan kalian berdua hancur," ucap seseorang itu dengan senyum miring dan tatapan meremehkan.

(。;_;。)

Terimakasih sudah membaca cerita ini. Untuk chapter ini kita senang-senang dulu.

Lv u

True Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang