"Bukankah kita tidak akan pernah tau sesuatu sebelum kita mencobanya?"
Katanya, kita tidak boleh menyalahkan takdir. Tidak boleh menyalahkan Tuhan. Tidak boleh menyalahkan waktu. Tidak boleh menyalahkan diri sendiri, apalagi oranglain. Satu pertanyaan yang ada dalam benak cewek cantik bernama Anshally Rainkania, lalu ia harus menyalahkan siapa?
Keadaan dimana yang kaya raya harus SEDIKIT turun kekayaannya, gara-gara Papanya selingkuh itu salah siapa? Anshally harus meninggalkan rumah mewahnya, dan pergi bersama Mamanya ke sebuah kota dengan rumah yang tak semewah dulu, itu salah siapa?
Logikanya begini, dalam hidup kita harus menerima semuanya. Suka duka, tangis tawa.
Tuhan menciptakan bahagia, maka luka pun akan hadir menyertainya.
Tuhan menciptakan keindahan, maka keburukan akan muncul perlahan.
Manusia hidup untuk di uji.
Seberapa kuat Ia bisa memperjuangkan hidupnya.
Lalu, Anshally bertanya lagi. Seberapa jauh Ia akan diuji? Seberapa kuat kekuatannya untuk menghadapi?
Ah, Ia ingat. Belum jelas nasib keluarganya, Anshally sudah mendapatkan ujian baru. Cowok cupu yang menembaknya tadi.
Sendok yang dipegang, Ia letakkan dengan manis disemangkuk mie ayam favoritnya. Tidak selera. Memikirkan semua masalah hidupnya.
Anshally melirik Xena, rupanya Xena sedang lahap menyantap bakso. Ia melihat ke sekeliling, sama saja. Semuanya tampak menikmati makanan kantin tanpa beban. Nikmatnya, jika Anshally bisa seperti itu.
Ia masih hafal betul cowok cupu tak tahu malu itu menembaknya. Dia kira dia siapa bisa nembak Anshally dengan mudahnya. Belum tau sih Anshally itu seperti apa.
Lagipula, darimana cowok cupu itu tau namanya?
Anshally kan terkenal. Sepertinya tidak sedikit persentasi semua orang mengenalnya. Jakarta-Sukabumi, jauh. Tapi kecantikan Anshally lebih dari jarak itu kok.
Masalahnya, kalo si cowok itu tidak memakai kacamata yang lumayan tebal, ya masih lumayan. Meski Anshally hanya mengenalnya sekilas, tapi sudah pasti dan teruji, sikap cowok cupu itu pendiam. Tidak mengasyikkan. Catat hal itu.
Anshally Rainkania. Bukan nama biasa. Anshally special. Tentu harus mendapatkan apapun yang special. Seperti cowok sangar waktu pagi misalnya. Bukan cowok cupu itu!
Mikirin semua itu, bikin kepala cantik Anshally mumet. Kalo di Jakarta enak. Mumet dikit, shopping. Galau dikit, jalan ama doi yang tiap hari ganti.
Disini gaada harapan. Anshally gabisa sebebas dulu. Selain fasilitas kurang mewah dari Mamanya, ia juga tak memiliki teman sepemikiran. Susah.
"Shall? Lo lagi mikirin apa sih?" Xena berhasil menyentak lamunan Anshally. 'Shall' adalah nama panggilan dari Xena. Alasannya karena lebih simple dan manis.
"Ah? Ngga ko Xen. Lagi kurang fokus aja." Anshally mengambil sendok, lalu menyuapkan mie ayam ke mulutnya.
Lagi dan lagi, Anshally makan dengan terpaksa. Lagi dan lagi, tidak menikmati makanannya. Rupanya, harus ada cara lain untuk menikmati hidupnya. Bukankah hidup diciptakan untuk dinikmati? Anshally harus segera memikirkannya.
Rupanya ide 'memikirkan hal untuk menikmati hidup' itu harus gagal total. Karena baru saja, pacar baru Anshally duduk dipinggirnya. Sebenarnya maunya Awan itu apasih? Belum cukup dia menurunkan derajat Anshally dengan meminta menjadi pacar?

KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Sky
Fiksi RemajaKita tidak tahu tentang takdirkan? Begitu juga Anshally. Anshally tidak percaya Papa-nya akan selingkuh, dan keluarga mereka jadi berantakan sehingga Ia dan Mama-nya harus pindah. Ia tidak menyangka akan bertemu orang se-keren Langit saat pertama ka...