17. Kesepakatan °2

535 41 7
                                    

WARNING TYPO BERTEBARAN

.

.

.

Himawari POV

Sejak kejadian tadi, pandanganku tidak lepas dari Inojin senpai yang tengah menikmati makan malamnya, bukan hanya aku Onii - chan juga melakukan hal yang sama, memantau Inojin senpai sambil memakan makanannya.

Inojin senpai pasti tau bahwa dia sedang di awasi oleh ku dan Onii - chan, saat dia melirik kami langsung mengalihkan pandangan kami dan fokus kepada makanan kami.

"Berhenti menatapku, itu sangat mengerikan Boruto!"

"Aku kenapa aku harus melihat dirimu dattebasa ~ "

Lagi - lagi aku merasakan atmosfer yang aneh, badai berserta petir ada diantara mereka.

"Ngomong - ngomong Inojin, apa kuliah mu sudah selesai?"

"Aku menyelesaikan kuliah ku lebih cepat bibi"

"Wah hebat sekali, Boruto kamu harus mencontoh Inojin"

"Tidak mau, nanti aku akan menjadi orang brengsek seperti dia!"

Aku sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya memperhatikan percakapan mereka, lebih tepatnya perdebatan mereka, kurasa mama sudah kewalahan dengan mereka.

"Heh Inojin kenapa kau disini, kenapa tidak pulang ke rumahmu saja!"

"Ibuku menyuruh untuk bertemu kalian, dan ada sesuatu yang ingin aku berikan kepada Himawari" katanya lalu tersenyum kepadaku.

"Oiya tentang pernikahan bagaimana, maaf aku tidak bisa membantu banyak"

Ah benar aku sampai lupa soal pernikahan ku, pantas saja Inojin senpai pulang, ternyata ini alasannya.

"Tidak apa - apa, semua sudah di atur dengan baik"

Setelah selesai dengan makan malam kami, aku dan Inojin senpai dipaksa mama naik dan masuk kedalam kamarku agar kami dapat berbicara dengan nyaman.

Sial padahal kamarku sedang berantakan, dengan cepat aku merapihkan kasur serta baju dan buku yang berserakan di lantai.

Inojin berjalan santai kearah kasurku lalu meresahkan tubuhnya disana, sedangkan aku masih sibuk menata buku - buku.

"Tidak banyak yang berubah ya"

Aku melirik sekilas, lalu tersenyum. "Apanya?" Tanyaku masih sibuk menata buku kedalam rak.

"Kamarmu"

Kamar?, Aku kira diriku. "Begitu" kataku singkat.

"Sejak kapan kau pakai kacamata Hima?"

"Memangnya kenapa?, Tidak cocok?"

Inojin senpai menatapku, tersenyum lalu mengangguk. Di berdiri lalu berjalan ke arahku, menghimpit tubuhku diantara rak.

"S-senpai!?"

Tangannya bergerak kearah wajahku, aku menutup mata, ku rasakan aliran darah yang berdesis. Gawat ini terlalu dekat, sudah lama sekali, aku tidak sedekat ini dengan dirinya.

"Begini lebih cantik"

Aku membuka mataku, melihat tangan Inojin senpai yang sedang memegang kacamataku. Pandanganku beralih kearah matanya, masih sama seperti dulu, pandangannya selalu saja seperti itu, dingin.

"Rambutmu" katanya sambil membelai halus kepalaku.

Apa?, Apa yang salah dengan rambutku. Jari tangannya memainkan rambutku nakal. Tiba - tiba saja beberapa helai ia dekatkan ke bibirnya lalu mencium helaian itu.

"Aku suka"

Gawat aku mau meledak!. Aku mendorong Inojin senpai, ia sedikit menjauh, lalu aku kembali menetralkan emosiku, jantung ku berdebar dengan sangat cepat. Bahaya!.

"A-apa yang senpai lakukan!" Kataku lalu mengambil kacamata yang ia selipkan di kantung kemejanya entah kapan itu. Dia berjalan santai kearah meja belajarku, lalu meletakan amplop cokelat diatas meja.

"Apa itu?"

"Kau ingat dengan kesepakatan kita?"

"Kesepakatan?, Hah jangan - jangan!?"

"Iya ini surat kontraknya"

Ah benar juga, apa yang aku harapkan dari pernikahan itu, semua ini hanya pernikahan kontak saja, aku hampir lupa dengan yang satu itu.

"Ah iya maaf aku lupa, Inojin senpai sudah menyelesaikannya ya"

"Iya dan aku juga sudah tanda tangan disitu"

"Begitu ya"

Aku membuka amplop cokelat itu lalu membaca isi dari kotrak itu, apa ini isinya seperti peraturan saat ospek saja dan point ke 3 sungguh sangat tidak adil!.

"Aku tidak setuju dengan point ke 3"

"Hah kenapa?"

"Karena itu hanya menguntungkan untuk satu pihak saja!"

"Bacalah dengan teliti, lagipula aku sudah tanda tangan disitu"

Aku menghela napas, lalu mengambil pulpen dan menandatangani kertas itu dengan berat hati. Aku memasukan kembali kertas itu kedalam amplop lalu menyerahkannya kepada Inojin senpai.

"Harusnya kita diskusikan terlebih dahalu baru tanda tangan!"

"Sudah terlanjur" Inojin senpai mengambil amplop itu lalu memasukannya kedalam tasnya.

"Baiklah aku akan pulang"

"Kenapa cepat sekali" Apa - apaan aku ini!?, Berani bicara seperti itu.

"Kenapa, kau masih ingin bersama ku ya?"

"T-tidak, percaya diri sekali!" Iya aku mengaku, aku masih ingin Inojin senpai disini, bersamaku.

Dia tersenyum lalu berjalan keluar dari kamarku, langkahnya terhenti lalu berbalik melihat kearah ku.

Dia tersenyum "Sampai jumpa di altar Hima - chan"

.

.

.

.

TBC

MY LOVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang