1 || prologue

210 19 2
                                    

London, 1770

Sebelum memulai cerita ini, biarkan aku memperkenalkan sedikit tentang diriku. Aku Steven, atau begitulah nama yang diberikan oleh orangtua baptisku. Ya, aku hanya anak asuh. Tapi hidup seperti ini saja sudah menjadi keberuntungan untukku. Keluarga baptis ku itu adalah bangsawan yang lumayan tersohor. Dan seperti biasa, hidup tak selalu sempurna. Mereka tak bisa memiliki anak.

Padahal di jaman ini, memiliki selir bukanlah hal yang dilarang. Namun, itu tak dilakukan oleh ayah baptisku. Ia begitu mencintai ibu baptisku sampai untuk melirik wanita lain saja ia tak tertarik. Sehingga mereka mengambilku sebagai anak mereka.

Cukup tentang orang tua ku, mari ku jelaskan sedikit tentang diriku. Aku tak tau siapa orangtua kandungku, tapi aku tau asal usulku. Sebuah panti asuhan yang sekarang sudah tak ada lagi sejak tragedi kebakaran yang menimpa tempat malang itu. Seluruh bangunan dan penghuninya terlalap si jago merah. Tak ada yang tersisa, tak ada yang selamat. Dan kejadian itu tepat sehari setelah aku dibawa oleh keluarga Hart.

Cukup mengejutkan mengetahui kalau wajahku cukup mirip dengan mereka, padahal aku belum pernah menemui mereka sebelumnya. Dan mereka juga tak mungkin menitipkan seorang anak di panti asuhan hanya untuk diambil lagi.

Singkat cerita, ibu baptisku itu menderita demam kuning yang membuatnya kembali ke sisi Yang Kuasa pada usia tiga puluh dua tahun. Perlu kuakui aku sungguh menyayangi ibu baptisku itu layaknya seorang anak menyayangi ibunya. Dan setelah melalui masa duka, aku melanjutkan pengelolaan bisnis di sini, di London. Tanpa tau apa yang akan menimpaku.

⸙⸙⸙

London, 1780

Aku tersenyum saat tubuh seorang malaikat kecil itu terjatuh dalam dekapanku, mengalirkan rasa hangat yang mengusir gelisah tak berkesudahan. Putriku mengangkat kepalanya, matanya yang sebiru langit mendeburkan ombak antusias yang berdebur penuh semangat. Aku menamainya Irene, sama seperti nama wanita itu, kecintaanku yang menyatukan dirinya dalam keagungan. Dan meninggalkanku dalam kesendirian yang begitu menyiksa.

"Steve! Selamat atas bukumu." Aku menoleh dan mendapati Kai beserta keluarga kecilnya. Dan pandanganku kembali kepada Irene yang menatapku dengan begitu bersemangat. Aku mengangguk dan membiarkan ia pergi untuk menyambut tamu kami.

Setelah melepaskan pelukan Irene yang begitu erat, Kai menghampiriku dengan cengirannya yang khas. Di tangannya terdapat buku yang kutulis setelah pertemuanku dengannya. "Aku benci mengatakan ini, tetapi bukumu benar-benar layak untuk dibaca," pujinya.

"Kisahmu cukup mengejutkan karena aku bisa bersaksi bahwa sebagian besar yang kau ceritakan benar-benar nyata dan ada. Aku akan berpikir kalau itu kisah asli yang pernah kau lalui. Namun, apakah Irene Vaughan benar-benar ada?" Aku hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaanya.

Tampaknya ini saatnya untuk menceritakan ulang kisah usang yang berupa kenangan dalam kepalaku.


⸙⸙⸙─────────────


ethereal☀︎︎
tzelvy𓂀

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang