Satu : Gulf's Decision

13.1K 1K 176
                                    

"Aku harap kau segera menandatangani surat ini."

Mew dengan wajah dinginnya--setelah sebulan Gulf ditinggal sendiri pasca pertengkaran hebat mereka-- datang membawa sebuah map berisi surat permintaan cerai. Setidaknya itulah kata pertama yang Mew ucapkan ketimbang kata maaf atau penyesalan. Seketika Gulf mengingat kembali alasan mengapa Mew menghajarnya sampai babak belur sebulan lalu.

Gulf menemukan Mew sedang bercinta dengan sekretaris pribadinya. Kala itu diusia pernikahan mereka yang memasuki tahun ke-empat, Mew merasakan kebosanan luar biasa. Dia yang mana seorang Alpha, menikahi omega sepertinya, sudah sepantasnya jika ia diharuskan melahirkan seorang penerus bagi keluarga Jongcheveevat-- clan kelas atas yang berisi Alpha konglomerat.

Sedangkan Gulf--ia ingat kata-kata cinta yang Mew ucapkan beberapa tahun lalu, sehingga omega jelata seperti dirinya bisa diangkat sebagai mempelai salah satu pejantan Jongcheveevat. Namun kehidupan sedang mempermainkannya--Gulf dihina sedemikian rupa karena tak mampu melahirkan penerus Jongcheevevat selanjutnya.

"Jan sudah hamil 2 minggu. Jadi segera tanda tangani surat ini dan urusan kita selesai."

Gulf menatap Mew. Ia belum mengucapkan satu kata pun. Dan sebuah fakta menamparnya keras. Apa kalimat cinta yang Mew ucapkan dulu adalah kebohongan?

"Jadi ini yang Jongcheevevat lakukan? Menikahi Omega hanya untuk seorang bayi?"
Ucap Gulf parau. Ia tak boleh menangis dihadapan Mew. Cukup kasta terendahnya saja yang dipermalukan--harga dirinya jangan.

"Kau berbeda, Gulf. Aku dulu mencintaimu. Tapi apa yang kurasakan kini tak lagi sama."

"Apa yang berbeda dariku? Aku masih sama seperti aku yang kau temui di gerbang sekolah 8 tahun lalu."

"Ck! Jangan membuang waktuku dan tanda tangani ini."
Mew berujar tajam. Gulf merasakan hatinya berdenyut sakit. Memang apa yang berubah darinya? Ia masih sama seperti teman miskin dari Mew Suppasit Jongcheevevat yang kaya. Ia masih sama seperti dirinya yang dulu menjadi pelarian Mew yang bosan hidup ditengaj keluarga aristokrat penuh aturan. Ia masih sama.

"Izinkan aku menyampaikan satu hal."
Gulf meraih sebuah pena. Sebelum ia membubuhkan tanda tangannya-- izinkan ia menyampaikan 1 permintaan nya.

"Suatu saat nanti, jika kau berubah pikiran. Ingatlah, jangan pernah kau cari aku."
Setitik air mata jatuh mengaliri pipi Gulf. Tangannya bergetar ketika menggerakkan pena ditangannya.

"Aku tidak akan kembali."
Mew menimpali.

***

Selanjutnya Gulf tak bertemu dengan Mew di sidang putusan perceraian mereka. Yang Gulf tahu, hari itu Mew sedang melangsungkan pernikahan dengan pasangan barunya. Gulf mengucapkan selamat melalui pengacara Mew. Setelah hakim mengetuk palu, ia menghela nafas panjang. Semua sudah berakhir.

"Gulf. Ada kiriman surat dari rumah sakit."
Boat, pengacaranya datang dan memberikan amplop putij dengab Kop nama sebuah rumah sakit besar. Gulf mengangguk lalu menerimanya.

"Terimakasih banyak, Phi Boat. Kau sudah banyak membantuku."

"Tak masalah. Kau sudah lega? Kuharap kali ini kehidupanmu jauh lebih baik."

"Aku lega. Terimakasih."

"Tapi kuharap kau mengerti, Gulf. Omega sepertimu--maksudku, walaupun kau sudah bercerai...tapi..."

Gulf tertawa. Sebelah tangannya terulur mengusap tengkuknya. "Aku tahu. Ketika dulu aku menerima lamaran Mew, aku sudah siap menerima apapun konsekuensinya."

Boat mengangguk, "Walaupun kau tak bisa menikah lagi, setidaknya milikilah orang-orang yang bisa mengasihimu. Aku berdoa untuk kehidupanmu, Gulf."

Gulf tersenyum. Mengucapkan terimakasih sekali lagi. Selanjutnya Boat undur diri lebih dulu. Gulf harus kembali dan mengemasi barang-barangnya. Toh, ia bukan istri Mew lagi.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang