Another story about Barata's Family
"Saat aku menemukan kamu, aku seperti menjadi Nicholas Cage dalam film National Treasure. Untuk mencapai hatimu sesulit memecahkan kode rahasia Declaration of Independence"
-Jared-
"Sedari awal kunci harta karunmu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku bisa tidur di extra bed."
Ucapan Rheina terngiang terus di telinganya walau ia sudah menyakinkan wanita itu kalau ia bisa membayar kamar lain di motel lain. Secara teknis, kartu kredit ayahnya yang akan membayar tagihan motel mereka. Sebelum ia membuka pintu kamar dihadapanya, ia kembali menyakinkan Rheina atas keputusan wanita itu. Sebuah penegasan bahwa tidak ada unsur pemaksaan. Dan Jared tak mau disangka mengambil keuntungan atas penderitaan seseorang, ia murni ingin membantu Rheina. "Kamu yakin mau sekamar sama aku? Aku mungkin aja bisa melakukan hal jahat."
Rheina menoleh menatap Jared begitu saat pria itu tangan pria itu berhenti memasukan keycard di kenop pintu. "Setelah kamu nganterin aku ke polisi dan ngasih nomor passport kamu untuk jaminan? Aku rasa kamu cukup bodoh untuk berlaku jahat," Rheina tersenyum kembali menyakinkan dirinya sendiri bahwa Jared tak mungkin macam-macam padanya, "Plus Martin sudah punya nomor kamu kalau-kalau pacarku pulang dari Ibiza. Jadi kamu orang pertama yang mereka cari kalo sampai aku menghilang."
Tangan Rheina mengambil alih kenop pintu lalu membukanya lemar. Kamar itu dikemas dengan nuansa minimalis dengan konsep under constructions. Hanya ada satu tempat tidur di tengah ruangan dengan satu lampu kecil tak jauh dari kepala ranjang. Jared menyimpan key card di selot listrik, lalu menyimpan tasnya di sudut lemari. Meja kopi kecil diletakan di dekat jendela besar lengkap dengan satu kursi. Tak heran semua terasa minimalis, kamar ini memang dirancang untuk satu orang tamu. Lalu ada cermin kotak menempel di dinding sebelah meja kopi, dibawah cermin terdapat meja jadi panjang yang sepertinya dirancang untuk menyimpan peralatan berias.
Setelah meletakan kopernya di sebelah pintu kamar mandi, Rheina berdiri di meja rias mencoba melihat pantulan wajahnya. Mengambil remote pendingin ruangan yang terletak di sebelah teko kopi dan keranjang berisi satu handuk tipis berserta alat mandi. Suhu ruangan perlahan berubah menjadi lebih sejuk. Tidak ada air putih gratis, selain karna jarang hostel yang menyediakan, kebanyakan di orang Spanyol minum beer atau sparkling water.
"Istirahat dulu, aku akan keluar sebentar untuk beli air putih dan makan malam. Kamu menginginkan sesuatu?" tanya Jared yang tak beranjak dari lemari sebelah pintu kamar, ia masih mengenakan sepatu tampaknya tak ada niat untuk melepaskannya.
Rheina membalas dengan tatapan heran, "Kamu yakin mau ninggalin orang asing dengan semua barang kamu? Saya mungkin bisa aja rampok kamu dan kabur."
Jared tertawa dengan pertanyaan Rheina yang tak masuk akal sama sekali. Pemikiran bahwa Rheina bisa saja seorang sindikat orang tanpa identitas yang sering merampok sama sekali tidak tercermin dalam wajahnya, "Tanpa passport? Itu tindakan yang tolol. Saya bahkan tahu dimana pacar kamu kuliah juga asramanya."
"Iya aku memang bodoh kalo lakuin itu," Rheina terkekeh sendiri.
"Jadi? Mau titip sesuatu?" Melihat gelengan dari Rheina ia melanjutkan, "Okay kalo gitu titip kamar dan tunggu petugas hotel datang membawa extra bed."