Sebelum meninggalkan KBRI, Pak Bram menawarkan untuk kedua kali agar Jared dan Rheina menginap di kediamannya. Tetapi Jared menolak tawaran tersebut secara halus, dan dibalas tatapan kecewa dari Rheina. Jared memilih untuk menggunakan kartu kredit ayahnya untuk memesan hostel, dengan pertimbangan lebih leluasa untuk meninggalkan Madrid pagi-pagi tanpa harus menunggu sang punya rumah bangun untuk mengucapkan selamat tinggal dan terimakasih. Jam malampun akan lebih fleksibel, jika mereka tinggal di flat milik Pak Bram tidak mungkin mereka pulang sesuka hati sementara wisata malam Madrid benar-benar sayang untuk dilewatkan. Pak Bram merekomendasikan mereka untuk berkunjung ke Distrik La Latina. Wisata malam Madrid terbagi dua menjadi dua daerah, beliau menjelaskan bahwa La Latiana adalah yang lebih tenang untuk menikmati Madrid dengan khidmat dibandingkan distrik Chueca. Turis di distrik La Latina menghabiskan waktu bersantai di restoran untuk mencoba Tapas dan minuman beralkohol khas Madrid.Setelah check in di salah satu hostel yang menyediakan parkir gratis, Jared memutuskan untuk membawa Rheina ke Distrik Chueca, kawasan yang lebih populer di kalangan anak muda dan ramah untuk kantong mereka. Berjalan kaki menuju distrik Chueca yang terletak tak jauh dari hostel, Jared berhenti di depan restoran kecil bernama Sidreria El Tigre. Dari luar restoran terlihat sangat kecil, dengan lebar restoran hanya pas untuk dua pintu besar bergaya prancis. Namun begitu masuk melewati pintu kayu, ternyata bentuk restoran memanjang cukup untuk memuat hampir lima puluh orang. Terbagi menjadi dua bagian, satu bagian bar dan bagian lainya didominasi kursi dan meja tingggi, juga meja bar menempel sepanjang dinding sebrang bar. Daging ham menggantung di langit-langit dekat kepala para chef. Masih di bar yang sama, bagian ujung terdapat banyak sekali tap beer dengan rak penuh dengan wine dan minuman alkohol khas spanyol. Para pengunjung berkerumun di sekitar bar untuk membeli sepiring jamón ibérico atau ham baguette dan bir.
Jared meminta Rheina untuk duduk di salah satu kursi dengan meja panjang menghadap ke dinding putih penuh frame. Setelah Jared bertanya minuman yang Rheina mau, ia menyelipkan dirinya di antara kerumuman. Cukup lama menunggu, akhirnya Jared datang membawa satu nampan berisi sari buah apel, bir dan dua sepiring penuh snack atau orang Spanyol biasa menyebutnya dengan Tapas. Rheina menyambut satu piring miliknya, menilik isinya. Ini kali pertama untuknya mencicipi Tapas Platter. Ada dua roti baguette kecil, kroket, kentang panggang, tortilla, buah zaitun dan diberi sejenis saus di pinggir piring juga potongan tipis daging ham.
"Wow banyak banget... aku gak tahu harus makan darimana. Ini cara makanya gimana?"
"Just put it on your mouth and swallow it. Gak ada aturanya harus gimana tapi kalau aku lebih suka potong dulu kecil-kecil terus semua komponen disimpen diatas baguette dimakan satu suapan."
"Yah kalo gitu gak aesthetic lagi dong." Rheina meringis menatap piring Jared yang sudah acak-acakan.
"Aesthetic itu cuma kenyang mata, gak pleasant di lidah. Setiap komponen punya tekstur dan rasa masing-masing dan jadi harmoni kalo dimakan barengan," ujar Jared sambil menumpuk-numpuk potongan kecil di atas baguette. "Nih cobain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JARED's TREASURE
Krótkie OpowiadaniaAnother story about Barata's Family "Saat aku menemukan kamu, aku seperti menjadi Nicholas Cage dalam film National Treasure. Untuk mencapai hatimu sesulit memecahkan kode rahasia Declaration of Independence" -Jared- "Sedari awal kunci harta karunmu...