Aku Andrea. Andrea Sutedja. Aku perempuan yang masih terhitung muda karena baru menginjak usia ke dua puluh tiga. Kehidupan yang aku impikan pastinya tidak jauh-jauh seperti layak nya keinginan para gadis seusiaku.
Belajar, berbelanja, nongkrong, dan tentu nya flirting dengan para pemuda tampan seusiaku. Oh lupakan kalau itu terlihat sederhana.
Karena nyata nya, aku bahkan nyaris belum pernah merasakan bagaimana rasanya kegiatan seperti yang aku sebutkan di atas.
Bukan karena aku kuper. Bukan karena aku introvert, dan bukan juga karena aku gadis aneh yang suka menyendiri. Salahkan saja laki-laki yang bernama Arjuna. Si dosen mata kuliah biostatistika yang bak momok menakutkan di hidupku.
Tidak tahu bagaimana awal nya, tahu-tahu saja laki-laki itu sudah seenak jidat mengklaimku sebagai tunangannya! Ku ulangi sekali lagi, tunangan nya!!! Bahkan sesaat setelah pertemuan pertama kali kami selepas usai kelas yang di ajar nya.
Yang aku heran, apa motivasi lelaki berusia lebih dari tiga puluh itu untuk mengklaimku? Perempuan yang notabene masih sangat awam tentang dunia. Perempuan yang sedang berjuang untuk meraih gelar strata satu yang kebetulan sekali terlambat kujalani.
Aku bukan berasal dari keluarga kaya raya yang uang nya bahkan tak berseri. Aku lahir dari seorang Ayah yang berprofesi sebagai guru SMP dan juga seorang Ibu yang berprofesi sebagai koki di katering milik keluarga kami. Katering kecil-kecilan yang nyata nya bisa menopang hidup kami dan juga mampu membuatku mengenyam bangku perguruan tinggi.
Seperti saat ini. Saat aku sedang lahap-lahap nya menyantap nasi goreng di kantin Mbak Tami, lelaki tukang atur itu sudah berkali-kali mengirimiku pesan untuk menghadap nya ke ruangan.
Aku memang sengaja mengabaikan panggilan dan juga pesannya yang bagiku begitu mengusik pagi hari yang cerah ini. Jadwal kelas pagi yang aku dapat hari ini membuatku tak sempat bahkan untuk meneguk segelas susu coklat yang tadi Ibu buatkan.
Dan saat aku sedang mengisi bahan bakarku, Arjuna sepertinya sudah sangat tak sabar untuk minimal memberiku sedikit kultum pagi nya hari ini.
Mau tahu apa sebab nya dan bagaimana aku bisa menebak kalau ia pasti akan memberiku kultum nya pagi ini? Tentu saja aku tahu. Aku bahkan yakin kalian akan tertawa kalau tahu alasannya. Sepele, aku hanya lupa memberinya kabar saat hendak berangkat ke kampus tadi pagi.
Sudah mirip kakek-kakek sekali kan? Pikiran kolot, tukang atur dan juga suka sekali mendominasi. Jangan lupa sifat nya yang mau menang sendiri.
"Masuk."
Lihat, bahkan aku tak perlu menunggu waktu lama untuk di izinkan masuk oleh si pemilik suara berat itu. Aku yakin, ia pasti sangat tidak sabar menungguku untuk diberi pencerahan rohani pagi ini.
Kakiku bergetar. Sedikit goyah, sih, saat melihat tatapan nya yang menghunus tajam tepat ke netraku. Mata nya juga tak luput memindai seksama penampilanku dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Ada apa ya, Pak?" tidak salah kan kalau aku bersikap formal? Ini wilayah kampus, dan aku harus profesional. Mengenyampingkan sesaat hubungan yang kami punya agar tak menyalahi aturan yang kampus terapkan.
Arjuna menyuruhku duduk di kursi tepat dihadapannya melalui gerakan dagu nya yang terangkat. Cih, dasar sombong! Namun itu hanya bisa kubatin dalam hati. Aku masih waras karena tak mau mencari keributan di pagi hari yang cerah ini.
Bokongku sudah duduk manis di kursi empuk yang tepat berhadapan dengannya. Namun Arjuna seperti belum ingin memutus tatapan sangar nya padaku.
Aku sebetulnya ingin ikut dalam agresi diam-diaman ini. Namun menilik waktu yang kurang dari lima belas menit lagi menuju kelas pertamaku, aku lebih baik mengalah, lagi, untuk menanyakan apa gerangan yang membuatnya memanggilku di pagi buta seperti ini.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" harusnya aku mendapat applause karena akting kalem yang tengah kumainkan saat ini. Chloe Moretz bahkan nyaris setara dengan akting ku pagi ini.
Arjuna lagi-lagi bungkam. Greget sih melihat gaya nya yang sok cool itu. Namun lagi-lagi, otak cantikku harus waras kali ini.
"Pergi kemana kamu semalam?"
Bibirku yang sebelum nya terbuka, seketika tertutup dengan raut wajah yang aku yakini tengah kaget bukan main.
Mati aku! Dari mana dia tahu kalau semalam aku...
"Pergi ke minimarket malam-malam hm?"
Sudah, habis sudah!
🍁🍁🍁
Aku tauuu kalo aku justru publish cerita baru di saat ada yang belum tamat di work aku😂😂 maafin deh. Aku khilaf.
Oh iya, buat cerita ini, aku konsep kan untuk per part nya sekitar 500-700 words aja. Nggak panjang2 biar aku bisa cepet up ditengah serangan tugas kampus yang membabi buta selama masa work from home.
20 April 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
General FictionVERSI LENGKAP DALAM BENTUK PDF Sekelumit cerita tentang Andrea dan Arjuna, sepasang kekasih yang berbeda usia. "Tapi Pak, saya...." "Jangan mancing emosi Mas, Andrea! Pake aku-kamu!!"