Bab 3

11.4K 929 64
                                    

Jika ada orang lain yang paling terluka karena perceraian ini, mungkin itulah Mama. Aku perlu mengatur strategi bagaimana cara menyampaikan kabar mengejutkan ini. Intinya, jangan sampai Mama marah besar atau yang paling buruk ... jantungan. Meskipun selama ini Mama sehat-sehat saja, tapi mengingat punya riwayat hipertensi, aku jadi worry.

Itulah kenapa, aku belum berniat melayangkan gugatan cerai melalui Pengadilan Agama. Menunggu waktu yang tepat. Entah kapan.

Lagipula besok ada dinas luar hingga dua pekan ke depan. Ada yang harus disiapkan. Berkas-berkas penting dan tentu saja pakaian.

Pandanganku terpaku pada sebuah koper di sudut kamar. Biasanya, Maysa yang menyiapkan seluruh keperluan dinas luar dengan cekatan. Sebelum bertindak, dia akan menanyakan baju apa saja yang dibutuhkan, jumlahnya berapa, warnanya apa, dan ... semuanya diurutkan agar aku tidak perlu membongkar dan membuatnya berantakan.

Lalu sekarang, aku harus melakukannya sendirian? Keadaan yang membuatku bertanya, apakah benar keputusan menceraikannya?

Aku mengurut kening. Berharap hal-hal rancu yang mengganggu otak selama hampir 36 jam belakangan ini akan sirna.

Dari luar terdengar suara Maysa menggumam. Melantunkan ayat-ayat suci dengan suara pelan. Menarik perhatianku untuk mengintipnya dari kaca jendela. Bibirku melengkung tipis mendapati Maysa sedang asyik menyiram anggrek-anggreknya. Ya, dia hobi mengoleksi bunga yang satu itu.

"Kenapa suka anggrek?" tanyaku saat pertama kali menemaninya ke toko bunga. Mata sipitnya agak membulat memandangi bunga-bunga anggrek yang berjajar rapi di atas rak.

Setelah menyuguhkan senyum manis, Maysa berkata, "Dulu, Almarhumah Ibu suka anggrek."

Ibunya meninggal sejak dia masih SMP. Beruntungnya Maysa, dia punya papa yang kaya raya dan ibu tiri yang menyayanginya. Sehingga dia terurus dengan baik hingga dewasa. Berbeda dengan Ratu yang memang agak terlunta-lunta.

"Cuma karena itu?" Aku melanjutkan.

Dengan mata berkilat senang, Maysa kembali menjawab, "Ya. Apa-apa yang Ibu suka, aku juga akan suka. Dan bunga anggrek memang terlalu cantik untuk enggak disukai. Gimana ya, bentuk bunganya itu eksotis. Dia sebetulnya sederhana, tapi kesannya mewah dan elegan. Terus bunganya awet. Cara hidupnya juga unik. Kalau bunga-bunga yang lain hidup dengan media tanah, dia malah suka nempel di pohon-pohon. Tapi dia enggak jadi parasit. Istilahnya, numpang hidup tapi enggak merepotkan."

Numpang hidup tapi enggak merepotkan?

Dulu terdengar biasa, tapi kini terasa berbeda. Senyumku mengembang seiring rasa hangat yang mengalir di wajah ini.

***

Tugas dinas luar yang akan dikerjakan oleh tim berkaitan dengan audit K3S--Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Obyek pemeriksaannya adalah sebuah perusahaan minyak milik Jepang yang beroperasi di Blok Kangean. Sebuah kepulauan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sumenep, Madura. Dalam pelaksanaannya, kami bekerjasama dengan Dirjen Pajak dan Migas.

Tim yang bertugas kali ini terdiri dari enam orang. Satu orang pengendali teknis, satu orang ketua tim, dan empat lainnya--termasuk aku--adalah anggota tim. Tugas yang kata orang merupakan lahan basah. Entah maksudnya bagaimana, karena bagiku semua tugas itu sama. Harus dikerjakan dengan profesional.

Surabaya menjadi kota tujuan pertama tim kami. Ada data yang dibutuhkan dari kantor yang mengurusi migas di Jawa Timur.

Kepala kantornya menyambut kami dengan keramahan khas orang Jawa. Laki-laki dengan kisaran usia 50 tahun. Tahu bahwa kami berenam jarang ke Jawa Timur, beliau mengajak kami makan malam di rumah makan yang khusus menyediakan hidangan khas provinsi paling timur pulau Jawa ini. Salah satu menu andalannya adalah rawon. Rasa kuahnya manis, gurih, dan bila dicampur sambal dan jeruk nipis, semakin membuat semangat makan.

Usai Bercerai (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang