Rencana 2

575 16 0
                                    

 "Sialan Dim, dia tahu" bisik Doni, Dimas hanya terlihat gusar menahan amarah menyadari rencana awalnya gagal.

Terlihat lukisan sigil ketika karpetnya disibakkan, Nisa mengulurkan tangannya diatas sigil tersebut, membuat tulisannya seketika menghitam seperti dibakar api, menjadikannya tidak lagi efektif untuk mengurung mahluk seperti Rizal

"Kau mau mencoba menjebakku, oke, akan aku pertimbangkan lagi apa yang akan kuperbuat padamu" Nisa kembali menegakkan tubuhnya, melihat Nurul yang gemetar ketakutan dengan pandangan ganas

"Aku akan memperkosamu sampai lemas, kemudian memakai tubuhmu untuk membunuh orang-orang terdekatmu, sebelum akhirnya aku membunuhmu dengan tanganku sendiri"

"Dimas tolooong" kata Nurul lirih, bibirnya bergetar

"Dimas katamu ?" Nisa segera mengedarkan pandangannya.

"Aku disini Rizal, teman lama" Dimas memutuskan untuk keluar dan menghadapi Nisa

Buk! Dimas langsung terpental menghantam dinding begitu Nisa mengarahkan pandangan ke arahnya. Ketiga teman mereka yang masih bersembunyi akhirnya juga ikut keluar untuk membantu, namun apa daya, semuanya juga ikut terpental ketika Nisa mengayunkan tangannya

"Woow.. kalian semua disini.. rasanya seperti reuni ya, terkhusus untukmu Dimas"

Dimas mengepalkan tangannya, menahan rasa memar dipunggungnya untuk bangkit, disusul juga oleh Doni dan Raka, sedangkan Siti terlihat tidak sadarkan diri

"Tunggu, tunggu, alangkah baiknya kalian tetap diam" badan mereka bertiga tiba-tiba seperti ditahan tangan-tangan tak terlihat, menahan mereka untuk tetap berada dibawah. Nisa mengarahkan telunjuknya kearah Dimas, membuat laki-laki itu melayang di udara dengan posisi tubuh terbentang. Mau berapa kalipun ia memberontak, kekuatan Rizal begitu kuat menahannya. Jangankan menggerakkan badan, jarinya saja susah payah untuk digerakkan

"Tiada daya upaya kecuali atas izin-Mu..!!" meski tahu percuma, Dimas tetap saja melawan. Nisa berjalan menemui Raka setelah memaku tubuh Nurul kedinding. Meskipun itu Rizal, tetapi dihadapan Dimas sekarang ini berwujud Nisa

"Tubuh ini benar-benar nyaman" Rizal kemudian membuka kaosnya dan mulai meremas payudara Nisa yang terbuka.

"Ahhh.." ia mendesah dengan suara Nisa

"Kau tau, wanita ini menaruh perasaan kepadamu Dim, aku jelas bisa melihatnya dari dalam sini. Tapi sayang sekali, tubuh ini akan kupakai sesuka hati, akan kubuat sesuatu yang indah ini menjadi kotor dengan ribuan tangan laki-laki" Nisa tertawa lebar, Dimas meronta mengadu gigi semakin ingin menerkam sosok dihadapannya, Nisa justru semakin tertawa melihat ekspresi Dimas

"Sadar Nisa, kamu kuat aku ngerti kamu masih didalam sana.." Kata Nurul yang masih terpaku di tembok

"Bangun, kamu nggak mau kan kalau Dimas kenapa-napa.."

Nisa segera melupakan Dimas, ia menoleh marah, dan berjalan ke arah Nurul

"Dimas, kemana tadi keyakinanmu.. Kau tidak selemah ini kan.. Kalian semua, ayo, ingat rencana kita.." Nurul masih menyemangati, walaupun ia tahu bahaya tengah berjalan kearahnya

"Maaf Nurul, pikiranku sempat teralihkan.." kata Dimas pelan

"Haaa ?" Nisa berhenti, ia kembali menengok ke arah Dimas, yang kini kepalanya tertunduk, matanya terpejam

"Tiada daya upaya kecuali atas izin-Mu ya Tuhan kami" Dimas memulai perkataanya. Nisa segera melompat hendak meninju muka Dimas, namun tangannya tiba-tiba terhenti

"Dimas.. tolong aku.." Nisa sempat mengambil alih kesadarannya sebentar, bukannya memecah konsentrasi Dimas, suara Nisa barusan justru memberinya semangat, ia semakin tenggelam kedalam lubang keimanannya. Ketiga orang di ruangan itu mengikuti Dimas, mata mereka sama-sama terpejam dan mulai berdoa

"Apabila telah datang pertolongan Tuhan, maka datanglah kemenangan" Dimas mulai merasakan kekuatan yang menahannya melonggar dan berangsur hilang, pun juga kekuatan yang menahan ketiga temannya

"Hentikaaan!!" kepalan tangan Nisa terlihat menyala, namun saat tangannya maju kemuka Dimas yang saat ini dalam keadaan duduk terpejam, tubuhnya justru terpental menjauh, dan ambruk telentang diantara Nurul dan Dimas

"Tidak ada sesuatu yang setara dengan Engkau, tempat meminta segala sesuatu" Nisa mencengkram kepalanya, badannya mengejang dilantai dengan mata membelalak

"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya" tubuh Nisa mulai berasap, sampai akhirnya mulutnya secara langsung terbuka lebar dan mengeluarkan semacam asap bercampur dengan abu dan bara api

BanaspatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang