Dua hari berlalu semenjak Haechan meminta tolong kepadanya untuk mencarikan ayahnya. Dan Mark, melakukannya kali ini, tepat pada pukul 5 sore di hari yang sama sekali tidak terlihat cerah, awan hitam menggumpal di langit seakan siap menjatuhkan bebannya.
"Aku tak percaya aku menurutinya" Mark bergumam sambil mengetuk-ngetukkan sebelah kaki nya di lantai, menunggu pintu lift yang ada di hadapannya terbuka. Jika Haechan tak memaksa nya terus dan mengganggunya sejak dua hari yang lalu, Mark pasti sekarang sedang bersantai di kamarnya sambil meminum coklat panas dan membaca novel-novelnya. Tapi tidak kali ini.
Di tangannya sudah ada secarik kertas, mencantumkan sebuah alamat apartemen orang lain. Tidak, bukan dari Haechan. Itu dari tetangga Haechan yang mengenal salah satu teman Haechan.
'Sogang Hall, Dongmak-ro 29-gil, Mapo-gu, Seoul, No.98, Na Jaemin' Ya, Mark jauh-jauh ke Seoul hanya untuk bertemu seseorang kerena Haechan yang memaksanya. Haechan benar-benar ingin tahu, siapa Na Jaemin itu.
Sesaat setelah pintu lift terbuka lebar, dengan segera ia melangkah keluar. Berjalan menyusuri lorong dengan kepala yang sibuk menoleh ke kanan-kiri mencari unit apartemen yang tepat.
"98, benar ini dia"
Mark berdiri di depan pintu, sebelah kakinya mengetuk-ngetuk lantai, tangannya terangkat sejenak di udara bermaksud menghilangkan keraguannya.
'Tin tong' Bel berbunyi. Hingga tak lama, seseorang keluar membukakan pintu, lebih tepatnya hanya menyembulkan kepalanya. Penampilannya terlihat sedikit berantakan.
"Siapa kau?" Tanyanya tanpa basa-basi, ditatapnya Mark lamat-lamat seakan tak ingin Mark memasuki wilayahnya.
"Ah ya uhm.. aku Mark, apa benar ini apartemen Na Jaemin?"
"Ya itu aku, siapa kau? Ada perlu apa?"
"Boleh aku bicara padamu sebentar?"
"Tidak" Jaemin segera berbalik dan bermaksud untuk menutup kembali pintunya, namun sebelah tangan dan kaki Mark dengan sigap menahan pintu.
"Kumohon"
"Tidak"
"Ini penting"
"Kubilang tidak! Aku tak mengenalmu!" Jaemin berusaha keras mendorong pintunya agar tertutup. 'Demi apapun, kenapa dia kuat sekali?!' Sekuat apapun usahanya untuk menutup pintu, Mark masih tak bergeming.
"Please..."
"Pergi dari sini atau kupanggil petugas keamanan?!"
"It's about Lee Haechan"
•••
"Kau temannya bukan?" Mark sudah duduk di kursi meja makan milik Jaemin. Di meja sudah tersedia coklat panas, dan Jaemin di seberangnya duduk dengan kepala yang sedikit menunduk, jari-jarinya bertautan."Y-ya, b-bagaimana kau mengenal Haechan?"
"Aku temannya"
"Apa? Hahaha tidak mungkin, kau pasti bercanda, sejak kecil dia tak punya banyak teman, hanya aku dan satu orang lainnya yang mau berteman dengannya"
"Satu orang lainnya? Siapa?" Jaemin mengangguk, ia kemudian berjalan menuju meja belajarnya kemudian mengambil sebuah foto dari dalam laci lalu memberikannya pada Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩
Fanfiction(n.) The state of being unaware or unconscious of what is happening. Mark, pemuda kaya yang mengalami nasib sial dalam seumur hidupnya. Kecelakaan yang membuatnya memiliki kemampuan yang tak ia harapkan. Semuanya sudah terjadi, Mark berusaha hidup t...