Hari sudah pagi, Jeno tertidur pulas di sofa dengan TV yang masih menyala. Suara seseorang yang sedang berusaha membuka pintu dengan kunci membuatnya terbangun. Ia mengucek matanya sejenak lalu berjalan menuju pintu.
'ceklek'
"Hyung, kau sudah pu-"
"Jaemin?!" Jeno membelalakkan matanya, ia mundur beberapa langkah menjauhi Mark dan juga Jaemin yang berdiri di belakangnya.
"Je-jeno.." Jaemin spontan berlari dan memeluk Jeno erat.
"Aku merindukanmu"
Mark diam memandangi interaksi antara Jeno dan Jaemin. Bisa Jeno lihat, ekspresi Mark meminta penjelasan.
"Katakan padaku Jeno, kau mengenalnya bukan?" Tanya Mark, ia mendekati Jeno, menyingkirkan Jaemin yang sedang memeluk adiknya. Jeno meneguk ludahnya kasar.
"Jadi, ini berhasil ya?" Ujar Jeno sesaat kemudian setelah ekspresinya menunjukkan wajah yang tenang.
"Apa maksudmu?" Tanya Mark.
"Ah, tidak lupakan" Mark memicingkan matanya tajam, ia merasa masih ada sesuatu yang Jeno sembunyikan.
"Mark Hyung, dimana Haechan?" Tanya Jaemin tiba-tiba. Matanya terus menelisik ke setiap sudut ruangan. Tapi percuma saja, hanya Mark yang bisa melihat Haechan. Jeno menatap Mark 'Selama ini kau melihatnya tapi tak memberitahuku Hyung'
Mark mengedarkan pandangannya, ia menemukan Haechan yang sedang berbaring di atas karpet. 'Dia tidur?'
"Kesampingkan itu dulu, Jeno, aku butuh penjelasanmu. Apa-apaan ini?!"
"Kau melihatnya kan Hyung?"
"Ya"
"Kenapa tak memberitahuku?"
"Untuk apa? Aku bahkan tak tahu jika kau terlibat! Bisakah kau jelaskan kenapa kau bisa mengenal Haechan dan Jaemin?! Sejak kapan kau tinggal di Jeju?!"
Jeno tak memperdulikan Mark, ia justru berjalan menuju kamar Mark. Mark mengikuti, Jaemin juga namun Mark melarangnya dan menyuruhnya duduk di sofa.
Jeno mengambil salah satu kardus yang masih tersegel di bawah tempat tidur lalu membukanya. Seingat Mark, itu hanya berisi beberapa buku.
Tapi Jeno justru mengeluarkan sebuah kotak penyimpanan kecil yang sudah usang berwarna coklat tua. Kotak itu tergembok, Jeno membukanya dengan kunci kecil yang ia jadikan sebagai kalung. 'Ah, jadi itu kunci kotak ini?' Batin Mark.
Di dalam kotak tersebut terdapat banyak barang-barang yang kecil seperti barang-barang yang sengaja disimpan untuk kenang-kenangan. Jeno mengambil sebuah foto hitam putih, menunjukkannya pada Mark.
"Ayah dan ibu?"
Jeno tersenyum kecil "Kau tak ingat Hyung?"
"Ingat apa?"
"Kau dulu sangat membenciku"
"Hah?! Apa maksudmu?! Aku menyayangimu! Kau satu-satunya keluarga yang kupunya saat ini" Jeno terkekeh pekan mendengar pernyataan Mark. 'Manis sekali'
"Ah ya, aku lupa. Tentu saja kau tak ingat, kau amnesia" Mark mengangkat sebelah alisnya.
"Dulu kau sangat membenciku, karena kau berpikir ibu dan ayah lebih menyayangiku, kau selalu saja menggangguku dan tak segan untuk menyakitiku"
"Aku.. tidak, tak mungkin aku begitu pada adikku"
"Tapi kenyataannya iya! Hingga kau kecelakaan saat tahun kedua di SMP, yang membuatmu hilang ingatan sebagian, ayah dan ibu memutuskan mengirimku ke Jeju untuk diasuh paman dan bibi Jung"
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩
Fanfiction(n.) The state of being unaware or unconscious of what is happening. Mark, pemuda kaya yang mengalami nasib sial dalam seumur hidupnya. Kecelakaan yang membuatnya memiliki kemampuan yang tak ia harapkan. Semuanya sudah terjadi, Mark berusaha hidup t...