Seorang pria tampan terbangun dan mengerjapkan matanya mencoba untuk mengatur cahaya yang masuk ke dalam matanya. Hal pertama yang ia sadari adalah ia sedang tidak berada di kamarnya. Itu kamar rumah sakit, jelas dia tahu itu karena ruangan bernuansa putih itu memang terlihat seperti kamar rumah sakit, ditambah dengan bau obat-obatan yang menyengat indera penciuman.
Bisa ia dengar, diluar kamar sangat ramai orang-orang berlalu lalang, suara orang yang sedang mengobrol, anak-anak kecil berlarian. 'Astaga, ini rumah sakit, kenapa anak kecil dibiarkan berlarian di lorong kamar pasien?' pikirnya. Kamarnya cukup luas, dia melihat ada pasien lain, seorang anak perempuan yang sedang duduk di sofa tak jauh darinya, sedang memperhatikannya.
Mark tersenyum, melambaikan tangan pelan kearahnya. Namun yang ia dapat hanya sebuah tatapan kosong, tidak ada senyum balasan. Anak tersebut beralih menuju jendela kamar, yang menampilkan pemandangan kota di bawahnya. Mark sedikit sedih karena ia tidak dipedulikan, tapi sepertinya memang dia anak yang sangat pendiam.
Keheningan yang cukup lama, Mark mulai berpikir, 'Apa yang terjadi padaku?', sungguh ia tak ingat apapun kejadian yang menimpanya. Tak lama setelahnya, seseorang masuk sambil membawa sekantung buah-buahan.
"Astaga! Hyung! Kau sudah sadar! Akhirnya!" Pria tampan lainnya berjalan mendekatinya dan meletakkan sekantung buah tersebut di atas nakas lalu menatap Mark. Mark terdiam.
"Hyung, kau... Ingat siapa namamu?" Mendengar pertanyaan tersebut, Mark memukul pelan kepala yang lebih muda.
"Tentu saja aku ingat! Kau pikir aku amnesia?!
"Ya bisa jadi kan.."
"Apa yang terjadi padaku Jen?"
"Kau bilang kau tidak amnesia?!"
"Aku memang tidak amnesia sialan!" Mark kembali memukul kepala adiknya–Jeno– Keluarga satu-satunya yang ia miliki.
"Jangan memukulku terus Hyung bodoh! Apa kau mau tanggung jawab jika aku amnesia?!" Protesnya tak terima sambil mengelus kepalanya yang telah menjadi korban pemukulan yang tidak berperike-jeno-an.
"Ya, aku akan bilang padamu bahwa kau hanya seorang gelandangan dan aku akan menempatkanmu ke panti asuhan"
"Jahat sekali kau Hyung"
Jeno tahu bahwa kakaknya hanya bercanda, tak mungkin kakaknya akan melakukan hal semacam itu, lagipula hanya tinggal mereka berdua yang saling memiliki satu sama lain. Malas berdebat lebih lama, Jeno mulai menceritakan kepada Mark."Kau kecelakaan Hyung, tiga hari yang lalu, mobilmu menabrak pohon setelah kau membanting setirmu, untung saja kau membanting nya ke arah hutan di pinggir jalan, kalau saja tidak, mungkin kau sudah ditemukan tewas di jurang Hyung"
Mark membeku, oke ia ingat semuanya sekarang, dan ia bersyukur karena cukup beruntung.
"Kau sudah ingat Hyung?"
"Ya"
"Lalu kenapa kau bisa tidak fokus menyetir?"
"Aku.. sangat marah saat itu, wanita ular itu... Kembali mengusikku, dan dia membawa namamu untuk mengancamku" Mark meremat selimut rumah sakit, rahangnya mengeras.
"Maksudmu... Dia?" Dan Mark mengangguk, Jeno ikut merasa marah sekarang.
"Aku harus menjauh dari sini Jen, menjauh darinya, aku harus pindah, aku tidak bisa tinggal denganmu lagi, atau kau akan celaka jika berada di dekatku"
"Baiklah Hyung, jika memang untuk kebaikan kita, aku tak masalah"
"Aku akan membeli satu unit apartemen di Jeju, kau boleh mengunjungiku setiap saat, tapi berhati-hatilah, jangan sampai wanita sialan itu tahu" Dan Jeno mengangguk, ia hanya bisa menurut sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩
Fanfiction(n.) The state of being unaware or unconscious of what is happening. Mark, pemuda kaya yang mengalami nasib sial dalam seumur hidupnya. Kecelakaan yang membuatnya memiliki kemampuan yang tak ia harapkan. Semuanya sudah terjadi, Mark berusaha hidup t...