[8; Fade]

6.7K 1.1K 39
                                    

Mark mengernyit melihat seorang pria atau lebih tepatnya hantu pria yang selalu mengikutinya sejak ia keluar dari rumah sakit. Awalnya Mark tak memperdulikan dan hanya diam membiarkannya, tapi lama-kelamaan hantu itu semakin menampakkan dirinya dan selalu mengikuti Mark, namun ia tak bisa ikut memasuki apartemennya, seperti ada pagar yang membatasinya. Ia mengikuti tapi tak melakukan apapun pada Mark.

Saat ini, hantu itu tengah berdiri di bawah pohon kelapa, tak jauh dari tempat Mark berdiri. Karena sudah sangat penasaran, Mark pun memutuskan untuk mendekatinya.

"Siapa kau? Apa mau mu?" Tanya Mark langsung begitu ia tiba dihadapan hantu lelaki itu. Mata Mark menatap tajam, tak ada rasa takut. Sepertinya Mark mulai terbiasa dengan kemampuannya.

Mark kesal karena hantu itu tak menjawab, tapi malah menghilang dari hadapannya. Mark berdecih. Baru saja Mark akan pergi dari sana, hantu itu kembali muncul dan menatap Mark lalu berjalan meninggalkan pantai seakan Menghipnotis Mark untuk mengikutinya.

Hingga sampailah Mark di toko buku, Mark mengernyit bingung. 'Kenapa membawaku kemari?' batin Mark. Hantu itu segera menunjuk salah satu buku dengan cover yang memiliki gambar dua buah mata manusia. Bukunya berwarna putih, dan gambar itu membuat buku tersebut terlihat menyeramkan. Namun judulnya membuat Mark tertarik.

'Pengobatan dan Operasi Pada Mata'

Dari judulnya, Mark bisa menebak jika itu adalah buku tentang ilmu kedokteran dan kesehatan. Tapi apa hubungannya dengan hantu itu?

Mark kembali menoleh ke arah depan, tapi hantu itu sudah menghilang. Sang pemilik toko menghampiri Mark, bertanya pada Mark buku apa yang dia cari. Akhirnya Mark pun memutuskan untuk membeli buku tadi, dan kembali ke apartemen secepatnya. Bagaimanapun juga, ia harus menghadapi Haechan dan tetap membantunya. Meskipun Mark tahu itu akan berakhir menyakitkan baginya.

•••

Sesampainya di apartemen, Mark mendapati Jeno yang tertidur di sofa dengan TV yang masih menyala, Mark pun segera mematikan TV masuk ke kamarnya untuk mengambil selimut dan menyelimuti Jeno.

'Dimana Haechan? Jaemin?'

Mark mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun nihil, tidak ada Haechan maupun Jaemin di sekitarnya. Mark pun mencari mereka, mengelilingi apartemen. Ia mendapati Jaemin sedang berada di kamar tamu asyik memainkan ponselnya.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Mark, mendekati Jaemin.

"Aku masih belum mengantuk" Jaemin menggelengkan kepalanya. Mark hanya mengangguk sebagai tanggapan.

Alis camar Mark terangkat kala melihat Haechan sedang meringkuk di balkon kamar. Mark pun berjalan ke arah balkon, membuka pintu kaca tersebut, membuat angin malam yang dingin langsung menusuk kulit putihnya.

Semakin Mark mendekatkan dirinya pada Haechan, semakin terdengar jelas suara sesenggukan. Haechan menangis. Membuat Mark berpikir dialah yang menyebabkan Haechan menangis.

Mark berjongkok "Haechan-ah... Maafkan aku.. Jangan menangis.." Bisik Mark pelan, tak ingin Jaemin mendengarnya. Haechan mendongak menatap Mark dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau tenang saja.. aku akan tetap membantumu" Haechan menggeleng lagi.

"Kau kenapa?" Tanya Mark bingung dengan reaksi Haechan.

Haechan secara tiba-tiba berdiri, membuat Mark tersentak kaget dan ikut berdiri.

Mark membelalakkan matanya saat Haechan mendekat ke pagar balkon. Mark berusaha menahan pundak Haechan sebelum Haechan menyentuh area luar balkon. Mark tak mau Haechan terpental. Dan tentu saja itu tidak berhasil, ia tak bisa menyentuh Haechan.

OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang