1. Ungkapan Perasaan

107 26 18
                                    

"Aku tidak menyangka bahwa dia punya perasaan padaku. Padahal, sepertinya sikap dia ke aku biasa saja. Tapi aku bahagia. Bahagia sekali" -Akansha Veera Alindra

Ting. Ting. Ting

Bel istirahat telah berbunyi, membuat para siswa dan siswi di SMA Harapan Bangsa mulai keluar dari ruang kelasnya masing-masing. Ada yang pergi ke kantin, dan ada juga yang lebih memilih pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, baik buku pelajaran, novel, komik, ataupun buku yang lainnya. Berbeda dengan Veera dan Maya. Mereka berdua lebih memilih untuk segera pergi ke kantin sekolah.

"Veer, kantin yuk. Gue laper banget nih," keluh Maya.

"Emm. Ya udah, yuk."

"Eh tumben lo ke kantin. Biasanya waktu istirahat lo gunain buat baca buku di perpustakan," tiba-tiba Faro ikut campur pembicaraan Veera dengan Maya.

"Apa urusannya sama lo hah? Terserah gue dong," ketus Veera.

"Yuk May, nggak usah kita dengerin anak setan ini!"

Akhirnya Veera dan Maya segera melangkahkan kakinya keluar kelas. Baru beberapa langkah saja, tiba-tiba mereka berdua berhenti tepat di lapangan basket.

"Veer, itu ada apaan ya? Kok rame banget sihh," tanya Maya pada sahabatnya itu.

"Gue juga nggak tau. coba kita liat," balas Veera dengan rasa penasarannya.

Mereka berdua berjalan mendekat pada keramaian yang berada di lapangan basket.

"Ayo Veer, cepetan. Gue kepo banget nih." Tanpa sadar Maya berjalan cepat meninggalkan Veera yang masih berada dibelakangnya.

"Aduh. Jalannya jangan cepet-cepet dong," Veera mendengus kesal.

"Ehh, itu ada apa ya? kok rame gini?" Tanya Veera pada salah satu siswi.

"Ohh itu. Kayanya Nathan mau nembak cewek deh," ujar siswi yang belum diketahui siapa namanya.

"Omaigaattt. Nathan anak keluarga Dirgantara itu? Cowok paling keren dan paling tajir yang ada di sekolah ini?" Maya dengan kehebohannya sembari memelototkan matanya.

"Iya," kata siswi itu sambil menganggukkan kepalanya.

"Gue berharap banget kalo cewek yang pengin Nathan tembak itu gue," ujar Maya sambil memainkan rambutnya yang terurai.

"PD banget lo. Kalo mimpi itu jangan ketinggian. Ntar jatuhnya sakit, haha." Veera tertawa lepas tanpa perasaan bersalah.

"Yo kita pergi aja, nggak penting juga," sambungnya.

Kedua manusia itu lalu pergi dari keramaian. Perut mereka berdua sudah berbunyi. Seakan cacing yang berada didalam perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

"Et dah buset. Perut lo bunyinya keras banget dah. Lo laper? Udah berapa hari nggak makan? Sampai bunyinya keras gitu," ejek Veera yang membuat Maya merasa sebal.

"Udah jangan banyak omong. Gue udah laper banget nih."

Akhirnya mereka segera menuju kantin. Saat mereka sudah lumayan jauh dari keramaian itu, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk punggung Veera. Sentuhan tangan orang itu membuat cewek tersebut sedikit terkejut dan menghentikan langkah kakinya.

"Veer, nanti di kantin gue mau mak...," belum menyelesaikan ucapannya, Maya tersadar bahwa Veera tertinggal jauh di belakangnya. "Dasar! ya udah. Gue ke kantin duluan," ujarnya merasa kesal karena keleletan Veera saat berjalan.

Veera terdiam sejenak seperti patung. Kemudian segera menoleh kearah belakang.

Degggg

Veera terkejut bak disambar petir. Hatinya pun berdegup begitu kencang saat melihat sosok yang menepuk punggungnya tadi. Ya sosok tersebut adalah Nathan. Tapi mengapa Nathan penepuk punggungnya? Pertanyaan itu muncul dalam pikiran Veera.

"Emm.. Ada apa ya? Lo salah orang atau emang mau ngomong sama gue?" Tanya Veera pada Nathan.

Belum ada balasan apapun yang keluar dari mulut Nathan. Cowok itu malah menarik tangan Veera. Veera tak bisa berkutik. Heran, takut, itu perasaan yang sedang dialami cewek itu. Ditambah lagi Maya tidak berada disampingnya. Maya adalah sahabat Veera dari SD sampai sekarang yang tidak akan terima jika Veera disakiti oleh siapapun.

Nathan terus membawa Veera berjalan menuju ke suatu tempat. "Lepasin gue, lo apa-apaan sih!" Bentak Veera. "Kalo mau ngomong tinggal ngomong aja. Nggak usah pake narik-narik tangan gue segala!" gumamnya.

Sampai akhirnya mereka berdua sudah berada ditengah-tengah lapangan basket.

Nathan menatap Veera dengan tatapan yang serius. "Veer, gue suka sama lo dari sejak pertama kali kita ketemu. Gue juga sayang sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" Ujarnya.

Degggg

Veera sangat terkejut dengan apa yang sudah Nathan katakan tadi. Nathan Adrian Dirgantara, itu nama panjangnya. Yang ia tau, emang Nathan adalah orang yang sangat baik. Cowok itu selalu membantu seseorang yang memang sedang memerlukan bantuannya.

Nathan anak dari seorang pengusaha paling sukses di kotanya. Papanya__Novan Dirgantara mempunyai beberapa cabang hotel ⭐⭐⭐⭐⭐ baik di kotanya maupun di kota lain. Nathan merupakan cowok yang menjadi incaran para kaum hawa di sekolah. Dia tinggi, mempunyai rambut hitam pekat. Alis yang lumayan tebal. Mata hitam. hidung yang mancung. Dan kulit yang sedikit putih. Cewek mana coba yang nggak suka sama Nathan. Tetapi Veera cukup sadar diri.

"Kalau gue terima dia, apa dia nggak bakalan malu punya cewek kaya gue? Gue kan cupu," batin Veera.

"Gimana Veer?" Tanya Nathan kembali.

"Apa lo nggak  malu punya cewek kaya gue? Gue itu cupu," ucap Veera.

"Shtttttt," Nathan menutup mulut Veera menggunakan jadi telunjuknya. "Mungkin lo cupu dimata orang lain, tapi tidak di mata gue," ujarnya.

"Kasih gue waktu Than."

"Oke, gue kasih lo waktu sampai besok buat jawab perasaan gue."

"Iya, makasih lo udah ngertiin gue. Gue pergi dulu ya," dengan cepat Veera segera pergi meninggalkan Nathan.

Bersambung....


Hai guys!😂 Aku bikin cerita nih. Yuk ikutin terus biar tau gimana cerita selanjutnya.

Semoga kalian suka ya😇 Jangan lupa follow, vote, comment😊

THANK YOU GUYSSSS!



BubbleGummora_29



Nathan ⬇⬇⬇⬇

Nathan ⬇⬇⬇⬇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VEERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang