7. Kenapa?

39 14 0
                                    

"Sebenarnya kamu kenapa? Kenapa setiap kali aku telepon nggak kamu angkat? Aku jadi khawatir."

Hari yang sangat cerah. Tetapi tidak dengan perasaan Veera. Sejak kemarin dia terus memikirkan Nathan. Wajah Veera hari ini seperti orang yang tidak memiliki semangat sama sekali. Senyum gadis itu tak terlihat seperti hari-hari sebelumnya. Yang ada hanyalah raut wajah cemberut, galau, khawatir dan semacamnya.

"Veer, kantin yuk," ajak Maya.

"Gue lagi males May. Lo sendiri aja ya," ujar Veera yang masih termenung.

"Ya udah. Gue ke kantin bareng Sonia aja deh. Nanti gue ke kelas dia," ucap Maya.

Sonia adalah teman SMP Veera dan Maya saat kelas 9. Setelah masuk SMA, Sonia tidak lagi satu kelas dengan Veera dan Maya. Dia masuk kedalam kelas 10 IPS-2. Walaupun beda kelas, tetapi Maya dan Veera selalu berkunjung ke kelas Sonia entah itu untuk sekedar main, mengajak ke kantin, ataupun mengembalikan bukunya.

"Sana. Keburu nanti masuk," ujar Veera.

"Iya," bergegas Maya bangkit dari bangkunya dan langsung pergi ke kelas Sonia.

Kini Veera sendirian. Bayangan Nathan terus saja memenuhi pikirannya. "Lo sebenernya kenapa sih Than. Jangan bikin gue khawatir gini," renungnya.

Veera benar-benar merasa khawatir. Perasaanya kini tidak bisa ditahan lagi. "Gue harus coba ke kelasnya," gumamnya. Segera Veera menuju ke kelas Nathan untuk mengetahui mengapa dia tidak mengangkat telepon darinya.

"Eh. Tolong panggilin Nathan dong," ujar Veera kepada salah satu teman satu kelas Nathan.

"Dia hari ini nggak masuk," balas teman Nathan.

"Nggak masuk?!" tanya Veera bingung.

"Iya, dia nggak masuk. Dia juga nggak ngirim surat."

"Lo sebenernya kenapa sih Nathan? Gue khawatir banget sama lo," batin Veera. "Ya udah deh. Makasih ya," ujarnya pada teman Nathan itu.

Rasa khawatir Veera makin menjadi. Ia tidak tahu mengapa Nathan tidak ada kabar. Bahkan sampai teleponnya pun tidak ia angkat. "Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya", pikir Veera dalam hati.

Dengan raut pucat di wajahnya, bergegas Veera menghampiri Maya dan Sonia yang sedang berada di kantin.

Suasana di kantin lumayan sepi sehingga dengan mudah Veera bisa menemukan keberadaan Maya dan Sonia disana.

"Maya. Sonia. Barusan gue habis ke kelas Nathan, temannya bilang kalo hari ini Nathan nggak masuk sekolah. Udah gue telepon dari kemarin juga nggak dia angkat," ujar Veera dengan napas tersengal-sengal sesampainya ia di meja Maya dan Sonia tempati.

"Lo seriusan?" tanya Maya.

"Iya May. Gimana nih, gue khawatir banget sama dia," kata Veera.

Melihat Veera pucat dan napasnya yang tersengal-sengal, Sonia lalu memeberikannya air mineral. "Sebaiknya lo minum dulu supaya agak tenangan." Sonia menyodorkan air mineral kepada Veera.

Segera Veera membuka kemudian meminumnya. "Makasih ya," ujarnya.

"Lo tenang aja. Dia nggak papa kok. Mungkin lagi ada urusan keluarga mendadak," ujar Maya berusaha membuat hati Veera sedikit lega.

Veera menghela napas. "Iya, semoga dia nggak kenapa-napa," ujarnya masih sedikit khawatir.

"Eh kalian berdua mau nggak? Anterin gue ke rumah Nathan. Gue cuma mau mastiin aja," tanya Veera selanjutnya.

"Gue sih mau-mau aja. Apa sih yang enggak buat lo?!" ujar Maya.

"Kalo lo gimana Son?" tanya Veera pada Sonia.

VEERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang