Cool atau Kaku?

19 1 0
                                    

Pagi ini, mentari masih terbit di arah timur. Langit masih cerah seperti hari kemarin dan satu hal yang sama lagi, orang yang bernama Karla Devita masih bersenang hati mengomeli matahari yang menjadi sumber cahayanya.

"Huft, tiada hari tanpa panas! Aku rasa pribahasa itu yang bagus untuk sekarang ini, padahal ini masih jam 7.30 tapi matahari sudah sepanas ini apalagi nanti kalau udah tengah hari. Ultraviolet pasti sedang beraksi!" Karla memperhatikan jam tangannya sambil sesekali melihat sekelilingnya.

"Hari masih pagi, tapi aktivitas disekolah ini udah mirip kuburan, sepi total! Ini pasti pengaruh matahari yang suhu panasnya makin naik." Omel Karla. "Seharunya ilmuwan jaman sekarang itu sudah mulai bereksperimen untuk membuatkan matahari obat penurun panas, kan jadinya suhu yang turun ke bumi bisa diatur sesuka hati." Disamping keahliannya mengomel, Karla juga sangat pandai menghayal.

"Betul itu Karl, dan yang akan meracik obat tersebut adalah Karla Devita!" Ucap seseorang yang kini sudah mengapit tangan Karla.

"Ayolah Arin, berhenti menggoda ku! Kamu tau kan otak ku sebodoh apa di bagian biologi, menghafal nama ilmiah dari berbagai tanaman aja aku bingung, gimana mau bikin obat."

"Tepat sekali. Kamu itu pintar, pintar mengakui kelemahan!" Arin tertawa melihat ekspresi khas dari sahabatnya itu ketika sedang kesal, ekspresi menggembungkan pipinya yang imut. "Aduh!!! Sahabat ku ini imut dan manis banget sih kalau lagi kesal, bikin gemes."

"Iya dong." Ucap Karla berbangga diri.

"Tapi bo'ong!"

"Arin!!!"

Alhasil yang terjadi saat ini adalah Karla berlari mengejar Arin yang sedang tertawa melihat tingkah dari sahabatnya yang sedang kesal. Mereka saling mengejar untuk ke kelas, lebih tepatnya Karla yang mengejar Arin.

Usaha Karla mengejar Arin berbuah hasil karna sekarang Arin sudah berada ditangan Karla, tangan kanan Karla kini sudah memiting leher Arin yang saat ini menjerit kesakitan karna ulah Karla.

"Aduh aduh, sudah Karla. Aku menyerah!" Jerit Arin kesakitan.

"Baiklah baiklah, lain kali jangan menggodaku Arin!" Peringat Karla yang perlahan melepaskan tangannya dari leher Arin.

"Iya iya. Ayo kita ke kelas!" Ajak Arin.

Arin menarik tangan Karla untuk ke kelas, namun si empunya tangan tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

"Kenapa Karla?" Tanya Arin penasaran karna Karla tak bergerak dari tempatnya.

"Kamu kenal orang itu?" Karla menunjuk salah seorang cowok yang duduk sendirian di kantin sekolah.

Arin memicingkan mata untuk melihat seseorang yang sedang ditunjuk oleh Karla, netranya menangkap sosok yang duduk membelakangi mereka. Sosok itu terlihat sendirian, namun Arin sangat mengenali jaket yang dipake oleh orang itu.

"Oh dia! Namanya Reksa, Ardian Reksadana. Orang paling cool disekolah ini, mustahil kamu gak kenal Karl."

"Aku memang gak kenal!" Ucap Karla cuek dan berlalu untuk segera ke kelas.

"Kamu kok gitu sih Karl, serius kamu gak kenal?"

"Iya, aku gak kenal. Dan kalau itu menurut kamu cool, menurut aku dia itu kaku Arin."

"Wah. Katarak mata kamu Karla, jelas-jelas dia itu cool Karl, cool."

"What ever Arin, kalau kamu suka ambil aja!"

Karla berjalan meninggalkan Arin yang masih berdiam menatap Reksa yang tak bergerak dari tempatnya, Karla juga tadi sempat memperhatikan apa yang diperbuat oleh Reksa.

Tak ada gerak, tak ada senyum, tak ada teman, dan tak ada suara. Se-kaku itukah mahluk ciptaan Tuhan yang satu itu? Tapi, Reksa memang lumayan ganteng. Terlebih lagi topinya ada dirumah, besok pasti akan ku kembalikan, pikir Karla.

+++

Jam istirahat, Karla dan Arin berjalan beriringan menuju kantin sekolah. Sampai ditujuan, mereka memilih tempat duduk yang sedikit jauh dari keramaian karna keduanya sama-sama tidak terlalu suka keramaian.

"Mau pesan apa?" Tanya Arin.

"Aku pesan soto mie aja, minumnya samain aja sama minum kamu."

"Ok, siap melayani pesanan anda tuan putri Karla!" Arin kemudian pergi untuk memesan makanan yang akan mereka nanti.

Begitulah Arin, gadis yang bisa jadi apa aja. Sangat sempurna untuk dijadikan sosok perempuan pendamping. Yah meskipun memang masih jauh, tapi keduanya kini sudah ada di kelas 3 semester 1 artinya sisa 8 bulan lagi mereka akan lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Di SMA ini, Karla dan Arin mengambil jurusan MIPA. Tapi Karla sama sekali tidak tau apa-apa tentang biologi, bisa dibilang Karla sangat lemah dibagian biologi.

Sedangkan Arin berbanding terbalik dengan Karla, dia sangat mahir di bidang biologi. Dia juga bercita-cita jadi dokter ortopedi, jadi dia adalah orang yang paling bersemangat kalau ada pelajaran tentang kerangka manusia.

"

Pesanan datang!!!"

Arin datang dengan kesusahan karna harus membawa 2 mangkuk soto dan 2 botol minuman dingin, meski kesusahan Arin tetap berhasil membawa pesanan mereka tanpa ada masalah.

"Kok kamu yang bawa? Bibi mana?" Tanya Klara.

"Bibi lagi banyak pesanan, jadinya aku  ambil sendiri deh."

Sedetik kemudian Klara merasa curiga dengan makanan yang akan mereka makan. "Kamu yang ambil sendiri? Bumbunya juga kamu yang siapin?"

"Iya Klara, kamu tinggal makan aja. Jangan banyak komen!"

Klara meneguk salivanya, dia jadi semakin yakin kalau makanan saat ini sudah tidak layak makan. Pasalnya, Arin selalu melakukan hal tidak benar mengenai memasak.

"Mari makan!"

Klara mengambil sendok dan mulai mencoba untuk memasukan sesendok kuah soto ke mulutnya. Perlahan tapi pasti, Klara menggerakkan tangannya agar bisa di jangkau oleh bibirnya.

Hingga...

Sudah kuduga kalau rasanya bakal kayak gini, asin.

"Gimana Karl? Enak gak?" Tanya Arin antusias.

Karla mencoba memperbaiki ekspresinya dia tidak ingin jika sahabatnya tersinggung. "Enak kok, tapi ku rasa makanan ini gak bisa aku habiskan sendirian. Kamu boleh kok makan punya ku, kebetulan aku sudah kenyang!"

"Benarkah? Kalau begitu baiklah Klar, akan ku habiskan makanan yang tak sempat kamu habikan ini."

Arin makan dengan lahapnya dua buah mangkuk soto yang sudah dibikinnya sendiri. Terpaksa untuk saat ini Karla harus menahan laparnya, karna dia tidak suka dengan makanan asin. Mau pesan lagi uangnya tidak cukup, Karla hanya bisa berharap semoga guru gak masuk di mapel terakhir agar dirinya bisa pulang dengan cepat.

Karla memperhatikan seisi kantin, dia mencari sosok Reksa yang dilihatnya tadi pagi. Dia penasaran dengan Reksa yang selalu sendirian, Karla juga penasaran kenapa dirinya sama sekali tidak tahu mengenai keberadaan Reksa yang cukup terkenal karna sifat dinginnya.

"Ardian Reksadana, siapa kamu sebenarnya!" Gumam Karla dengan kepala menyangga di tangannya.

"Apa Karl? Kamu ngomong sesuatu?"

"Tidak kok, lanjutkan saja makan mu. Bentar lagi bel."

+++

Keep smile
😁😁😁

Manusia Berwajah ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang