white ❄ 5

2.1K 294 57
                                    

"dokter, kira-kira kapan aku boleh pulang?"

dokter lee tersenyum ketika mendapat pertanyaan yang sama setiap kali ia datang untuk mengecek kondisi pasiennya yang bernama kim younghoon ini.

"mungkin beberapa hari lagi, asalkan kondisimu tetap stabil dan kau dapat menaikkan berat badanmu." dokter bernama lee sangyeon itu kemudian mengamati plester-plester yang menempel di lengan younghoon. "apa masih terasa perih?"

younghoon menggeleng, "tidak, atau mungkin belum. karena biasanya akan terasa perih ketika terkena sabun. dan... aku belum mandi kkk..."

sangyeon ikut terkekeh karena younghoon. namun disamping itu, dokter muda tersebut merasa lega karena pasiennya ini telah lebih baik dari beberapa hari sebelumnya. wajah muram itu, kini sedang tersenyum.

"salep yang kau beri bekerja dengan cepat hyung! lihat, bahkan kini sisa lukanya sudah mengelupas." tukas younghoon sambil menunjuk luka bakar di sudut bibirnya.

ngomong-ngomong soal panggilan younghoon pada sangyeon, itu permintaan sangyeon sendiri. sangyeon memang selalu meminta kepada pasien yang berusia tak jauh darinya untuk jangan memanggilnya dengan terlalu formal dengan embel-embel dokter.

"syukurlah jika begitu, temanmu memang meminta kepadaku untuk memberimu penyembuhan yang cepat."

"eh, juyeon?"

"oh iya, namanya juyeon. aku selalu lupa haha!" sangyeon tertawa hingga matanya menyipit. "dia tipe teman yang sangat baik, younghoon. kau sangat beruntung karena diselamatkan oleh orang sepertinya."

dalam hatinya younghoon membenarkan ucapan sangyeon. karena berbicara tentang juyeon, bisa dibilang bahwa lelaki itu menjadi alasan paling kuat mengapa younghoon ingin cepat keluar dari rumah sakit ini.

ia terlalu banyak merepotkan juyeon. dirawat di kamar kelas vip dan selalu mendapatkan perawatan terbaik, itu yang younghoon dapatkan dari juyeon. belum lagi segala perhatian dari juyeon yang dengan sabar mengurusnya dan juga kiriman makanan dari seulgi.

younghoon ingin segera keluar dari rumah sakit, walau sebenarnya ia tak tau harus pulang kemana nanti.

"baiklah younghoon, jangan lupa selalu makan dengan teratur, dan... jangan lupa tersenyum. sampai nanti younghoon!" pamit sangyeon dengan senyum khasnya.

sepeninggal sangyeon, kini kamarnya kembali sepi. sebenarnya ia bosan karena seolah terkurung disini selama hampir seminggu, tapi tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain diam diatas tempat tidur.

pemuda itu melirik keranjang buah diatas nakas, dan apel merah itu sangat menggoda. perlahan ia pun mengambil apel tersebut lalu mengupasnya dengan pisau yang terletak didekat nakas.

younghoon berulang kali hampir terluka karena tangannya yang masih bergetar ketika memegang pisau.

sret!

"eh!" younghoon kaget saat pisau dan apel dari tangannya diambil secara tiba-tiba. ia pikir itu iuyeon, namun rupanya bukan.

"hari ini biarkan aku yang menemanimu disini hyung. maaf aku baru bisa datang lagi." ucap sunwoo pelan sambil terus mengupasi kulit apel dan memotongnya.

younghoon belum bersuara, karena mulutnya terisi penuh oleh potongan buah apel yang disuapi sunwoo.

"sunwoo... kupikir kau membuangku..." lirih younghoon. "terima kasih kau masih menyempatkan waktumu."

alis sunwoo mengerut, ia pun menyimpan apel dan pisau ditangannya lalu memegang tangan younghoon. "maafkan aku hyung... akhir-akhir ini pikiranku sedang kacau. aku tak memiliki maksud untuk meninggalkanmu sedikitpun hyung, maaf..."

whiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang