white ❄️ 15

1.2K 190 45
                                    

setelah berkata bahwa younghoon adalah harta yang paling berharga baginyaㅡuntuk saat iniㅡsehun kemudian meninggalkan gudang, di susul oleh ke empat anak buahnya. ia meninggalkan younghoon yang langsung ambruk setelah dua anak buah sehun tak lagi menopang tubuhnya.

younghoon tak sadarkan diri setelah menahan rasa sakit akibat kebrutalan sehun dan juga akibat menahan lapar. jika di ingat, ia terakhir makan saat kemarin siang. makan malamnya gagal karena juyeon yang mendadak menyeramkan.

dan akhirnya setelah enam jam tak sadarkan diri, younghoon kembali ke alam sadarnya. posisinya masih sama seperti terakhir kali ia tersadar, yaitu tergeletak di atas lantai berdebu.

uhuk!” ia terbatuk sesaat setelah mendapatkan kembali kesadarannya. namun karena hal itu perutnya terasa semakin sakit.

walau dengan susah payah, pemuda itu mengubah posisinya menjadi terduduk. ia merasa tubuhnya benar-benar remuk walau di gerakkan sedikit saja.

ringisan kembali terdengar dari bibir itu, saat merasakan pening menderanya di saat ia juga masih harus menahan rasa sakit di perutnya.

younghoon tidak tahu pasti bagaimana kondisinya saat ini, terlebih untuk wajahnya. hanya saja ia merasa wajahnya membengkak dan memiliki beberapa luka yang di hasilkan dari amukan sehun.

ia melirik jam tangannya, ternyata ini masih pukul empat sore di hari yang sama. padahal younghoon berharap ia akan tersadar di hari yang berbeda agar setidaknya ia tak harus merasakan sakit lebih banyak dari ini.

tok! tok!

sebuah kerutan muncul di dahi younghoon saat suara ketukan pintu terdengar. tubuhnya menegang dan bersiap jikalau sehun yang akan kembali masuk bersama anak buahnya.

namun rupanya yang masuk bukanlah sehun, melainkan seorang pria berwajah dingin yang ia yakini merupakan anak buah sehun juga.

pria itu berjongkok di hadapan younghoon. tatapannya yang dingin itu semakin menakuti younghoon.

“kau sudah sadar rupanya,” katanya sambil menatap lekat wajah younghoon yang membengkak itu. dan ketika younghoon masih nampak tegang, akhirnya ia terkekeh, “tenanglah, aku tidak akan menyakitimu.”

“k-kau siapa?” tanya younghoon dengan suara lirihnya.

pria itu tersenyum tipis, “aku jeon wonwoo. anak buah tuan sehun, namun tidak sepenuhnya berpihak padanya.”

“maksudmu?”

wonwoo kemudian duduk di hadapan younghoon, ia menggeleng, “akan ku jelaskan nanti. sekarang lebih baik kita fokus pada kondisimu.” wonwoo menelisik setiap sudut wajah younghoon, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.

younghoon menerima kantung plastik itu dan melihat isinya. ia terheran ketika melihat dua buah kimbap dan air minum di sana.

“makanlah,” wonwoo terkekeh pelan melihat raut kebingungan younghoon.

“huh?”

“ayo makan. aku yakin perutmu belum terisi apapun sejak pagi.”

perkataan wonwoo itu benar, dan younghoon ingin sekali segera memakan kimbap di tangannya untuk meredakan cacing yang meronta dalam perutnya. namun mengingat bahwa wonwoo adalah anak buah sehun, younghoon jadi ragu.

dan hal itu tentu di sadari oleh wonwoo. ia bisa melihat tatapan gelisah dari yang lebih muda.

ia pun mengambil satu kimbap dan membukakan bungkusnya, “jangan takut. aku ada di pihakmu.”

younghoon menatap kimbap itu dan wonwoo bergantian, memantapkan hatinya untuk mengambil keputusan.

“terima kasih, wonwoo-ssi.” akhirnya younghoon mengalahkan rasa takutnya. ia mengambil kimbap itu dan langsung melahapnya.

whiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang