"kau bisa tidur di kamarku malam ini, dan aku akan tidur bersama eric."
younghoon langsung menggeleng, "aish, mana ada seperti itu? kau kan pemilik kamar ini, bagaimana ceritanya sang pemilik malah tidur di kamar lain?"
perdebatan soal kamar ini dimulai ketika younghoon bertanya mengenai kamar kosong lain dirumah juyeon yang bisa ia pakai tidur, dan pertanyaan tersebut ditangkap oleh juyeon sebagai reaksi tak nyaman younghoon jika harus tidur satu kamar dengannya.
"tak apa hyung, aku lebih baik tidur bersama bocah itu daripada membuatmu tak dapat tidur nyenyak semalaman." tutur juyeon yang terdengar tulus.
younghoon yang sedang duduk diatas kasur juyeon pun terdiam sejenak, memikirkan solusi terbaik untuknya dan juyeon agar bisa tidur dengan nyaman untuk malam ini.
"tak apa, kita tidur bersama di kamarmu ini tapi aku ingin tidur di matras." usul younghoon sambil melirik matras yang sudah digelar juyeon disamping kiri kasur. "dan kau tidur di kasur."
usul younghoon tersebut dan ditanggapi oleh juyeon, pria lee itu justru melakukan hal yang membuat younghoon mengerutkan keningnya dalam.
juyeon menggulung kembali matras yang semula akan ia pakai tidur itu dan menyimpannya, kemudian ia ikut duduk diatas kasur sambil menghadap younghoon yang masih kebingungan.
"juyeon apaㅡ"
"lebih baik kita tidur bersama diatas kasur ini hyung. aku berjanji tak akan menyentuhmu sedikitpun. kau percaya padaku kan?"
kedua mata younghoon melebar, kemudian mengerjap pelan ketika mendengar penuturan juyeon. "o-oh ya... memangnya kau tak keberatan jika harus berbagi tempat denganku?"
yang bermarga lee itu tertawa pelan dan tangannya dengan mulus mengusak rambut younghoon. "aigoo, jika aku merasa keberatan mungkin aku tak akan membawamu kerumahku sejak awal hyung. baiklah ayo tidur ㅡeh kau sudah meminum obat dan memakai salepmu belum hyung?"
younghoon tersenyum kikuk mendengar jawaban juyeon, lalu menggeleng untuk pertanyaannya. "ah itu... juyeon bisakah aku meminta bantuanmu?"
"tentu bisa, apa yang harus kubantu hyung?"
nampak younghoon agak ragu untuk meminta bantuan juyeon, tapi tak ada lagi yang bisa membantunya saat ini kecuali pemuda dihadapannya.
ia mengambil salep dari dalam laci nakas dan menyodorkannya pada juyeon. "ini, bisakah kau membantuku mengoleskan salep ini pada luka-luka di punggungku? a-aku tidak bisa melakukannya sendiri, dan kemarin sunwoo yang membantuku..."
lagi-lagi juyeon tersenyum, "tentu hyung,"
setelah mendengar jawaban juyeon, pria kim itu pun membuka bajunya lalu duduk membelakangi juyeon. "tolong ya juyeon..."
mata juyeon terbelalak saat melihat punggung younghoon. bukan karena bentuknya atau warna kulitnya yang sangat putih, melainkan karena luka dan lebam yang begitu banyak disana, dan juga tulang yang nampak sangat menonjol. dalam kondisi seperti ini dapat juyeon lihat betapa kurusnya younghoon.
ringisan pelan keluar dari bibir younghoon saat juyeon mulai mengobati lukanya.
"pasti sangat sakit ya hyung?"
"sudah tidak terlalu. salep pemberian sangyeon hyung itu benar-benar bagus, bahkan aku merasa tak terlalu perih saat mandi." jelas younghoon sambil tersenyum tipis. "ngomong-ngomong... terima kasih ya juyeon. dalam dua minggu ini hidupku banyak berubah berkat bantuanmu."
juyeon terdiam sejenak dari aktivitasnya mengolesi salep ketika mendengar ucapan yang terdengar tulus dari bibir younghoon. "bukan aku, tapi kau hyung. jika bukan karena kemauan dari dirimu sendiri, maka aku juga tak bisa membantumu. berterima kasihlah pada dirimu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
white
Fanfiction⚠️ suicidal thoughts, rape, violences, trauma, bruises & blood mention. ⚠️ [ jubbang fanfict ] turunnya salju pertama, menjadi waktu dimana juyeon menemukan serpihan hatinya, dan younghoon yang menemukan malaikatnya. #1 in jubbang #1 in bbangju #6...