Bagian 1

104 3 0
                                    

Shane Dawson membaca catatan pasiennya sekali lagi, berusaha menemukan sumber masalah sebelum merumuskannya. Ia telah duduk di ruang kerjanya selama berjam-jam untuk mempelajari catatan itu, menelaahnya hingga tanpa sadar, Shane telah melewatkan acara makan malam bersama sahabatnya Gwyn Jones. Kalau saja ia tidak menyadari ponselnya yang bergetar ketika mendapat panggilan masuk, Shane tidak akan sadar kalau saat itu sudah terlalu larut untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Shane menatap ponselnya dan membaca nama penelepon yang tertera di layar utama. Ia menekan tombol terima kemudian meletakkan ponsel di dekat telinganya. Suara Jones muncul seperti segerombolan lalat yang datang menyerbu sisa makanan. Wanita itu, tidak berhenti beberbicara seperti yang selalu dilakukannya dan mulai memprotes.

"Tebakanku kau melupakannya kali ini. Sialan, Shane! Kenapa kau tidak menjawab teleponku? Aku punya kabar buruk, dan.. ini menggelikan. Aku berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi si bajingan Flynn itu akhirnya memutuskanku. Oh Tuhan, aku benci dia! Kau benar, seharusnya aku mendengarkanmu.."

"Oh Gwyn.. aku sangat menyesal.."

"Tidak masalah, potong Gwyn dengan cepat. Dimana kau? Apa aku bisa menjemputmu sekarang?"

Shane menatap jam tangannya dan melihat jarum jam telah menunjuk ke angka sepuluh. Sudah terlalu larut untuk membiarkan Gwen mengendara menuju kliniknya. Sahabatnya itu punya kebiasaan buruk mengendara larut malam. Namun, mengingat pekerjaan Gwyn sebagai jurnalis yang suka bekerja saat larut, hal itu menjadi wajar. Tapi Shane tidak ingin menyusahkan Gwyn hari ini. Tidak ketika sahabatnya itu baru saja putus dari kekasihnya.

"Aku masih di klinik, tapi kau tidak perlu repot-repot menjemputku. Aku akan pulang sendiri."

"Tapi mobilmu masih dibengkel, bukan?"

"Ya, tapi aku mendapat tumpangan dari petugas klinik yang juga berjaga malam ini." Shane terpaksa berbohong, tahu bahwa sifat Gwyn yang keras kepala tidak akan membiarkannya pulang sendirian.

"Apa kau yakin?"

Shane bergerak meninggalkan meja kerjanya dan melangkah ke arah jendela di ruangan itu. Matanya menatap jalanan kosong di luar sana. Beberapa mobil yang terparkir, satu persatu mulai bergerak menjauh meninggalkan klinik. Seorang pasien yang dikenalinya berjalan di sekitar jalur khusus yang disediakan bagi para pejalan kaki, ia melewati sebuah toko buku dan kedai kopi di dekat sana, kemudian menghilang di tikungan. "Ya."

Kedua mata Shane menyorot ke arah lampu jalan dimana sebuah SUV hitam terparkir di sampingnya. Seorang pria yang mengenakan mantel tebal berwarna kecoklatan dan sebuah kupluk yang menutupi rambut gelapnya, keluar dari dalam mobil dan berlari menuju kotak mesin yang menjual kopi dalam kemasan siap saji. Shane memerhatikan saat pria itu menekan tombol berwarna merah, kemudian memasukkan uang kertas ke dalam kotak persegi itu sebelum menunduk untuk mengambil kopinya.

Lamunannya seketika buyar ketika suara Gwyn muncul di seberang.

"Baiklah, terserah padamu. Bagaimana kalau makan siang besok? Aku bisa datang ke klinkmu."

"Kedengarannya menyenangkan."

"Sampai jumpa besok, Shane.."

"Gwyn.." Shane memotong pembicaraan itu. "Kau yakin baik-baik saja? Kau bisa menceritakannya padaku jika kau ingin.."

"Tidak," Gwyn menolak dengan cepat. "Aku tidak ingin mengingat berengsek itu lagi. Lagipula seorang Jones tidak berlama-lama larut dalam kesedihannya. Dengar, Shane! Aku akan menemukan yang lebih baik dari Errol, kita lihat saja."

Bibir Shane terangkat ketika ia mengulas senyum. Dalam benaknya, ia mengingat saat-saat ketika ia dan Gwyn menghabiskan masa remaja mereka dengan melakukan hal-hal konyol. Kemudian ketika mereka semakin dewasa, Gwyn telah memilih pekerjaan yang disenanginya sebagai jurnalis, sedangkan Shane sendiri memutuskan untuk keluar dari pendidikan hukum dan menempuh kuliah psikologi selama bertahun-tahun sebelum ia berhasil membangun kliniknya sendiri dan menjalani pekerjaan sebagai seorang psikiater.

MEGALOMANIAC (Boston Highway seri ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang