Di dalam kantong ada beberapa permata kecil dan serpihan emas yang sepertinya diambil dari suatu tempat. Dari sudut pandang Claude, orang yang memiliki ini mungkin orang melarat yang tidak memiliki apapun, tidak peduli siapa yang memberikannya kepadanya.
Penyusup itu tampaknya bahkan tidak memperhatikan bahwa kantong-kantong yang telah ia kubur di tanah tidak lagi dalam posisi semula. Aku katakan, kamu bukan benar-benar penyelundup kan?
Terlebih lagi, dia tampaknya telah mencoba untuk mengubur kantong ini dengan sepenuh hati, tetapi hasilnya sangat ceroboh.
Ini kasus penyelundupan dengan tanah-tanah bergelombang yang tidak dilakukan dengan benar, sekop mutiara yang selalu disembunyikan di tempat yang sama, dan jejak kaki yang berkerumun di sekitar kantong.
Seperti anak-anak yang bermain rumah-rumahan.
Anak-anak?
"Yang Mulia. Ada apa denganmu?"
Langkah kaki Claude berhenti saat sebuah pemikiran tiba-tiba muncul. Sepertinya ada sesuatu yang terlintas dalam pikiran lagi, tetapi segera tenggelam dan kembali seolah tidak terjadi apa-apa.
Apakah kamu bertanya-tanya ada apa sebelum ini? Sesaat kemudian, Claude menjawab singkat kepada Felix.
"Tidak ada."
Aku tidak ingin mencari tahu itu lebih jauh. Aku tidak ingin berpikir tentang apapun, segalanya sangat menyebalkan.
"Aku menemukan kantong di kantor kerajaan, apa itu?"
Lalu, Felix bertnya, dia berjalan di belakang Claude.
"Aku pernah melihat kantong lucu seperti itu, seperti milik bayi saat aku ke rumah bibiku saat aku kecil. Desainnya diluar bergambar bunga dengan kelopak bewarna putih dengan putiknya bewarna kuning."
"Apa itu bunga?"
"Oh, bukan itu?"
"Aku pikir itu telur."
Saat ini. sebagai gantinya dia mengikuti Claude kemana dia menuju, Felix berhenti.
"Yang Mulia, siapa orang yang merajut telur di kantung itu?"
Tapi secepatnya, Claude berjalan semakin jauh, Jadi Felix hanya mengikutinya dari belakang.
"Ini pasti jalan yang salah,"
Kata Claude, dia mengingat sesuatu yang berkelip di dalam kantong. Tidak menemukan jawaban benda apa di dalam kantong di kantor, Felix menggerakkan kepalanya curiga.
Oh, apa kamu bosan?
Langkah Claude berhenti saat berada di dekat gerbang selatan, jalan ini tidak biasanya dilalui Claude.
Selama beberapa hari, keadaan darurat yang tidak terduga terasa menarik, tapi juga sangat menyebalkan.
"Yang Mulia, di depan sana..."
"Aku tahu,"
Awalnya, aku hanya harus mengabaikannya. Tapi sekarang aku tidak bisa berhenti.
Tidak, alasannya apakah karena aku ingin mengakhirinya?
Ini bukanlah yang sebenarnya, untuk seorang Claude De Alger Obelia, memotong secara utuh puncak perhatiannya dengan menjadi buta pada sesutu dihadapannya.
Tapi sekarang, dia berjalan menuju sesuatu yang terasa jauh di depannya.
Seakan sesuatu tidak terlihat yang melingkupinya.
Tap... Tap...
Dan disinilah dia sampai, Claude menemukan seorang pengacau.
Rambut pirang yang terang, bersinar di bawah sinar matahari. Ornamen berbentuk bunga kuning, menghiasi kepalanya. Sebuah renda, yang ada di bawah baju putih yang mengembang, berkibar ke atas. pita bewarna pink terikat di pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story 4 : I Became A Father [Suddenly, I Became A Princess]
Non-FictionBUKAN FANFICTION! Side Story Suddenly, I Became A Princess Translet pertama pake gugel, cuma karena bahasanya amburadul, jadi diterjemahin sendiri. Mangkannya ngga 100% sama bahasanya kayak novel, ada yang ditambah, diubah, atau dikurangi kata-katan...