Part 4

4.7K 488 42
                                    

Apa kamu benar-benar menyukai sesuatu yang bersinar? Itukah sebabnya kamu memiliki kantong seperti itu?

Sama seperti seekor burung gagak yang mengumpulkan benda-benda bersinar di sarangnya, dia mengubur kantongnya di belakang Istana Garnett.

"Aku menyimpan kantong permatamu hari itu."

Faktanya, apa yang dia simpan bukan hanya kantong yang dijatuhkan anak itu di depan patung tempo hari, tetapi kantong yang ditemukannya di bawah tanah, tapi dia memutuskan untuk tidak mengungkapkannya.

"Aku yang menyimpan harta karunmu, jadi datang dan ambil sendiri lain kali,"

Hanya karena kata-kataku, mata anak ini bergetar karena malu.

Claude mengalihkan pandangannya dari anak itu dan menatap pemandangan danau dengan bosan. Air danau yang tenang itu suram dan damai.

Kemudian pada satu titik, anak ini terus mengamati pemandangan sekitarnya dari sisi ke sisi, mulai menjadi tertarik pada bunga-bunga di danau. Claude tahu apa bunga itu.

Itu adalah benda sihir yang membawa serbuk sari ke udara untuk menarik mangsa dengan aromanya, ketika mangsa mendekat, pada bagian akarnya yang panjang akan menarik semua makanan.

Aku tidak ingat berapa generasi berlalu ketika benda sihir ini ada di istana, tetapi aku diberitahu itu adalah hobi aneh dari salah satu raja terdahulu.

Claude melihat mata anak itu, yang awalnya penuh dengan kehidupan, kini hilang dan kabur. Mungkin karena sistem kekebalan tubuhnya yang lemah, ia dapat dengan mudah menemukan dirinya terpesona oleh aroma bunga-bunga yang terbawa angin.

Terpaku.

Setelah beberapa saat, anak itu mengikuti sumber aroma dan bergerak ke tepi kapal. Kapal yang digerakkan oleh mana seharusnya bergerak ke arah yang diinginkan penghuni.

Kapal perlahan meluncur ke tempat dimana benda sihir itu berada, mengikuti keinginan anak itu. Claude menyaksikan pemandangan itu dengan tenang.

Aku bahkan tidak bisa mengatakan pada diriku apa yang dia pikirkan.

Hanya satu hal yang jelas: pada saat itu, ia memiliki 'niat membunuh' pada anak itu, yang bahkan dia sendiri tidak tahu alasannya.

Tapi tidak ada yang aneh tentang itu, bukan? Empat tahun lalu, dia sudah memutuskan untuk membunuh anak ini ditangannya sendiri.

Lalu tangan kecil itu akhirnya menyentuh kelopak bunga transparan.

Sebuah bola angin datang.

Tubuh yang condong ke depan tersedot ke danau.

"Uh, huh!"

Claude menatap anak yang tenggelam itu. Matanya dingin seperti es beku neraka.

'Tolong aku,'

Anak itu berhasil membuka mulutnya dan memohon dengan menyedihkan, tetapi tidak ada niatan menolong di mata Claude.

Pada saat itulah keputusasaan ada di mata anak itu. Mata yang basah benar-benar memadamkan cahayanya sejenak, seolah-olah anak itu mengerti Claude tidak akan menyelamatkannya.

Splash... splash...

Gerakkan yang tidak beraturan mereda.

Namun saat itulah suatu perasaan aneh mulai memasuki hati Claude.

Splash....

Mata yang tenang, yang tidak menunjukkan gelisahan, menyebarkan kekosongan.

Thump... Thump...

Seperti seseorang memukul jantungku, yang telah membeku dengan sangat dalam hingga ke dasar.

Kepalanya sakit lagi. Tapi kali ini, dia tidak menoleh.

Side Story 4 : I Became A Father [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang