3. Janji?

30 13 0
                                    

(Februari 2005)

"Usah janji agar tak lupa. Bisa jadi kau yang pertama lupa akan janji."

Tak ada yang berbeda hari itu, semua anggota pramuka masih lelah dan mengantuk karena perkemahan semalam. Pelajaran tak dihiraukan, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Cacing-cacing di perut meronta-ronta. Hati mereka sedikit terhibur tatkala bel berbunyi nyaring, menandakan waktu istirahat telah tiba.

Kedua gadis berseragam putih biru lengkap dengan kerudung yang menutupi rambut indahnya, tengah berjalan menuju kantin Jujur. Maira biasanya hanya menemani Raina makan di jam istirahat pertama. Sebab ia rutin makan sebelum berangkat sekolah, selain itu ia juga harus menghemat.

"Tapi, kamu beneran ngga bohongin aku, kan?" selidik Raina. Maira menggeleng. "Awas saja kalau kau berani bohongin aku lagi, bilang kau lagi puasa ternyata ngga punya uang saku."

"Iya, maaf. Ngga akan kuulangi lagi." Maira pernah sekali ketahuan berbohong mengakatan bahwa dia sedang berpuasa, padahal ia tak memiliki cukup uang untuk membeli makanan. Dia juga tak ingin merepotkan Raina.

"Harus! Kantin aja jujur masa kamu ngga." Raina, walau sikapnya yang blak-balakan dan sering berdebat karena sesuatu yang konyol, tetapi dia sosok sahabat yang selalu peduli. "Janji?"

"In syaa Allah," ucap Maira.

"Janji dulu." Raina memelas.

"Menurut buku yang kubaca ini, kita cukup mengucapkan 'in syaa Allah', karena kita ngga tahu apa yang terjadi di hari kemudian. Bisa saja aku amnesia atau pikun diusia dini, kan," tandasnya.

"Aih. Jadi, kamu mau ngebohongin aku lagi?"

Maira menutup buku, mengalihkan pandangan ke arah Raina. "Ngga gitu Rain. Aku ngga bakalan bohong lagi kok, tapi juga ngga bisa janji." Raina manggut mengiakan.

Dengan lahap, Raina menyantap nasi kuning dihadapannya. Ditambah mi instan, gorengan, snack, lolipop, serta minuman sebagai penutup. Maira mengaga sekaligus takjub melihat porsi makan sahabatnya itu. Bahkan berat badan Raina tak pernah menunjukkan kenaikan, kendatipun dia makan berlebihan.

Maira teringat akan sebuah ayat yang dibacakan guru PAI-nya tempo hari, yang melarang untuk bersikap berlebihan dalam makanan.

"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

"Rain, pelan-pelan makannya, jangan berlebihan. Ingat ngga apa kata Bu Liusyah waktu kita belajar agama?" Maira mengingatkan.

"Hehe, iya, Mai ingat." Raina nyengir kuda. Sungguh ia sulit merubah kebiasaan buruknya itu, lupa kenyang saat makan. Maira geleng-geleng dibuatnya. "Oiya, kamu dapat salam." Raina mengalihkan pembicaraan.

"Dari?"

"Kak Zanuar El-Haq."

"Wa'alaikumussalam," balas Maira.

"Gitu aja?"

"Terus?"

"Apa kek, salam balik kek. Atau cerita pertemuanmu dengan dia kek," seloroh Raina.

DANDELION (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang