EMPAT

28 6 0
                                    

"Dean! Ada Rafael nih!" Seruan dari Mamanya membuat Dean yang lagi sarapan mengernyit. Ada Rafael? Ngapain pagi-pagi kesini?

"Ngapain dia kesini Ma?" Tanya Rafael. Mamanya hanya mengedikkan bahu dan menggeleng.

"Kayaknya jemput kamu sih. Udah lengkap pake seragam sekolah dianya." Perkataan Mamanya semakin membuat Dean menaikkan alis. Selama ini Rafael nggak pernah mau repot-repot nganter dia ke Sekolah, jadi ngapain dia datang?

"Yaudah. Dean berangkat ya, Ma."

"Iya."

Dean mengambil ranselnya lalu segera keluar. Didepan gerbang, Rafael sudah menunggu Dean sambil senderan dimobil. Saat melihat Dean datang, spontan Rafael menghampirinya dengan cepat.

"Maafin gue! Gue minta maaf banget!" Seru Rafael. "Gue salah! Kemaren gue udah kelewatan godain lo! Maafin gue!" Mendengar permintaan maaf dari Rafael yang tiba-tiba, jelas bikin Dean bingung. Jarang-jarang anak satu itu minta maaf sama ulahnya. Kesambet apa dia hari ini

"Emang gue ngapain?" Tanya Dean.

"Sampe gue dirumah, lo nggak ada ngehubungin gue sama sekali... Itu bukan gaya lo banget. Jadi gue pikir lo marah." Jelas Rafael. Dean yang mendengar itu sontak menepuk jidatnya. Dia bukannya marah, dia cuma lupa, nelpon Rafael karena dia lagi dijalan waktu itu.

"Gue nggak marah!" Elak Dean.

"Nggak, nggak. Lo marah karena gue salah. Jadi hari ini gue bakal nganter lo kesekolah."

"Nggak usah! Gue berangkat sendiri! Lagian gue nggak marah!"

"Nggak mau tau! Pokoknya lo ikut gue hari ini!" Ujar Rafael dan membuka pintu penumpang. Dia lalu membungkukkan badannya ala-ala pelayan. "Silahkan masuk Tuan Dean."

Sadar percuma menolak Rafael yang sudah bersikeras. Akhirnya Dean masuk kedalam mobil Rafael sambil menggerutu. Kalo dia tetap menolak, bisa saja Rafael akan melakukan banyak hal gila lainnya nanti. Lebih baik dia turuti saja kemauan sahabatnya yang satu itu.

_520_

Bel pulang Sekolah berbunyi nyaring. Dalam waktu singkat, koridor sekolah sudah dipenuhi oleh para murid yang hendak pulang. Tidak terkecuali Raina yang sudah membereskan buku-bukunya. Raina berdiri, dan berjalan keluar kelas. Dia melangkah ringan menyusuri koridor Sekolah, menuju gerbang keluar SMP Adinata. Khusus untuk jam pulang Sekolah, semua Siswa-Siswi SMP maupun SMA Adinata berbaur menjadi satu. Karena mereka keluar dari satu gerbang yang sama. Hal itu membuat halaman satu Sekolah itu penuh dan ramai.

Raina berjalan keluar gerbang sambil memainkan Hp nya, hingga langkahnya terhenti oleh segerombolan orang yang tiba-tiba menghampirinya. Raina tidak langsung mendongak untuk menatap mereka. Dia hanya menunduk dalam.

"Jangan lagi..."

"Raina?" Suara itu membuat tubuh Raina menegang. Ia menghela napas lelah dan mendongak. Menatap cewek-cewek dengan seragam SMA Adinata berdiri didepannya.

"Ada urusan apa?" Tanya Raina.

"Gue bisa minta tolong?" Tanya salah satu cewek itu. Raina tidak menjawab dan hanya menatap mereka satu persatu.

"Gue lagi ada urusan mendadak. Jadi tolong, ya." Seorang cewek maju dan menepuk-nepuk pundak Raina pelan. Ia mendekati telinga Raina dan berbisik disana.

"Gantiin gue bersihin ruang olahraga. Okay?" Desisnya. Raina menghela napas, menahan rasa jengkel yang mulai menguasainya.

"Gue denger lo orangnya baik." Ujar Cewek itu. "Ya, guys?" Tanya cewek itu pada teman-temannya.

Walk On MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang