🌹19. kepanikan saka🌹

9.3K 503 18
                                    

🍃🍃🍃

Aya , Nina dan Wulan beserta gengnya sudah tiba di kantor polisi. Mereka diinterogasi dan diminta untuk menjelaskan kronologi yang terjadi. Polisi mendengarkan pendapat dari kedua belah pihak. Tetapi tidak ada yang mau mengalah dan malah saling menuduh satu sama lain.

"pak polisi kami mengatakan yang sebenarnya pak. Kami tidak salah, kami diikuti dari belakang sama Wulan dan teman-temannya. Tiba-tiba mereka langsung mendorong saya setelah turun dari mobil pak. Saya tidak mempunyai masalah dengan dia pak polisi."

Aya berusaha menjelaskan yang sebenarnya kepada polisi. Nina mengangguk menyetujui perkataan Aya.

"dia juga yang mulai duluan menyerang kami pak polisi." Tambah Nina melirik sinis Wulan dan teman-temannya.

"ngak benar pak. Yang salah itu mereka duluan pak . si Aya itu yang salah karena menggoda Cowo saya pak. Betul kan gengs?"

Wulan meminta pembelaan kepada teman-temannya.

"betul pak polisi. Kami melihat sendiri kalau Aya yang menggoda Cakra cowo Wulan." Ujar Tiwi meyakinkan Pak Polisi.

"heh udah berapa kali sih gue bilangin, Aya itu ngak ngegoda Cakra." Bantah Nina keras. Suasana kantor Polisi kembali heboh karena pertengkaran mereka. Kali ini Aya juga bersikeras membela dirinya. Dia tidak mau dirinya diinjak-injak oleh Wulan dan Geng nya. Hidup Aya bukan untuk di bully.

Pak Polisi memijit keningnya kesal melihat tingkah para gadis di depannya ini. Mereka bertengkar hanya masalah Cowo. Benar-benar tidak bisa dipercaya. Pak Polisi itu bingung entah siapa yang benar dan siapa yang salah.

"hemm semua nya diam. Sekarang kalian telpon orang tua masing-masing supaya datang ke kantor ini. Saya tidak mau tahu orang tua kalian harus hadir. Kalau tidak terpaksa kalian kami tahan di sini." Ujar Pak Polisi dengan tegas dan tidak mau dibantah.

Wulan langsung menelpon terlihat dari dia yang langsung menempelkan handphone ke telinganya. Nina dan Aya saling melirik.

"gimana Nin, aku harus nelpon siapa nih?" Aya berkata cemas kepada Nina.

"orang tua gue ngak dirumah Aya, abang gue juga lagi di luar kota gimana nih, gue juga ngak mau tertahan disini." Ujar Nina yang kelihatan ceas seperti Aya.

Wulan tersenyum penuh kemenangan kepada Aya dan Nina.

"kenapa ngak ada orang tua nya ya, siap-siap deh kalian nginep di penjara." Cemooh Wulan yang ditanggapi dengan kekehan temannya.

Nina dan Aya tidak menghiraukan ucapan Wulan. Mereka sibuk berpikir siapa yang akan menolong mereka untuk keluar dari kantor polisi ini.

Tiba-tiba Nina menngingat seseorang yang bisa membantu mereka. Dengan muka berbinar Nina menatap Aya.

"loe telpon Mas Deon aja aya. Dia pasti mau bantu kita." Pekik Nina kesenangan. Aya kemudian mengeluarkan handphone nya dan langsung menekan kontak Deon. Aya dengan cemas menunggu Deon mengangkat telponnya.

"hallo .."

Ketika panggilan nya dijawab Deon Aya langsung mengutarakan maksudnya.

"Om Deon tolongin Aya. Sekarang Aya lagi di kantor Polisi. Cepat ya Om."

"kamu ngapain.."

Aya langsung menutup teleponnya dengan cepat ketika mendengar jawaban di seberang sana. Aya sengaja mematikan teleponnya takut Deon bertanya macam-macam.

"gimana ?" Tanya Nina setelah melihat panggilan diakhiri.

"mungkin lagi otw Nin."

"oke kita tunggu aja." Nina berpasrah diri sambil menunggu Deon.

***

Di kantor Saka sibuk memeriksa dokumen yang sedang menumpuk di mejanya. Saka benar-benar merasa seperti dikejar-kejar rentenir saking banyak nya dokumen yang menuntut untuk ditandatanganinya.

Saka mendengar handphone Deon berbunyi di atas meja nya. Orangnya sedang berada di kamar mandi katanya perutnya sakit sejak semalam tetapi dipaksakannya ke kantor.

Saka melihat nama yang tertera di handphone Deon. Saka merasakan jantungnya langsung berdebar melihat nama yang tertera Aya kecil. Saka mengambil handphone Deon dengan gugup dan langsung menggeser tombol menerima.

Saka langsung menempelkan handphone Deon ke telinganya. Saka dengan gugup menjawab.

"hallo".

"Om Deon tolongin Aya. Sekarang Aya lagi di kantor Polisi. Cepat ya Om."

Saka menegang seketika mendengar suara yang sangat dirindukannya . Rasanya sudah lama sekali Saka tidak mendengar suara gadis kecilnya. Mungkin sekitar tiga tahun atau tiga setengah tahun. Ya tuhan benar-benar sudah llama sekali. Saka sangat merindukan suara ini.

Saka tersedar ketika mendengar ucapan gadis kecilnya di seberang telpon. Apa katanya tadi di kantor polisi. Saka tidak salah dengarkan.

"kamu ngapain.."

Belum selesai Saka berbicara telepon langsung di matikan oleh Aya.

"oh shit..," umpat Saka tanpa sadar. Saka merasakan kecemasan melanda dirinya mendengar gadis kecilnya di kantor polisi. Tanpa berpikir panjang Saka langsung menyambar dompet dan kunci mobil nya dan berlari keluar dari ruangannya.

"eh loe mau kemana woy?" teriak Deon melihat Saka yang berlari keluar ruangan saat dia juga baru keluar dari kamar mandi.

Deon heran melihat Saka yang berlari seperti orang kesetanan. Saka tidak mengubris teriakan Deon.

"dia kenapa sih?" gumam Deon bingung. Kemudian Deon mengistirahatkan tubuhnya di sofa karena lemas bolak-balik kamar mandi. Deon tidak menghiraukan Saka lagi dan memilih beristirahat.

20/09/20

ayah angkatku suamiku (Ebook In Playbook/Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang