Follow dulu sebelum dibaca ya!!!
Cerita sudah ada di ebook google play!!
Saka asy syaufiq, nama yang berjabat tangan dengan bapak sebelum meninggal. Dia menerima aku sebagai anak angkatnya atas permintaan terakhir bapak. Seiring waktu berjalan dan p...
Ada cerita baru nih gaess....yuk kepoin bagi yg belum baca ..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love you full😍😍🥰😘
🍃🍃🍃
Suara bel yang yang ditekan berkali-kali mengusik tidur sepasang Ayah dan Anak. Aya menggeliat dan mencoba menggerakan badannya yang terasa di timpa beban yang berat. Aya membuka matanya dan menyesuaikan suasana.
Aya kemudian melihat tangan kekar yang memeluknya dan merasakan nafas Saka di kepalanya. Bunyi bel kembali berbunyi, seakan orang yang menekan tombolnya merasa kesal. Tidur Saka tidak terusik karena bunyi bel dan gerakan Aya yang mencoba melepaskan belitan tangan dan kaki Saka.
Aya bangkit dari tempat tidur dalam keadaan masih mengantuk dan wajah baru bangun tidur. Bunyi bel semakin nyaring berbunyi.
"iya tunggu sebentar, siapa sih yang bertamu." Gerutu Aya sambil membuka pintu apartemen dengan santai.
Aya melihat dua orang perempuan beda usia berdiri di depannya memakai stelan olah raga. Seperti nya mereka selesai berolahraga yang pastinya. Aya tidak mengetahui siapa yang berdiri di depannya.
"iya ada yang bisa saya bantu?" Tanya Aya sopan dan lembut.
Dua perempuan beda usia yang merupakan sepasang Ibu dan anak itu masih tercengang melihat gadis berdiri di depannya. Divya dan Raina meneliti penampilan Aya yang memakai kemeja tanpa celana dengan kancing dua bagian atas yang terbuka. Rambutnya tergerai tampak sedikit kusut. Wajahnya pun seperti orang bangun tidur walaupun masih tetap cantik.
Divya dan Raina saling berpandangan kemudian mengalihkan mata mereka lagi kepada Aya yang melihat mereka.
"kamu siapa?"
Raina langsung bertanya kepada Aya. Aya mengernyitkan kening dan mengedipkan matanya dengan tampang polos andalan Aya.
Tidak mendapat jawaban dari Aya, Divya menghela nafas menghilangkan segala praduga yang ada di otak nya.
"ini apartemen Saka kan? Kami keluarganya." Ujar Divya menatap mata Aya.
Divya dan Aya, dapat melihat ekspresi terkejut yang bersemayam di wajah dan postur tubuh Aya. Aya langsung meminggirkan badannya memberi celah mempersilahkan Divya dan Raina masuk.
"silahkan masuk." Aya menunduk seraya mempersilahkan keluarga Saka masuk. Aya merasa cemas karena bertemu dengan keluarga Ayah angkatnya dalam keadaan seperti ini. Aya takut jika mereka berpikiran yang jelek terhadap dirinya.
Divya dan Raina langsung masuk ke dalam apartemen Saka setelah dipersilahkan oleh gadis yang tidak mereka kenal. Biasanya mereka langsung masuk ke dalam apartemen Saka. Tetapi entah kenapa Saka mengganti passwordnya sehingga mereka tidak bisa lagi menyelonong masuk ke apartemen Saka. Ternyata ini yang disembunyikan oleh Saka. divya menggeram dalam hati menahan kemarahannya terhadap Saka. Divya dan Raina langsung menuju sofa dan meletakkan paperbag yang mereka bawa. Sedangkan Aya masih berdiri di tempatnya seraya memilin jemari nya pertanda gugup dan tidak tahu ingin melakukan apa.
Divya dan Raina memberitakan tatapan menilai atau entah apa kepada dirinya.
"kamu teman tidur anak saya?"
Duar ..., Aya membelalakkan matanya ketika mendengar Divya mengatakan Saka anaknya. Aya memang sudah mewanti-wanti dirinya dan berpikir jika perempuan baya itu adalah Ibu Saka.
Aya dengan cepat menggelengkan kepalanya. "tidak Bu, Nek. Eh Aya bukan teman tidur Ayah."
"Ayahhh???" pekik Divya dan Raina barengan. Mata mereka molotot kepada Aya yang meringis di tempatnya melihat ekspresi mereka.
"maksudnya gimana?" desak Divya cepat. Hatinya tidak karuan setelah melihat gadis ini berada dalam apartemen sang anak. Pakai kemeja yang Divya yakin punya Saka. Setelah ini gadis ini memanggil Saka dengan sebutan Ayah. Divya meradang dan berkacak pinggang.
"Ibu tenang." Ujar Raina mencoba menenangkan emosi ibunya.
Aya semakin takut melihat ekspresi Divya, Aya rasanya ingin menangis saja. Aya ingin berlari ke dalam kamar menemui Saka. Tetapi, diurungkannya hal tersebut karena dapat menambah poin negative di mata keluarga sang Ayah.
Divya mengehembus nafas. Dada nya naik turun. "anak bandel itu mana? Panggilkan dia!" titah Divya, kemudian mendudukkan dirinya di sofa seraya mengatur nafas.
"panggilkan Saka ya." Ujar Raina lembut yang langsung disanggupi Aya.
Aya bergegas berlalu dihadapan mereka, dan langsung masuk ke dalam kamar.
"Ibu yang tenang, ngak baik emosi buat kesehatan Ibu." Ujar Raina pelan yang disambut pelolotan menggemaskan Divya.
"kamu bilang tenang? Ibu ngak bisa tenang. Kamu ngak lihat ada seorang perempuan dalam apartemen Abang kamu. Bagaimana bisa Ibu tenang. Ibu ngak bisa membayangkan apa yang telah mereka lakukan. Ya Tuhan..., Ibu ngak sanggup membayangkannya dek." Desah Divya frustasi melihat tingkah sang anak.
Sedangkan dalam kamar, Aya dengan cepat menggoyangkan tubuh Saka seraya membangunkan.
"Ayah... bangun." Panggil Aya dengan nada panik.
Saka menggeliat. "heemmm."
"Ayah, bangun dulu." Pekik Aya sehingga membuat Saka terpaksa membuka matanya. Saka mengucek matanya sebentar untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih menghinggapinya.
"Ayah, ayo cepat bangun." Mata Aya sudah berkaca-kaca. Saka langsung tersentak. Hilang kantuknya ketika melihat Aya hampir menangis.
"hey Sayang, ada apa?" Saka bangkit dari tidurnya dan memegang wajah Aya.
Tidak bisa di tahan lagi Tangis Aya pecah dengan suara lirih. Saka terkejut dan bingung apa yang terjadi. Aya benar-benar takut menghadapi Ibu Saka yang tampak marah melihatnya.
Saka langsung membawa tubuh Aya ke dadanya dan memeluk Aya dengan sayang.
"Ya Allah..." pekik Divya yang sudah berdiri di pintu kamar Saka.
Saka dan Aya langsung melepaskan pelukan mereka. Saka terkejut melihat Ibunya ada di sini.
"Ibu." Lirih Saka pelan. Saka kemudian menatap Aya yang seperti mencari perlindungan kepada dirinya. Saka kemudian mengerti apa yang membuat gadisnya menangis ketakutan seperti ini.