Cairo

43 8 0
                                    

•••

"Ra ada paket nih buat kamu."

"Dari siapa?" Zahra mengerutkan keningnya heran. Pasalnya ia tak merasa memesan sesuatu.

"Aldo."

Mata indahnya sedikit membola. Aldo? Untuk apa anak itu mengirimnya paket?

"Masa sih? Coba aku lihat." Zahra segera mengambil paket itu dari tangan sarah kemudian melihat isinya. Terdapat sebuah surat di dalam paket tersebut. Ia membacanya, lalu membuangnya ke sembarang tempat.

Brukk!

Gadis cantik itu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Zahra tak tahu sejak kapan cairan bening itu mulai menuruni pipi mulusnya. Ya, gadis itu menangis. Sarah yang melihatnya langsung bertanya-tanya.

"Kamu kenapa, Ra?" sarah mengambil surat yang dibuang Zahra dan membacanya.

"Laki-laki itu mau menikah? Syukurlah.." gumam sarah setelah membaca surat yang ternyata sebuah undangan pernikahan. Pernikahan laki-laki yang selama ini Zahra cintai, Aldo.

"Syukurlah?" sinis Zahra menatap sahabatnya itu.

"Ya terus?" sarah terlihat bingung dengan nada sinis yang dilontarkan Zahra serta tatapan matanya yang tak dapat diartikan. Apa ia salah?

"Entah." Zahra kembali menangis.

"Lagi pula apa yang salah dengan undangan ini? Bukankah bagus jika Aldo akan menikah? Toh kamu juga bisa bahagia tanpa dia, kan?"

"Jangan so tau deh, Rah." Zahra menghapus air matanya dengan kasar. "Lo liat aja nanti, gue bakal hancurin hidup dia." ujarnya kemudian membuat Sarah terkejut. Hancurin hidup dia? Dia siapa?

"Siapa yang bakal kamu hancurin, Ra?" tanya Sarah penasaran siapa yang dimaksud dia oleh Zahra.

"Bukan siapa-siapa."

"Up to you." Sarah bingung dengan tingkah sahabatnya itu. Benarkah kata orang jika cinta bisa membodohi seseorang bahkan jika orang itu sangat pintar sekalipun?

Sebenarnya, Aldo dan Zahra memiliki hubungan yang sedikit kacau. Orang tua Zahra tak merestui hubungan mereka berdua. Itu juga yang menjadi alasan kenapa Zahra memutuskan kuliah di Cairo. Zahra hanya ingin mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Namun kenyataan sepertinya tidak berpihak pada gadis manis itu, karena Aldo memutuskan untuk berhenti. Berhenti menunggu Zahra dan memutuskan untuk menikahi orang lain.

"Ra?"

"Hm?"

"Sekarang apa rencana kamu?" tanya Sarah mencoba melembutkan suaranya.

"Pulang ke indonesia." ujar Zahra. "Dan menghancurkan segalanya." lanjutnya dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

"Seriously Zahra?! Kamu mau ngelakuin hal serendah itu?" Sarah berucap kaget. Zahra tak sepintar yang ia pikir selama ini.

"Bukankah mengikhlaskan itu lebih baik?Mungkin dia memang tidak baik buat kamu..."

"Lo bisa ngomong kaya gitu karena lo ga ngerasain apa yang gue rasain!"

"I know Zahra. Tapi seenggaknya kamu gak ngelakuin hal serendah itu!"

"Tapi lo tau kan Sar? Aldo itu cinta pertama gue! Gue cinta sama dia." ucapnya sedikit meninggikan nada suaranya. "Walaupun dia matre." Zahra memelankan suaranya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Kamu itu cantik, kamu pintar, ada ratusan bahkan ribuan laki-laki yang menanti kamu dimasa depan. Jangan bodoh, please." Sarah tak habis pikir dengan jalan pikir sahabatnya ini. "Jangan buat semua ini sia-sia, Zahra! Percuma kamu kuliah bertahun-tahun di Cairo tapi ilmu kamu hanya digunakan untuk menghancurkan pernikahan orang lain. Allah itu maha melihat, kamu gak takut? Apa ilmu yang kamu dapat selama ini di Cairo dibutakan oleh cinta kamu kepada manusia?!"

"Astagfirullahaladzim." Zahra beristigfar. "Terus sekarang aku harus apa?" ia bertanya dengan air mata yang kembali menetes.

"Ikhlaskan dia. Allah mengetahui mana yang baik dan buruk buat kamu. Apa yang kamu pikir baik menurutmu, belum tentu baik menurut Allah. Allah sudah menuliskan jodohmu di lauhul mahfudz, seseorang yang pastinya baik untuk menjadi pendampingmu, Ra. Jadi kamu tenang aja.." ucap Sarah menenangkan.

"Aku udah ngelakuin semuanya buat dia. Bahkan aku rela kuliah di sini hanya untuk mendapatkan restu dari orang tua aku. I really love he, Rah...." lirih Zahra.

"Yakin aja, diluar sana masih banyak kok laki-laki yang mau sama kamu dan pastinya dia lebih baik dari Aldo." Sarah masih berusaha untuk menenangkan.

"Mana?"

"Hmmm... Oh ya, gimana sama mahasiswa yang minggu lalu ngelamar kamu, Ra?" ucap Sarah mengedipkan sebelah matanya menggoda Zahra.

"Siapa? Arka?" Zahra berujar santai.

"Iya. Kalian cocok." ujar Sarah dengan senyum manisnya. "Kamu itu beruntung dilamar sama laki-laki sesempurna dia. Setau aku dia itu pintar, baik, ganteng, kaya lagi. Pasti cocok buat kamu."

"Hm."

"Jadi gimana?"

"Gimana apanya?" Zahra bertanya dengan wajah polosnya membuat Sarah berdecak.

"Ck! Kamu bakalan nerima lamaran dia, kan?"

"Entah, nanti aku pikir-pikir dulu."

"Yaudah, tapi aku berharap kamu bakal nerima dia."

"Kenapa?"

"Because he is perfect." ucap Sarah bersemangat.

"Terserah."

'Haruskah aku menerima Arka dan mengikhlaskan Aldo?'

•••

Follow me : strohimah_

Suamiku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang