Bagian 2

25 7 0
                                    

Sebulan setelah kelulusan, Neri kian mencoba untuk melupakan Pangeran. Ya, setidaknya dia berusaha walau sulit.

Malam ini, Neri sedang bermain dirumah temannya. Tak Ada perbincangan, selain sibuk dengan ponsel pintarnya masing-masing.

Tak lama, ada nomor tidak dikenal menelpon Neri.

"Siapa?" Tanya Rara.

Neri mengangkat bahunya acuh. "Togel tanpa profil." Jawab Neri seadanya.

Baru mau angkat telpon tersebut, malah diputuskan secara sepihak. Karena penasaran, Neri membuka roomchat WhatsApp nya, mungkin si togel tanpa profil itu chat duluan sebelumnya.

Benar saja, ada chat dari nomor tak dikenal.

+62 ————

|P
|Ini Nerissa kan?

Sp?|

|Sb, Pangeran.
(Read)

Ok! Ingatkan Neri bernapas.

Pangeran

|Lo belum tidur?
|Udah hampir jam 12

Lagi nginep dirumah temen|
Kenapa tiba² ngechat?|

|Oh
|Lagi mau aja.
(Read)

"Xaviera Dohanna! Kenapa dia bangsat sekali!!" Pekik Neri seraya mengguncangkan bahu temannya yang sama sekali tidak tau apa-apa.

Rara menggenggam lengan ribut Neri–upaya menyudahkan gerakan bodoh temannya. "Udah bego!" Geram Rara.

Neri menyengir penuh makna seraya menatap Rara. "Idih, mirip kuda muka lo!" Sergah si gembil.

Neri memudarkan senyumnya, lalu mendorong bahu Rara kebelakang. "Anjing lo!"

"Naha sih? Kesel aing." Ucap Rara.

Neri kembali mengembangkan senyum. "Pangeran chat gue! Aww uwu." Pekik Neri untuk kesekian kalinya.

Rara membelak. "Lo gak bohong kan?"

Neri memberikan ponselnya kearah Rara. Rara membaca seluruh pesan dari Pangeran ke Neri, meneliti isi percakapannya sebelum merengut heran.

Neri yang sedang melihat reaksi Rara pun itu mengerutkan dahinya, apakah temannya itu tidak senang? Pikirnya.

"Kenapa, Ra?"

Rara menatap Neri dengan tatapan penuh. "Lo sadar gak sih?"

Neri menggeleng. "Sadar apa?"

"Dia dateng lagi, pas lo lagi mencoba buat ngelupain dia." Jawab Rara.

Damn! Neri lupa dalam sekejap. Perasaannya tak bisa dikontrol, Neri malah semakin jatuh dengan Pangeran yang dengan brengseknya datang disaat yang tidak tepat.

"Sa! Nerissa Jovanca."

Neri terperanjat. "Hu'uh?"

Rara menghela napas panjang. "Gue ok aja sebenernya kalo misalkan Pangeran dateng lagi. Cumaaa, lo pikir lagi deh. Kalo misalkan dia cuma mau hubungan tanpa status, tapi lo nya malah kebawa hati gimana!"

"Iya, gue tau. Tapi Ra, lo tenang aja, di SMA pasti gue bakal dapet crush yang baru, pasti."

Rara mengangguk mengerti, dalam hatinya–dirinya berdoa untuk kesungguhan ucapan sahabat seperjuangannya.

Notifikasi diponsel Neri berbunyi. Pesan dari Pangeran lagi.

Pangeran

|Udah malem sa
|Bobo sana

Haha, iya|

|Tuh, udah pagi malahan
|Udah jam Setengah 1

Iya bawel|

|Dih nakal

Bodo|

|Saaa

Naha?|

|Saaa

Rann|

|Saaa
(Read)

Ok, Neri terjebak dalam perang batin antara memilih main menggunakan hati atau menggunakan otak.

Tuhan, dirinya bimbang. Tapi, si manis Neri pasti akan memilih main dengan hatinya.

Lemah!

TBC.

Ada typo atau apa gitu? Komen ya.
(No edit)

Vote Komen ya guys, gk mau? Gak papa kok.

Write: 22.04.20
Publish: 22.04.20

❝Aku Diantara Mereka❞ ❲ON-GOING❳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang