Bruk!
Suara tubuh Nandira yang baru saja mendarat di kasur. Glen hendak mengambil posisi sebelum akhirnya Nandira menahan kedua bahunya sambil berteriak.
"Stop!! Tunggu dulu!! Bentar! Cimit," ucap Nandira panik sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
Mendengar kata cimit, membuat Glen tergelitik untuk tertawa. "Dikira main petak umpet apa? Cimit-cimit," ucapnya sambil menyingkirkan tangan Nandira ke samping kepala.
"Ih! Serius, cimit bentar! Tahan," ucap gadis itu sambil mengontrol napas dan menarik tangannya dari genggaman Glen. "Sebentar," ucapnya sambil menenangkan dirinya dan suaminya itu.
Glen tidak bisa untuk tidak terkekeh melihat ekspresi lucu itu. Nandira menuntunnya untuk menarik napas dalam lalu mengembusnya, terus seperti itu berkali-kali. Mereka saling memandangi mata masing-masing.
"Heh, buat aja belum udah mau lahiran, ngapain sih kamu," ucap Glen gemas sambil menyingkirkan tangan Nandira lagi dari pundaknya.
"Iih, Glen! Jangan dipegangin," rengeknya sambil menarik lagi tangannya dari genggaman Glen.
"Reseh nanti kalo gak dipegangin," kata Glen.
"Nggak, janji," ucap Nandira sambil mengangkat jari kelingkingnya lagi.
Glen menatapnya penuh selidik, juga dengan senyum nakal. "Yaudah kalo gitu ayuk," ajaknya.
Nandira sudah siap mengambil ancang-ancang. Gadis itu sedang mengumpulkan kekuatan dan kecepatan. Dalam hitungan ketiga, Nandira berteriak dan mengambil celah untuk lari.
"Nggak!" teriaknya lalu menghilang dari kasur.
Glen yang sedang tidak siap gagal menghentikan gadis itu. Nandira berhasil lari darinya. "Kinan!" panggil Glen sambil bergerak cepat menghalangi pintu.
Alhasil, mereka jadi kejar-kejaran di dalam sana. Glen yang sudah gemas tidak bisa berhenti untuk menangkap gadis itu. Nandira pun bergerak lincah ke sana ke mari, mencoba menghindar dari suaminya.
Gadis itu berlari dan berdiri di atas kasur, lalu melemparkan bantal guling pada Glen. Pria itu tidak bisa berhenti tertawa melihat kelakuan istrinya. Glen menghalangi wajahnya dari hantaman bantal dan guling yang mengarah padanya.
"Kinan! Sayang, apaan sih, heh!" ucapnya gemas.
"Iiih! Gak mau! Malu! Glen, pergi gak," ucapnya sedikit mengancam sebab panik menyerangnya.
Glen tidak bisa berhenti menertawakannya. Melihat wajah panik dan lucu itu membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak.
"Nggak, Sayang, dengerin aku dulu," ucap Glen sambil menangkap bantal yang terakhir. Perutnya sungguh merasa tergelitik sekarang.
Nandira tidak bisa percaya begitu saja dengan suaminya. Pria itu bisa menggotongnya kapan saja. Glen yang terus maju membuat Nandira manjat ke atas lemari. Beruntungnya lemari jati itu kuat menahan tubuhnya, yang beratnya sekitar lima puluh kilo.
"Eh, eh, turun gak, jatuh nanti," ucap Glen yang ikutan panik. Dia tidak menyangka kalau gadis itu nekat naik ke atas lemari.
"Kinaaan," panggilnya baik-baik, membujuk istrinya untuk turun.
"Berenti di situ, atau aku lompat," ancam Nandira dengan wajah gemasnya.
"Eh jangan-jangan! Jangan lompat, nanti lantai apartemen ini roboh," gurau Glen.
"Kamu jahat banget, sih! Ih! Aku gak berat!"
"Yaudah iya gak berat, turun makanya."
"Gak mau, nanti kamu anuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Couple
SpiritualSecond story of "Love Faith and Hope" | Dewasa Sebelumnya berjudul Jalan Menuju Surga. Jika hijrah adalah jalan terbaik untuk berbenah, maka kita adalah insan yang istimewa, yang Allah berikan hati dan perasaan untuk condong pada kebaikan. Hijrah ci...