5. Tak Seharusnya Memikirkan yang Lain

1.2K 99 7
                                    

Glen hampir saja terlelap dalam tidurnya, kalau saja Nandira tidak bermain dengan kancing bajunya. Sudah 10 menit berjalan, tapi gadis itu belum juga terlelap, malah memainkan kancing piyama Glen dengan jari telunjuknya. Glen membuka matanya dan menyadari istrinya itu belum tidur.

"Kinaan sayang belum tidur?" tanyanya dengan suara serak.

Nandira yang kepalanya terbaring di atas dada Glen langsung pura-pura tidur. Dia pikir suaminya itu sudah tertidur pulas. Glen meraih kepala Nandira untuk melihat mata gadis itu, dia ingin memastikan sendiri kalau istrinya sudah tidur atau belum.

"Heh, udah tidur apa belum?" bisiknya sebab merasakan Nandira yang susah tidur.

Perlahan Nandira membuka matanya. Dapat dia lihat mata suaminya yang sayu dan sudah merah sebab ngantuk. Nandira merutuki dirinya yang tidak bisa tidur dan malah mengganggu suaminya.

"Maaf aku ganggu. Aku gak bisa tidur," ucapnya.

"Kenapa?" tanya Glen.

Nandira tampak enggan menjawab. Padahal Glen sudah berusaha menahan kantuknya untuk mendengarkan gadis itu. Glen bisa melihat raut wajah Nandira yang tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Mikirin apa?" tanya Glen.

Nandira sudah ingin menjawab sebelum Glen berbicara lagi. "Tentang siapa?" tebaknya, seolah mengetahui isi kepala istrinya.

Mendengar suara Glen yang seperti menginterogasi membuat Nandira menggelengkan kepalanya. Mungkin tak sepatutnya dia menceritakan tentang hal itu. Namun, apa Glen tahu apa yang terjadi padanya sebelum dia kembali ke Indonesia? Mungkin pun Glen belum tahu kalau Marcel sudah menjadi mualaf.

"Jangan bohong," tegasnya meski dengan suara kantuk. "Kamu mikirin siapa...!"

"Aku cuma ... "

"Cuma apa?"

"Tapi janji jangan marah," ucap Nandira bernegosiasi.

Mendengarnya, tiba-tiba saja rasa kantuk Glen hilang. "Emangnya kamu lagi mikirin sesuatu yang akan buat aku marah?" tanya Glen serius.

Nandira melihat sorot tajam pada mata itu. "Sudah deh nggak jadi, aku mau tidur," ucapnya sambil memejamkan mata dan mencari posisi nyaman.

"Nggak." Glen mencegahnya. "Kamu gak boleh ninggalin aku dengan rasa penasaran yang buat aku menerka-nerka. Katakan sekarang," titahnya sambil mengangkat wajah Nandira yang ingin bersembunyi di antara lengannya.

Nandira menyesal sebab memikirkan hal itu. Tak sepatutnya dia memikirkan lelaki lain sampai membuatnya tidak bisa tidur. Sedangkan di sini suaminya sangat menyayanginya.

"Kamu tau Marcel udah jadi mualaf?" Akhirnya Nandira membuka suara.

Glen menghela napasnya, seketika raut wajahnya mencair. "Jadi dari tadi kamu mikirin itu?"

"Kamu udah tau ya," kata Nandira.

"Aku tau Kinan. Bahkan aku udah tau kalau dia sempat ingin mengkhitbahmu. Terus apa yang jadi pikiran kamu sekarang?"

"Aku cuma ngerasa bersalah," cicitnya.

"Kenapa? Kamu nyesel nikah sama aku?" tanya Glen, tampak keseriusan di wajahnya.

Nandira mengerutkan keningnya lantas menggeleng cepat. "Nggak, aku gak nyesel."

Untuk beberapa saat hanya ada tatapan tersirat antara mereka. Nandira dapat merasakan mata Glen yang menembus tajam sampai pada isi kepalanya. Mata lentik itu tampak menatap penuh selidik dengan wajah seriusnya.

Perfect Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang