3. tegar

61 7 1
                                    

"Hey girl don't catch me looking, oh boy I caught you staring, what do you think of me? Do you think of me...You got that new style, you wear that perfect smile. I'll take you on a date, are you free Saturday?" nyanyi Chafanny dengan suara jelek yang dibuat-buatnya.

Sekarang mereka sedang les olahraga. Semuanya sudah berganti pakaian. Sambil menunggu gurunya datang, ada yang tidur, main hp, dan nyanyi seperti Chafanny tadi.

"Aduh Cha, berisik banget sih?!" umpat Zara yang sedari tadi tidak tahan dengan suara Chafanny.

"Lo biasanya tidur. tapi kok sekarang kek gini? Lo salah makan ya?" tanya Bima yang bingung dengan Chafanny.

"Kalian nggak mau bersyukur aja ada orang yang mau hibur tanpa dikasih imbalan," Ucap Chafanny. "Gue tu ngerasa hampa kalo pagi ini nggak ngehibur kalian. Kalian pagi ini mukanya lesu lesu semua. Jadi izinkan adiknya Camilla Cabello ini konser dadakan ya." Tambahnya ngawur.

"the way you cry-" nyanyi Chafanny kemudian disambar Tessa yang sedari tadi mencoba tidur tetapi tidak bisa.

"the way you smile. Naege eolmana keun uimiin geolkka? Hagopeun mal, nohchyeobeorin mal, gobaekhal tejiman geunyang deuroyo I'll sing for youuuuu" lanjut Tessa. Tessa itu EXO-L GARIS KERAS! Sedangkan Chafanny EXO-L tapi enggak segila Tessa.

"Guys, kenalin sahabat gue pacarnya Oh Sehuuuunnn!" Teriak Chafanny heboh. Tessa tersenyum bangga sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Udah tau kok,"

"Gue pacarnya Umin!"

"Jangan rebut punya gue!"

"Mimpi woy,"

"Bacot nggak jelas, ihh"

Begitu respon teman kelas mereka yang lain. Banyak yang merasa terganggu, tapi tidak sedikit yang meresponnya dengan baik.

"Guys, pak Danu bilang kalau udah ganti segera menuju ke lapangan basket outdoor. Kita nggak bisa pake yang in door, soalnya lagi renovasi. Habis pemanasan yang laki main basket, yang perempuan main voli. Pak Danu sibuk, dia nggak bisa masuk." Ucap Fira, ketua kelas yang baru saja pulang memanggil pak Danu.

Semuanya pun menuju lapangan basket terbuka. Sekolah Chafanny tersedia dua lapangan basket, yaitu in door dan out door. In door biasanya dipakai saat musim hujan atau saat siang. Tapi karena lapangan in door sedang di renovasi, terpaksa mereka memakai lapangan out door meskipun panasnya menyengat.

"Cha, lo mau mimpin pemanasan?" Tanya Fira pada Chafanny yang terlihat antusias.

"Tau aja lo, Fir. Hehe," ucap Chafanny nyengir.

"Oke tem-tem, kali ini inces Chafanny yang mimpin pemanasan. Ikutin inces dengan baik ya," ucap Chafanny.

"Mulai. Satu, dua, tiga, empat, dua, dua, tiga, empat, satu, du-"

"Cha, hitungnya yang benar dikit dong. Otak gue pusing banget dengar tu angka," protes Udin.

"Nggak boleh gitu sama inces. Dengar aja, yang penting hitungannya sampe enam belas kan," jawab Chafanny.

"Iyain." Jawab Udin pasrah.

***

Setelah melakukan pemanasan, Chafanny dan Tessa pergi ke kantin. Mereka kepanasan karena baru kali ini mereka les olahraga siang hari di lapangan terbuka, jadi mereka memutuskan untuk pergi ke kantin saja dari pada ikut olahraga bersama yang lain.

Setelah memesan minuman dingin, Chafanny melihat Axel sedang duduk sendirian di kantin. "Tes, liat tuh." Chafanny menunjuk Axel menggunakan dagunya.

"ngapain dia disini?" Tanya Tessa sedikit berbisik kepada Chafanny.

Chafanny mengedikkan bahunya, "Kita Tanya aja," ucap Chafanny sambil menaik turunkan dua alisnya. Tessa membelalakkan matanya begitu melihat Chafanny mulai berjalan menuju Axel. Chafanny gila, Batinnya.

"Hai, Axel." Sapa Chafanny sambil tersenyum begitu tiba di depan Axel.

Axel tidak menjawab. Dia hanya melihat Chafanny sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya.

Chafanny mendengus pelan, "Lo nggak masuk kelas?" Tanya Chafanny.

Lagi lagi Axel tidak menjawabnya. Dia hanya melihat Chafanny sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya lagi.

Chafanny tidak menyerah, "Dihukum guru ya? Atau gurunya nggak mas-" kalimat Chafanny terpotong begitu melihat Axel bangkit kemudian pergi tanpa menjawab pertanyaannya.

Tessa menghampiri Chafanny, "Cha, lo nggak papa?"Tanya Tessa begitu melihat Chafanny tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari punggung Axel yang pergi dari kantin.

"Tes, kenapa gue makin suka ya sama dia?" Tanya Chafanny mengabaikan pertanyaan Tessa, kemudian tersenyum.

***

Chafanny sekarang berada di cafe dekat sekolah sembari memegang surat yang dibagikan ibu Mega, wali kelasnya. Surat itu adalah surat pertemuan orang tua murid bersama dewan guru. Chafanny melihat surat itu dengan tatapan sendu.

"Pertemuan ini harus dihadiri oleh orang tua kalian sendiri, dilarang selain orang tua. Karena dari tahun ke tahun banyak wali dari anak murid yang bukan keluarganya, melainkan temannya atau kenalannya. Agar tidak terjadi kesalahan yang sama, kali ini harus orang tua sendiri yang datang. Tidak ada alasan!" ucap bu Mega tegas.

"Apa gue harus minta Bibi Veti lagi ya? Tapi nanti kalau ketahuan bisa bahaya," ucapnya pada diri sendiri.

Axel berada di cafe yang sama dengan Chafanny tetapi Chafanny tidak menyadarinya. Sedangkan Axel menyadari bahwa disitu ada Chafanny. Axel melihat Chafanny yang terlihat gelisah.

Chafanny memutuskan untuk mencoba menelpon papanya, karena yang dia tau ayahnya sedang berada di Indonesia tetapi tidak berada di rumahnya. Chafanny pun mulai mencari kontak papanya, lalu kemudian menelpon. Lama berdering, kemudian dijawab.

"Ha,halo, pa." sapa Chafanny takut.

"Ada perlu apa kamu menelpon saya? Saya sudah mengirim uang untuk kamu bulan ini jadi tidak ada alasan kamu untuk menelpon saya." Ucap Brav ketus.

Chafanny ingin menangis, tapi dia menahannya. "Chafanny ada alasan, pa. 2 hari lagi ada pertemuan orang tua di sekolah Chafanny. Chafanny mau pap-"

"Bukannya di rumah ada Bibi Veti? Minta saja Bibi Veti yang menghadirinya. Saya takut nanti kejadian yang sama seperti Dewi terjadi pada saya. Cukup Dewi yang kamu ambil, saya jangan." ucap Brav kemudian mematikan teleponnya.

Runtuhlah sudah pertahanan Chafanny, Chafanny menangis tersedu-sedu tanpa memikirkan orang yang ada di cafe. Axel melihat saat gadis itu menelpon ayahnya. Ada rasa iba terhadap Chafanny, namun dia menahannya karena menurutnya dia dan Chafanny belum kenal dekat.

Chafanny pun berjalan keluar dari cafe lalu menuju rumahnya menggunakan taksi yang sudah dipesannya.

***
Chafanny

***Chafanny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thank You To Be Happy (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang