Aku duduk di salah satu cafe dengan segelas bubble tea favoritku. Menyeruput sedikit demi sedikit sambil menikmati waktu yang berlalu tanpa henti. Menunggu sahabat-sahabatku yang sedang dalam perjalanan kemari.
Seperti biasa hari ini kami akan menghabiskan waktu dengan berbelanja. Apapun itu. Karena memang itu menjadi hobi kami bertiga disaat waktu luang.
Bunyi pintu terbuka tiba-tiba memasuki gendang telingaku dan dua sosok remaja terlihat disana. Mereka langsung menuju ke arahku tanpa perlu lagi berhenti sejenak untuk mencari dimana aku berada. Ya, aku duduk di meja favorit kami bertiga biasa menghabiskan waktu di cafe ini.
"Lama ih, kalian ga tau apa aku udah nyaris digerogoti lumut disini?" celotehku menyambut mereka.
"Iya maaf, Dre. Kan kamu tau sendiri jalanan macetnya gimana?" jawab Dany.
"Iya deh iya. Kalian mau langsung jalan sekarang atau mau pesen dulu?" tawarku.
"Langsung aja deh. Keburu ujan. Tuh liat aja, langitnya udah segelap itu" sahut Tania.
Aku melihat keluar jendela. Benar juga, mendung tebal sudah menggantung di atas sana. Sebuah pertanda tidak lama lagi akan turun hujan. "Yaudah yuk." kataku sambil berdiri dari kursi yang sudah panas berkat pantatku yang lumayan lama berdiam di sana.
Kami pun bergegas menuju salah satu mall terbesar di kota ini. Berjarak 15 petak dari cafe biasa tempat kami nongkrong. Karena dekat kami pun berjalan kaki ke sana. Sebenarnya aku tidak begitu suka jalan kaki. Meskipun tempatnya sedekat itu. Tetap saja membuat kaki ku pegal dan kulitku bisa saja rusak akibat sengatan matahari. Tapi tampaknya kedua sahabatku itu tidak peduli dengan itu. Mereka tetap lebih memilih jalan kaki meskipun jika jaraknya 1 kilometer. 1 kilometer. Bayangkan saja.
Sesampainya di mall kami langsung mengelilingi mall dari lantai paling bawah hingga ke lantai paling atas. Berhenti di kios pakaian ketika salah satu pakaian di manequinnya menarik perhatian. Atau sekedar melihat-lihat tas yang terpajang di rak-rak dengan harga yang fantastis. Membeli apapun yang kami inginkan bahkan yang hanya terlihat menggoda di mata kami tanpa tau nantinya akan berguna atau tidak bukanlah hal baru bagi kami. Tidak jarang pula kami menghabiskan waktu untuk berwisata ke luar kota atau bahkan ke luar negeri.
Melihat kantong belanjaan di tangan sudah lumayan berat, kami pun memutuskan untuk mengistirahatkan kaki dan mengisi perut yang nyaris kosong. Maklum saja, saking asyiknya kami jadi lupa waktu. Tiba-tiba saja sudah masuk jam makan malam. Tidak, kali ini kami tidak makan di mall. Aku dan kedua sahabatku langsung menuju rumahku yang kebetulan hanya berjarak 2 km dari mall ini.
"Halo, sayang. Lagi di rumahnya Andrea ini. Biasa habis jalan sama temen-temen. Okay. Habis ini yaa". Dany yang terdengar begitu ceria membuatku mengernyitkan dahi.
"Siapa, Dan?" tanyaku kemudian.
"Siapa lagi kalo bukan pujaan hatinya, Dre?" sahut Tania.
"Kamu masih pacaran sama Reza?" tanyaku kepada Dany.
Aku mengernyit setelah menyeruput vanilla latte ku mendengar mereka berdua menghela nafas. "Why? Ada yang salah?" tanyaku.
"Kamu yang kenapa, Dre. Kenapa sih kamu selalu tanya ke kita masih pacaran sama Reza? Masih pacaran sama Dio? Memangnya kenapa kalo kita masih pacaran sama mereka?" Tania pun menjawab dengan nada sedikit kesal.
Here we go again. Ya. Dari awal sebenarnya aku sudah tidak setuju jika mereka berdua pacaran dengan Reza maupun Dio. Kenapa? Look at us! Kami bertiga hidup sangat berkecukupan atau bahkan lebih. Mereka bisa kan cari pacar yang sepadan? Kenapa harus 2 cowo itu yang notabenenya uang kuliahnya saja harus dicicil. Bahkan si Dio adalah mahasiswa bidikmisi.
VOUS LISEZ
Cerpen
Kurgu OlmayanAndrea.. Mahasiswi cantik yang memiliki segudang prestzsi namun memiliki rasa iri yang tinggi serta cara pandang yang berbeda dengan teman-temannya. Dibalik itu semua ada secuil pahit yang kerap kali dirasakannya.