Bab 9

1K 91 21
                                    


"Jinseok kamu sangat indah.."

"Jinseok aku menicintaimu.."

"Jinseok ayo kita menikah..."

"Jinseok aku ingin kita membangun rumah di kampung halamanmu..

"Jinseok.. Jinseok.. Jinseok..."


Mata indah itu mulai terbuka. Mengerjap ringan menyesuaikan cahaya yang memasuki retinanya. Telinganya pun mulai menangkap suara kecil di sampingnya. Dan indera perasanya juga mulai merasakan sentuhan lembut di tangannya.

"Papaah..."

Panggilan Noah mulai menyadarkan Seokjin. Seokjin terkesiap. Apa yang terjadi padanya? Ia hanya ingat ketika ia berada di taman tadi. Berbicara dengan Noah, Taehyung, teman Taehyung, dan setelah itu ada seseorang yang datang. Dan kemudian semua gelap bagi Seokjin.

"Papah sudah bangun?" suara Noah yang parau membuat Seokjin mulai mendudukkan tubuhnya. Memeluk putranya lembut, meski pening masih terasa.

"I-iya sayang. Papah sudah bangun."

"T-tadi papah tiba-tiba tertidur. Terus langsung digendong sama om-om tampan. Terus gak bangun-bangun sampe sekarang."

'Huh..' Seokjin mengernyitkan dahinya. Ia melepaskan pelukan dan mengusap lembut pipi gembil Noah.

"Om Taehyung? Yang tadi mengantarkan kita ke taman?"

Noah menggeleng. "Bukan pah. Omnya tinggi. Noah belum pernah melihatnya tadi." Mata Noah mengerjab gemas. "Tadi juga omnya nungguin papah. Terus tadi juga om tampan mengajak Noah makan. Omnya baik sekali pah."

Seokjin terdiam. Berpikir sejenak siapa yang dimaksud putranya itu. Ingatkan ia untuk berterima kasih kepada lelaki itu. 

Hingga sebuah suara ketukan terdengar. Jimin masuk membawa nampan dengan semangkuk bubur yang aromanya menyebrak di ruangan itu membuat perut Seokjin yang belum diisi bergejolak.

"Kau sudah bangun Kak Seokjin?" ucap Jimin. Dia menaruh nampan itu di meja dekat ranjang besar itu. "Sepertinya kau kelelahan dan banyak pikiran. Ini ku bawakan makanan. Tadi kau sudah minum obat tapi belum makan. Kau pasti lapar." lanjutnya dengan senyum manisnya.

"Huh.. kapan aku minum obat?"

"Umm.. tadi kau sempat terbangun sebentar terus bosku langsung meminumkan obat padamu. Sepertinya kau tak ingat?"

"Bos?" Seokjin bertanya penasaran.

Jimin mengangguk. Seokjin terdiam sejenak. 

"Pah.. ayo makan dulu. Papah pasti lapar." sela Noah. Seokjin tersenyum sambil mengelus lembut rambut putranya.

"Iya sayang."

Jimin mendekatkan nampan itu kepada Seokjin. Membantu Seokjin menyamankan diri.

"Makasih Jimin-ah."

Jimin tersenyum. "Kau ingat namaku Kak?"

Seokjin mengangguk. "Kau yang paling manis di antara orang-orang di sini."

Jimin terkekeh. "Ada yang lebih manis dariku Kak. Kau harus bertemu dengannya." Seokjin mengernyitkan dahi. "Aku keluar dulu ya Kak. Jika kau butuh apa-apa kau bilang saja padaku. Aku tidak akan kemana-mana."

Jimin pun berlalu. Dan seketika itu Seokjin teringat.

"Ashton?"

Ya. Mengapa Seokjin bisa terlupa dengan kabar suaminya itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang