15. Teman baik!

287 40 6
                                    

"Kalau begitu buang saja,"
"Baiklah akan ku buang" Nina mengambil plastik berisikan ice cream tersebut kemudian membuangnya ke tong sampah.

Setelah membuangnya Nina kembali ke tempat duduknya.

"Mubazir,"
"Tadi katanya disuruh buang, giliran udah dibuang dibilang mubazir. Yasudah aku ambil lagi", aku hendak berdiri, "Gak usah" katanya.

"Kenapa? Kan kamu sendiri yang bilang itu mubazir, jadi aku mau ambil, emang salah?"
"Kotor, kalau mau beli lagi aja" Reno mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang disana, kemudian memberikannya kepadaku. Aku menolaknya, tentu saja itu bisa dibilang pemborosan.

"Kamu itu boros banget ya, aku tuh tahu kamu punya uang banyak. Tapi jangan buang-buang seenak jidat. Kan bisa kamu tabung atau membelikan sesuatu yang bermanfaat. Dasar orang kaya sama sekali tidak mempunyai rasa syukur" Nina pun beranjak pergi meninggalkan Reno di taman dengan wajah sebalnya.

Sedangkan Reno yang masih memegang uangnya itu seketika diam. Termenung, merenungkan perkataan yang baru saja dikatakan oleh Nina. Itu sangat menyentuh hatinya. Reno pun beranjak pergi dari taman itu.

Nina yang masih berjalan dengan wajahnya yang sebal itu pun teringat sesuatu, "ohya jaket! Aku lupa tanya ke Reno", Nina berlari kembali menuju tempat duduk mereka tadi, namun nihil. Reno sudah tidak ada disana. Melihat jam ditangannya sudah pukul 12 siang, Nina akan pulang kerumah untuk makan siang.

Saat mengendarai, Reno hanya teringat dengan kata-kata Nina itu, selalu kata itu. Hingga ia pergi ke photo copy hanya untuk membeli sebuah celengan. Sampai dirumah, Reno memasukkan selembar uang merah kedalamnya. Reno masih memegangnya, memutar berkali-kali celengan itu, merasa perutnya sudah lapar ia segera kedapur mencari makanan dikulkas dan meletakkan celengan itu di lemarinya.

🌿🌿🌿🌿🌿

Ada yang dekat tapi ga jadian
Ada yang jatuh cinta tapi sendirian:v

~

Nina POV

Beberapa minggu lagi akan ujian semester. Kelulusan sudah didepan mata. Secepat itu perpisahan datang. Jika diingat-ingat, masa SMA lebih indah dari semua masa sekolah. Meskipun aku hanya memiliki teman beberapa saja, itupun jarang kami berbicara. Namun masa ini adalah masa yang penuh dengan moment-moment berharga yang tak pernah aku lupakan sepanjang sejarah.

Singkat cerita. Kamipun lulus dengan angkatan nilai tertinggi dari angkatan sebelumnya. Aku mendapatkan jalur undangan di UNIMED dan juga beasiswa disana. Aku mengambil S1 pendidikan tata rias. Aku menerima beasiswa itu karena aku yakin aku bisa.

Mamaku terlihat sangat gembira mendengar aku bisa kuliah di UNIMED dan juga mendapat beasiswa. Mamaku menangis dan memelukku. Sejak saat itu, mamaku jarang sekali menyuruhku untuk bekerja membantu mama dirumah. Dan aku menolaknya, pekerjaan rumah harus aku yang kerjakan. Karena mamaku sudah kerja diluar, anak macam apa aku? Tega sekali membuat seorang ibu terlalu lelah karena pekerjaan?

Ini hari pertama aku masuk kuliah. Rasanya aku seperti kembali ke masa awal SMA, dimana aku sama sekali tidak kenal dengan siapapun dan tidak memiliki teman. Saat semua diberitahukan untuk berbaris mendengar pengumuman, aku sekilas melihat Reno, "Itu tadi Reno?", gumamku. Aku mencari-cari tubuhnya lagi, tidak ada. "Ah mungkin khayalan ku saja" batinku. Setelah selesai kami dibubarkan, dan aku mencari kelasku.

Besoknya aku kembali kuliah. Aku memilih beban studi 18 sks per semester. Hari ketiga aku kuliah. Aku mempunyai teman di mata kuliah tata rias, keduanya sangat baik padaku. Mereka tidak seperti temanku di SMA dulu, mereka tidak membedakan teman, mana kaya atau miskin, mana cantik atau jelek, mana pintar atau bodoh.
Kedua temanku bernama Reynatta Tahir dan Taletta Tanuwijaya.

Saat aku ingin pulang aku melihat pria yang sedang berjalan ke arah mobil putih disana. Pria itu mirip dengan pria yang aku cintai. Aku mengikutinya, namun sama saja pria itu terlanjur masuk kedalam mobil. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Akupun menghiraukannya.

Saat aku sedang menunggu becak lewat, muncul mobil berwarna merah di depanku. Kaca mobil itu terbuka, ternyata itu Taletta, "Nin, lo ngapain? Nunggu jemputan?"
"Ngk ta, aku lagi nunggu becak lewat" jawabku. Dan dia menawarkanku untuk pulang saja bersamanya. Dan aku menurutinya. Taletta mengantarkanku sampai rumah.
"Kamu tidak duduk dulu?"
"Emm boleh deh". Dan akupun menyuruhnya masuk kedalam. Saat masuk kedalam rumahku, sepertinya Taletta tidak nyaman. Kelihatan dengan matanya yang melihat-lihat ke setiap sudut rumahku.

"Maaf ya Letta, rumahku seadanya saja".
"Ini nyaman kok Nin". Dan aku pun tersenyum mendengar jawaban itu. Ya meskipun aku tidak tahu dia berkata benar atau bohong. Akupun segera ke dapur untuk membuatkannya teh.

"Letta, aku buatin teh untuk kamu" meletakkan teh ke meja.

"Ya ampun ga usah repot-repot tau Nina, gue sebentar aja kok ini,"
"Sudahlah" kemudian teh itu diminum olehnya.
"Ohya mama lo mana?"
"Kerja".
"ohh, kok lo naik becak sih Nin, motorlo mana?", mendengar itu aku menundukkan kepalaku, "aku tidak punya". Taletta pun merasa sedih melihat wajah Nina seperti itu.

"Yaudala, gue bakal antar jemput lo setiap hari".
"Ha? Kamu serius Taletta?", Jawabnya dianggukin oleh Taletta, aku pun banyak-banyak berterima kasih padanya, dan kemudian dia pamit untuk pulang karena sudah sore juga kan.

Cupu-cupu Nina [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang