29. Dinner

178 14 8
                                    

Kami berdua tiba di mall. Setiap kali ke sini aku selalu mengingat history aku dan Reno. Aku tak bisa melupakannya.

"Jangan melamun," ucap Bayu lalu menggenggam tanganku. Hal ini pun mengingatkanku dengannya. Aku melihat genggaman tangan itu, membayangkan bahwa yang sekarang itu Reno bukan Bayu.

Tersadar ketika tahu bahwa sebuah genggaman yang diberi oleh Bayu berbeda dengan genggaman Reno. Aku lebih nyaman di genggam oleh Reno.

"Lepasin tangan gue,"

"Kakak nggak denger," ucap Bayu sambil menutup satu telinganya dengan tangan sebelahnya.

"Iiii... lepas," aku mencoba melepas genggaman tangan itu, namun Bayu malah mengeratkan genggaman tangannya.

"Ehhhhh..." Bayu berjalan membawaku, hingga aku seperti terseret.

"Kita main yuk?" Ajaknya. Ya di depan kami adalah sebuah tempat bermain sebut saja Timezone. Lagi-lagi aku mengingat dirinya.

"Lepas dulu tangan gue baru gue jawab,"
Pintaku. Lalu Bayu melepaskannya.

"Gak!"Jawabku, lalu aku pergi melangkah sesuka hatiku mengabaikan Bayu. Namun, aku merasa ada seseorang dibelakang yang sedang mengikutiku.

Paling Bayu batinku.

Derttt..derttt..derttt...

Handphone ku berbunyi di dalam tas, "Letta?" Ucapku pelan. Lalu menggeser tombol hijau.

"Hallo ta?"

"Nina lo dimana sih? Tadi katanya di perpus, gue kesana kenapa lo nggak ada? Lo tu ya ngilang mulu kerjaannya, nggak bosen apa?" Omel Letta. Suara cemprengnya itu membuat gendang telinga ku sakit.

"Gue keluar kampus, ada urusan mendadak, dah ya bye," aku mematikannya. Letta tidak boleh tahu kalau aku sedang bersama Bayu saat ini. Letta sangat menyukai Bayu, namun sepertinya Bayu tak punya perasaan sama seperti Letta.

"Siapa yang nelpon?" Tanya Bayu yang tiba-tiba ada di sampingku. Aku terkejut dengan kedatangan nya yang secara tiba-tiba.

"Kepo," aku memasukkan handphone ke tas, lalu kembali berjalan meninggalkan Bayu tapi Bayu tetap saja mengikuti.

"Letta kan?" Tanyanya dari belakang.

"Iya," singkatku.

"Kok diangkat?" Tanyanya lagi, namun sekarang Bayu di sampingku. Berjalan sejajar denganku. Akupun seketika berhenti.

"Kak lo sadar nggak sih? Letta suka sama lo. Dari awal ketemu sama lo sampe sekarang Letta tetap cinta sama lo. Asal lo tau ya, banyak banget yang nembak Letta tapi dia tolak, itu demi lo kak demi lo! Jadi stop deketin gue," aku mengangkat kedua tanganku tepat didepan dada. Kalian tahu kan maksud aku mengangkat kedua tanganku?

Bayu diam sejenak, lalu dia membawaku untuk duduk di bangku besi yang ada di dekat kami.

"Gue udah tau perasaan Letta, gue udah peka. Gue peka Nina. Tapi gue sukanya sama lo bukan Letta. Gue nggak ada rasa sama Letta, gue cinta sama lo," ucapan Bayu barusan membuatku melotot kaget, aku melihat ke kanan, kiri, depan belakang semua orang menatap kami. Aku sangat malu, apalagi Bayu menggenggam tanganku.

"Apaan si lo!" Aku berlari dari banyaknya orang yang melihat kami tadi. Berlari menuju toilet. Beruntung toilet tak ada orang satupun. Segera aku membilas wajahku, mengusapnya dengan kuat, lalu menatap wajahku di cermin dalam-dalam.

"Bayu bener-bener udah buat gue malu. Bisa-bisanya dia bilang gitu didepan banyak orang. Gila tu orang, otaknya separuh kali ya, atau miring mungkin," lalu aku membuka tasku dan mengambil handphone.

Cupu-cupu Nina [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang